Bacaan, Bacaan Kitab Suci, bait allah, Firman Tuhan, iman, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Yesus Juruselamat, penyejuk iman, Ziarah Batin 2025, OBOR, Obormedia, Toko Rohani OBOR, Pewarta Iman, Katekese, Katolik, Iman Katolik, Paus Fransiskus, ensiklik Laudato Si, renungan harian, Bacaan, Mazmur Tanggapan, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, pewartaan, Umat Katolik, Hari Minggu Biasa XXIV, Penyejuk Hati, sabda Allah, Oase Katolik, Renungan Pagi, Sabda Tuhan, Mirifica News, Renungan MIrifica, Renungan Komsos KWI, Renungan Mirifica, Bacaan, Mazmur Tanggapan, dan Renungan Harian Katolik Senin 15 September 2025, Paus Leo IV
Ilustrasi

Hari Senin, Pekan Biasa XXIV
Pw. SP. Maria Berdukacita
Sta. Katarina Fieschi dari Genoa; S. Nikodemus
Warna Liturgi: Putih

Bacaan I: 1Kor 12:31-13:13

Sekarang tinggal iman, harapan dan kasih, namun yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku seperti gong yang bergaung atau canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia serta memiliki seluruh pengetahuan; sekalipun aku memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih itu tidak memegahkan diri, tidak sombong dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita atas kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap, dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, hilanglah yang tidak sempurna itu.

Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak pula. Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin, tetapi nanti dari muka ke muka. Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, sebagaimana aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, harapan dan kasih; dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2-3a.3b-4.5-6.15-16.20; R:17b

Terpujilah Tuhan, sebab Ia telah mendengarkan doa permohonanku.

  • Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan daku.
  • Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
  • Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan aku, ya Tuhan, Allah yang setia.
  • Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, aku berkata “Engkaulah Allahku!” Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan bebaskanlah aku dari tangan orang-orang yang mengejarku.
  • Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu, yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu!

Bait Pengantar Injil: Yoh 3:16

Begitu besar kasih Allah kepada dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya akan Dia, memiliki hidup abadi.

Bacaan Injil: Yoh 19:25-27

Inilah anakmu! – Inilah ibumu!

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Waktu Yesus bergantung di salib, didekat salib itu berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu Yesus, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.

Demikianlah Sabda Tuhan

Renungan

Tidak terbayangkan apa yang dirasakan Bunda Maria ketika mendampingi Yesus, terutama pada saat sengsara dan wafat di salib. Sebagai ibu, yang bersehati dengan Yesus, penderitaan yang dialami Yesus juga menghancurkan perasaannya. Kebanyakan ibu mungkin histeris, berontak, kehilangan kendali, bahkan mungkin pingsan menyaksikan anaknya yang tak bersalah diperlakukan semena-mena, dihina, dan direndahkan. Namun, Bunda Maria tampil sebagai wanita yang luar biasa. Ia tidak berdaya berbuat apa pun untuk membela dan melepaskan Yesus. Yang bisa dibuatnya adalah ia menemani Yesus pada saat-saat berat hidup-Nya. Bunda Maria mampu menguasai diri, tidak tenggelam dalam kesedihan dan penderitaannya sendiri. Di dalam kelembutannya, ia adalah pribadi yang kuat berhadapan dengan penderitaan. Ia fokus pada Yesus Putranya; hadir, dekat, dan menguatkan hati Putranya. Melihat hidup Maria, Bunda-Nya yang luar biasa ini, Yesus menyerahkan Bunda-Nya kepada murid Nya, juga kepada kita.

Bunda Maria senantiasa mendampingi kita, terutama pada saat-saat tersulit hidup kita sebagaimana kita serukan ”doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati”. Kita berbondong-bondong meminta pertolongan dan penyertaan Bunda Maria. Sayangnya, terkadang kita hanya ingin disertai dan ditolong menjadi sukses. Kita berhenti meminta tolong dan penyertaan Bunda Maria ketika kita tidak berhasil. Kita lupa apa yang telah kita doakan ”… sampai kami mati”. Bunda Maria tetap mendampingi kita juga pada saat-saat kita menderita dan tak berdaya, bahkan ketika penderitaan itu membuat kita sampai pada titik ”nol” hidup kita.

Selain bersyukur atas Bunda Maria sebagai sahabat dan penghibur di dalam situasi tragis, kita juga diundang untuk meneladannya. Kadang-kadang saudara-saudari kita yang mengalami penderitaan dan situasi tragis serta tak berdaya datang menjumpai kita. Kita memang tidak dapat melakukan apa-apa karena keterbatasan kita. Namun, ketidakberdayaan kita tidak boleh membuat kita lari dan menghindar. Kita masih menjadi teman, sahabat, penghibur, dan penguat bagi saudara-saudara kita ini. Kita mengembangkan ”sense of tragic”. Kehadiran kita sudah membuat saudara-saudari kita menyadari bahwa mereka tidak sendirian.

Ya Bapa, kami bersyukur kami mempunyai Maria sebagai Bunda kami. Ajarilah untuk menjadi sahabat bagi saudara-saudari kami yang mengalami penderitaan dan situasi tragis dalam hidup mereka, amin.

21 Agustus 2025, Bacaan, bacaan kitab suci hari ini, Injil hari ini, katekese, katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, refleksi harian, Renungan hari minggu, renungan harian, renungan harian katolik, sabda tuhan, ziarah batin, Renungan Agustus

Sumber: Renungan Ziarah Batin 2025, Penerbit OBOR