Home Jendela Alkitab Harian Berusaha dengan Cara yang Wajar (Rabu 05 November 2014 )

Berusaha dengan Cara yang Wajar (Rabu 05 November 2014 )

Pada suatu waktu ada sekumpulan katak tinggal di pinggir sebuah sungai. Mereka adalah satu keluarga bahagia dengan sejumlah besar anak. Induk katak mengasihi anak-anaknya dan memberi perhatian penuh kepada mereka.

Pada suatu hari induk katak harus pergi berbelanja. Dia berpesan kepada anak-anaknya supaya waspada sementara dia tidak di rumah. Mereka tidak boleh pergi dari luar tepian sungai. Segera sesudah induk katak pergi, katak-katak kecil keluar tepian sungai. Mereka mengira ada sesuatu yang menarik di luar, sehingga induk mereka melarang mereka pergi ke luar.

Kata katak yang tertua kepada saudara-saudarinya, “Mari kita melihat-lihat daerah sekitar ini.”  “Ya mari!” kata mereka beramai-ramai. Lalu mereka melompat ke padang melewati seekor binatang besar yang sedang berdiri dan mengunyah rumput.

Dengan hati senang anak-anak katak mengamati binatang besar itu. Ketika tiba-tiba binatang besar itu berpaling ke arah mereka dan membunyikan suara, ”Moo!”, anak-anak katak itu berlarian karena takut.

Ketika mereka kembali ke tepi sungai, induk mereka telah menanti. Mereka dimarahi karena nakal. Akan tetapi anak-anak katak itu begitu senang dengan petualangan mereka.  Mereka serentak berseru, “Oh Ibu, ada yang ingin kami sampaikan. Di luar ada binatang begitu besar. Dia mempunyai mata besar dan suaranya seperti guruh.”

Induk mereka tersenyum. Si induk kemudian menjelaskan dengan tenang, “Itu sapi yang kamu lihat. Apakah binatang itu sebesar ini?” induk katak bertanya sambil membuka dadanya.

 “Tidak, lebih besar dari itu,” jawab anak-anak katak.

  “Kalau begitu binatang itu sebesar ini,” kata induk katak sambil merentangkan dadanya lebih besar lagi.

Anak-anak katak itu menggelengkan kepala mereka. Induk katak itu terus merentangkan dadanya hingga ukuran sangat besar. Akan tetapi tiba-tiba terdengar letusan.. Dada induk katak itu pecah.

 Banyak orang berusaha untuk meraih ketenaran. Namun mereka tidak memiliki dasar yang kuat. Mereka berusaha, tetapi sering kali mentok di tengah jalan. Segala macam cara ditempuh untuk meraih ketenaran itu. Sampai akhirnya mereka terpuruk dalam derita batin yang luar biasa. Mereka menjadi stress. Hidup kemudian tidak begitu berarti lagi.

 Mengapa ini semua bisa terjadi? Kisah tadi menunjukkan bahwa banyak orang ingin menjadi lebih besar dari dirinya yang sebenarnya. Usaha terus-menerus dilakukan. Tetapi akibatnya bisa fatal bagi kehidupannya. Karena itu, apa yang mesti dibuat oleh orang beriman? Orang beriman boleh berusaha sekuat tenaga untuk memberi makna yang baik bagi hidup ini. Namun orang mesti tahu diri sampai sejauh mana kemampuannya. Kalau mau sungguh-sungguh maju, orang mesti berani untuk bersikap rendah hati. Orang mesti berani mengakui kekurangan dan kelemahannya. Hal ini menjadi starting point yang sangat baik untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Mari kita berusaha untuk menjadi sukses dengan cara-cara yang wajar dan halal.