Home Jendela Alkitab Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Minggu, 22 September 2019

Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Minggu, 22 September 2019

02 Oktober 2021, Bacaan Injil 02 Oktober 2021, Bacaan Injil Harian, Bacaan Kitab Suci, bacaan Pertama 02 Oktober 2021, Bait Allah, Bait Pengantar Injil, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Mazmur Tanggapan 02 Oktober 2021, Minggu Kerahiman Ilahi, Penyejuk Iman, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Pewartaan, Renungan Harian Katolik 2021, Renungan Katolik Harian, Renungan Katolik Mingguan, Sabda Tuhan, Minggu Pekan Biasa XXVI, Ulasan Kitab Suci Harian, Umat Katolik, Yesus Juruselamat
Ilustrasi: findshepherd

Bacaan Pertama Am 8:4-7

Dengarkanlah ini, hai kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini, dan yang berpikir, Kapan pesta bulan-baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum; kapan hari Sabat berlalu, supaya kita boleh berdagang terigu; kita akan memperkecil takaran, menaikkan harga dan menipu dengan neraca palsu; kita akan membeli orang papa karena uang, dan membeli orang miskin karena sepasang kasut; kita akan menjual terigu tua.’ Beginilah Tuhan telah bersumpah demi kebanggaan Yakub, “Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!”

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan Mzm 113:1-2.4-6.7-8;R:1a.7b

Pujilah Tuhan, yang mengangkat orang miskin.

  • Pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, pujilah nama Tuhan! Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan, sekarang dan selama-lamanya.
  • Tuhan tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
  • Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama dengan para bangsawan bangsanya.

Bacaan Kedua 1Tim 2:1-8

Saudaraku yang terkasih, pertama-tama aku menasihatkan: Panjatkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur kepada Allah bagi semua orang, bagi pemerintah dan penguasa, agar kita dapat hidup aman dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan berkenan kepada Allah, Penyelamat kita. Ia menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Allah itu esa, dan esa pula Dia yang menjadi pengantara Allah dan manusia, yaitu Manusia Kristus Yesus. Ia telah menyerahkan diri sebagai tebusan bagi semua orang: Suatu kesaksian pada waktu yang tepat. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pewarta dan rasul. Yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta! Aku ditetapkan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran. Oleh karena itu aku ingin, agar di mana pun kaum laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa kemarahan dan perselisihan.

Demikianlah sabda Tuhan.

Bait Pengantar Injil 2Kor 8:9

Yesus Kristus menjadi miskin sekalipun Ia kaya, supaya karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.

Bacaan Injil Luk 16:1-13

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu si kaya itu memanggil bendahara itu dan berkata, ‘Apakah yang telah kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungjawaban atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.’ Berkatalah bendahara itu di dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan kuperbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu bendahara itu memanggil satu demi satu orang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama, ‘Berapakah hutangmu kepada tuanku?’ Jawab orang itu, ‘Seratus tempayan minyak.’ Lalu kata bendahara itu kepadanya, ‘Inilah surat hutangmu! Duduklah dan buatlah surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.’ Kemudian ia berkata kepada yang kedua, ‘Dan Saudara, berapakah hutangmu?’ Jawab orang itu, ‘Seratus pikul gandum.’ Katanya kepada orang ini, ‘Inilah surat hutangmu! Buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.’ Bendahara yang tidak jujur itu dipuji oleh tuannya, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Maka Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi. Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan harta sejati kepadamu? Dan jika kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain; atau ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan

“Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Dalam Kitab Amos dikisahkan betapa serakah dan curangnya orang-orang kaya yang dengan keji menginjak-injak orang miskin. Mereka adalah gambaran orang yang mengabdi kepada nafsu mereka sendiri, kepada kekayaan dan kesenangan mereka. mereka adalah gambaran orang yang mengabdi Mamon. Seperti yang dikatakan Yesus, mengabdi Allah dan setia pada hukum Allah jelas sangat sulit karena itu tidak mungkin mengabdi kepada dua tuan.

Tetapi bukan berarti tidak ada kesempatan untuk bertobat dan beralih. Kisah bendahara yang jujur menunjukkan kesempatan dan kemungkinan itu. ia yang sebelumnya curang menyadari kebutuhan untuk bertahan hidup yang kemudian mendorongnya untuk meninggalkan kecurangan bahkan rela rugi supaya selamat. Kisahnya terasa sangat dekat dengan kita. Pertobatan terjadi ketika orang sudah di ujung tanduk. Demi selamat berbalik arah dan bahkan rela berkorban. Tetapi apa pun motivasi dan situasi yang melatarbelakangi pertobatan, Yesus menegaskan selalu ada kesempatan dan Ia juga mengajak kita setia mengabdi-Nya, mulai dari perkara-perkara kecil. Perkara kecil itu dapat kita temukan dalam hidup harian keluarga, dalam sikap kita kepada pasangan, anak, maupun orang tua, dalam cara kita bekerja, dalam keberanian kita untuk jujur dan adil, dalam sikap bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dan dalam gairah kita untuk memberikan yang terbaik. Apakah kita juga berani “rela rugi supaya selamat”?

Tuhan Yesus, ajari aku setia kepada-Mu dalam setiap perkara hidupku supaya hidupku menjadi pujian nama-Mu dan keselamatan bagi dunia ini. Amin.

Sumber renungan: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia