Beranda Jendela Alkitab Harian Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Kamis, 24 September 2020

Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Kamis, 24 September 2020

21 November 2021, Bacaan Injil 21 November 2021, Bacaan Injil Harian, Bacaan Kitab Suci, bacaan Pertama 21 November 2021, Bait Allah, Bait Pengantar Injil, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Mazmur Tanggapan 21 November 2021, Minggu Kerahiman Ilahi, Penyejuk Iman, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Pewartaan, Renungan Harian Katolik 2021, Renungan Katolik Harian, Renungan Katolik Mingguan, Sabda Tuhan, Minggu Pekan Biasa XXXIV, Ulasan Kitab Suci Harian, Umat Katolik, Yesus Juruselamat
Ilustrasi : lambsteps.com

Bacaan Pertama: Pkh 1:2-11

Tiada sesuatu yang baru di bawah matahari.

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia! Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada. Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak bosan-bosan melihat, telinga tidak puas-puas mendengar. Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tiada sesuatu yang baru di bawah matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan, “Lihatlah, ini baru!” Tetapi sebenarnya hal itu dahulu sudah ada, lama sebelum kita. Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan: Mzm 90:3-6.12-114.17 R:1

Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.

  • Tuhan, Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, “Kembalilah, hai anak-anak manusia!” Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.
  • Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang lisut dan layu.
  • Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan — berapa lama lagi? — dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
  • Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami! Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!

Bait Pengantar Injil: Yoh 14:6

Akulah jalan, kebenaran dan hidup; hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.

Bacaan Injil: Luk 9:7-9

Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?

Ketika Herodes, raja wilayah Galilea, mendengar segala yang terjadi, ia merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi zaman dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata, “Yohanes kan telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal besar itu?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

Demikianlah Injil Tuhan

Renungan

”Tidak ada yang baru di muka bumi ini. Tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri. Pengkotbah menyampaikan pandangannya tentang siklus kehidupan dan perputaran waktu. Kesia-siaan belaka. Tidak ada baru. Semua datang dan pergi. Segala sesuatu menjemukan karena berulang dan berputar. Semua itu disampaikan untuk membuat kita semua semakin bijak, tidak mudah patah semangat atau menjadi takabur, tetapi selalu ada dalam sikap optimis dan tetap realistis.

Ada dua cara memandang bentangan sejarah hidup ini, yaitu secara siklis dan secara linear. Secara siklis berarti kita memandang hidup sebagai peristiwa yang terjadi berulang-ulang. Hari ini toh akan terjadi lagi esok dan seterusnya. Sementara secara linear adalah memandang waktu sebagai sesuatu yang bergerak lurus. Apa yang terjadi hari ini tidak akan terulang esok. Kalau pun terjadi peristiwa yang sama, toh tidak pernah persis sama sekali. Kita dapat menghadapi kehidupan ini dengan rileks tapi bukan santai atau semau gue.

Ibu Theresa Kalkuta mengatakan, ”Not all of us can do great things. But we can do small things with great love” (Tidak semua dari kita dipanggil bukan untuk melakukan hal besar, luar biasa. Tetapi satu hal yang bisa kita buat adalah melakukan hal-hal biasa dengan kasih yang luar biasa). Melakukan hal-hal sederhana dengan sepenuh hati dan dengan kasih yang tulus menjadikan hidup kita bermakna. Setia dengan perkara-perkara kecil merupakan keutamaan kristiani. I

Tuhan Yesus, kami mohon rahmat-Mu agar kami dapat tekun dan setia dalam segala aktivitas kami yang kadang membosankan. Semoga kami setia dengan pekerjaan-pekerjaan kecil yang Engkau percayakan kepada kami. Amin.

02 Januari, Bacaan, bacaan kitab suci hari ini, Injil hari ini, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, misa natal, natal, penyejuk iman, refleksi harian, Renungan hari minggu, renungan harian, renungan harian katolik, sabda tuhan, ziarah batin

 

Sumber: Renungan Ziarah Batin 2020, Penerbit OBOR

Inspirasimu: Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Selasa, 22 September 2020