Home SEPUTAR VATIKAN Urbi 40 Orang Ikuti Kursus Menulis di Keuskupan Malang

40 Orang Ikuti Kursus Menulis di Keuskupan Malang

ANTUSIASME yang benar-benar membuncah. Ini terjadi di Keuskupan Malang, ketika 40 peserta semiloka ketrampilan menulis menyimak kiat-kiat sukses menjadi penulis hebat selama dua hari terakhir, sejak Rabu hingga Jumat tanggal 12-14 Maret 2014.

Komsos Keuskupan Malang yang dikomandani oleh Romo Eko Putranto Pr bekerjasama dengan Komsos KWI menggelar semiloka latihan ketrampilan menulis itu bersama Budi Sutedjo Dharma Oetomo. Mengambil lokasi di Pusat Pastoral Malang, Jawa Timur, acara ini berlangsung sengit saking antusiasmenya para peserta semiloka.

Tentu karena semangatnya adalah membina kemampuan para peserta agar menjadi para penulis yang andal dan tentu saja produktif.

Selain kemampuan menulis yang bagus, panitia juga menggelar ketrampilan untuk memberdayakan multimedia sebagai media pewartaan iman.

Acara itu sendiri dikemas dengan sangat bagus dan menarik. Diawali dengan nyanyian Indonesia Menulis karya Budi, para peserta diberi materi penjelasan tentang apa itu visi dan misi dari kegiatan manusiawi: menggoreskan pena di atas kertas atau sekarang mengetik tuts di panel laptop atau komputer.

“Ketika menulis buku, kita dapat mempunyai murid dari mana saja tanpa batas dan dapat pula berkontribusi untuk Indonesia,” tutur Budi.

“Jadi jangan takut untuk memulai menulis. Karena pengalaman kita bisa menjadi bahan ajaran bagi orang lain. Dan itu antara lain melalui karya tulis kita. Buku yang kita garap bisa memotivasi orang setelah membaca pengalaman kita,” tambahnya.

Menulis juga bisa menjadi alat ampuh untuk pewartaan iman. Misalnya menulis tentang kegiatan pastoral dan pernak-pernik kegiatan yang terjadi di Keuskupan. Buku tentang perjalanan hidup, kata Budi, tentu sangat bagus ditulis karena bisa membangun dan mengembangkan Keuskupan Malang.

Namun untuk menjadi seorang penulis, kata dia, mesti butuh usaha. Mulai dari hal-hal kecil dulu. “Menjadi penulis produktif itu mudah, sekalipun misalnya merasa tidak memiliki bakat menulis,” begitu keyakinannya. Harus ada kata ‘mau’ dulu, baru kemudian bibit itu diasah.

Menulis fakta atau peristiwa

Budi lalu menyitir teknis menulis berita atau peristiwa. Ia mengenalkan prinsip 5W 1H yakni who, what, where, when, dan why sertahow.

Budi tidak hanya mengajarkan teknik menulis tapi juga mempraktikkan bagaimana menulis dengan baik. Setelah diajari latihan menulis puisi, kemudian dibeberkan teknik menulis features, opini, advertorial, buku maupun bagaimana carana mengirim naskah ke panerbit hingga sampai proses cetaknya.

Usai berbagi cerita tentang jenis berita, peserta diminta untuk menulis opini sesuai dengan tema yang sudah ditentukan yakni “Sehati Sejiwa Membangun Keuskupan Malang”.

“Saatnya merubah diri yang biasanya jadi pembaca menjadi penulis,” begitu motivasi yang disampaikan peraih rekor MURI bidang penulisan ini.

Pastoral melalui Media Sosial

Internet bukan tujuan tetapi sarana. Sarana yang sangat potensial untuk mewartakan kebenaran iman kristiani kepada sesama. Dibutuhkan keterampilan khusus agar kemasan pesan yang disampaikan menarik dan menggugah minta pembaca. Inilah point penting yang disampaikan Rm. Kamilus Pantus saat membicara dihadapan peserta semiloka.

Untuk menjadi pribadi yang profesional di dalam pewartaan melalui media perlu latihan, latihan, latihan. Latihan yang dilakukan secara bersama juga secara pribadi.

Bapal Errol Jonathans yang sudah 23 tahun menjadi pemimpin Radio Suara Surabaya membuka sesinya dengan menyodorkan fakta peran sentral media terutama internet dalam menyalurkan berita. Dalam hitungan detik, kisah meletusnya gunung Kelut sudah bisa diketahui oleh mereka yang tinggal di benua lain. Nilai positip dari media sosial sangat bagus jika dimanfaatkan untuk pewrataan. Dibutuhkan keterampilan khusus untuk mengolah isi karena sesungguhnya isi pesan adalah raja, sedangkan teknologi sang ratunya.

(ryi &RDKML)