Beranda KATEKESE Santo Caesarius dari Nazianzen : 25 Februari

Santo Caesarius dari Nazianzen : 25 Februari

25 Februari, Bunda Maria, Gereja Katolik, Gereja Katolik Indonesia, Katekese, Katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Para Kudus, Para Kudus di Surga, Pengaku Iman, Santo Caesarius dari Nazianzen, Santo Montanus, Santo Lucius, dkk, Santo Polikarpus, Santa Margareta Cortona, Santo Petrus Damianus, Santo Eucherius dari Orleans, Santo Kornradus dari Piacenza, Santo Flavianus, Santo Theodulus, Umat Katolik, Uskup dan Pengaku Iman, Yesus Kristus
Ilustrasi

CAESARIUS hidup pada abad keempat di wilayah yang sekarang disebut Turki. Ayahnya adalah Uskup Nazianzen. Pada waktu itu uskup dan imam boleh menikah. Saudara Caesarius adalah Santo Gregorius dari Nazianzen, sahabat karib St Basilius. Di samping seorang santo, Gregorius adalah seorang penulis penting dari Gereja awali. Buku-bukunya masih dibaca hingga sekarang.

Keduanya, Caesarius dan Gregorius, mengenyam pendidikan yang baik. Gregorius bercita-cita menjadi seorang imam; Caesarius bercita-cita menjadi seorang dokter. Keduanya pergi ke sekolah yang akan membantu mereka mencapai cita-cita.

25 Februari, Bunda Maria, Gereja Katolik, Gereja Katolik Indonesia, Katekese, Katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Para Kudus, Para Kudus di Surga, Pengaku Iman, Santo Caesarius dari Nazianzen, Santo Montanus, Santo Lucius, dkk, Santo Polikarpus, Santa Margareta Cortona, Santo Petrus Damianus, Santo Eucherius dari Orleans, Santo Kornradus dari Piacenza, Santo Flavianus, Santo Theodulus,  Umat Katolik, Uskup dan Pengaku Iman, Yesus Kristus
Ilustrasi

Caesarius menamatkan pendidikan di bidang kedokteran di Konstantinopel. Segera ia menjadi seorang dokter ternama dan terpercaya. Sesungguhnya, Kaisar Konstantius yang tinggal di Kontantinopel, menghendaki Caesarius menjadi dokter pribadinya. Caesarius berterima kasih kepada kaisar, tetapi secara halus menolak. Ia ingin kmbali ke Nazianzen, kota kelahirannya.

Akan tetapi, beberapa waktu kemudian, Caesarius dipanggil kembali untuk melayani kaisar di Konstantinopel. Pada waktu itu adalah seorang yang dikenal dalam sejarah sebagai Julian si murtad. Seorang yang murtad adalah seorang yang mengingkari iman Kristennya. Orang ini mengemban perintah resmi melawan kekristenan. Meski begitu, ia bermaksud membebaskan Caesarius dari hukuman, sebab Caesarius adalah seorang dokter yang amat cakap. Kepada Caesarius ditawarkan kedudukan, harta dan hak-hak istimewa. Ayah maupun saudara Caesarius menasehatinya untuk menolak segala tawaran. Mereka menyarankannya untuk pulang ke rumah dan membuka praktek dokter.

Pada tahun 368, Caesarius nyaris tewas dalam suatu gempa bumi. Ia berhasil lolos tanpa cedera, tetapi amat terguncang oleh kejadian itu. Ia merasa Tuhan mengatakan kepadanya untuk menempuh hidup dalam doa jauh dari keruwetan hidup di istana. Caesarius membagi-bagikan harta miliknya kepada kaum miskin. Ia mulai menempuh hidup dalam doa dan keheningan.

Santo Caesarius wafat tak lama kemudian pada tahun 369. Homili dalam Misa Pemakamannya disampaikan oleh saudaranya, Santo Gregorius.

Bagaimanakah orang melihat panggilan khususku sebagai suatu cara untuk melayani dan mengasihi Tuhan dalam umat-Nya?

Sumber: yesaya.indocell.net

Inspirasimu: Santo Montanus, Santo Lucius, dkk : 24 Februari