Home KWI KOMSOS KWI Kemampuan Public Speaking Para Frater Seminari Ritapiret di Atas Basic

Kemampuan Public Speaking Para Frater Seminari Ritapiret di Atas Basic

BICARA di depan banyak orang tentu saja bukan hal baru bagi para frater Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Maumere, Flores, NTT. Selama proses pendidikan yang dijalankan kesempatan untuk tampil dengan berbagai momen tentu sudah berkali-kali dirasakan. Karena itu, tak heran bila saat praktik bicara kali ini yang dipandu Errol Jonathans, mereka sudah tidak lagi mengalami banyak kesulitan.

“Catatan saya adalah dari keenam teman yang sudah tampil, mereka memiliki kemampuan dasar public speaking yang rata-rata sudah di atas basic. Tinggal dikembangkan saja” ujar Errol dalam Pelatihan Public Speaking, Sabtu (3/10/2015).

latihan60 peserta yang dibagi menjadi enam kelompok masing-masing menunjuk wakilnya untuk bicara tentang topik yang dipilih. Kebetulan banyak yang memilih tentang ‘human traficking’, satu masalah yang sangat dekat dengan masyarakat Maumere saat ini.

Meski sudah memiliki kemampuan dan pemahaman yang lebih dari kemampuan dasar, Errol memberi catatan apa saja yang harus diperbaiki dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan bicara di depan umum ini.  Catatan tersebut, antara lain:

1. Vokal kuat. Berlaku untuk semua peserta. Catatannya, vokal yang kuat tidak menjamin apa yang disampaikan itu enak didengar. Ini justru bisa membuat lelah pendengar.

2. Suara yang kebanyakan lantang harus diasah lagi. Ketebalan suara perlu diasah.

3. Body language. Beberapa frater memiliki banyak peluang untuk menggunakan body movement karena tidak memegang mike, sehingga mestinya bisa menggerakkan tangan.

4. Beberapa penyampaian ada jeda, sehingga terkesan kehilangan kata-kata atau sedang berpikir.

5. Posisi mike.  Beberapa frater yang tampil membiarkan mike berdiri tepat di depan muka. “Ini secara estetika buruk.  Mestinya mike harus diletakkan di bawah dagu, sehingga komunikasi mulut Anda akan terlihat. Lalu untuk frater yang memegang mike, maka mike harus di bawah bibir.”ujar Errol.

6. Popping, ini terjadi karena cara kita  mengucapkan huruf” B” dan “P”. semakin sensitif mikrofon semakin besar peluang popping.  “Idealnya posisi mike tidak di depan mulut tapi di bawah mulut. Ada teknik yang bisa dipelajari sehingga suara kita tetap terdengar meski posisi mike di bawah mulut” terang Errol.

“Namun saya senang karena penampil  berusaha memberi opening yang berbeda. Baru greating.  Menurut saya ini menarik dan kreatif,”ujar CEO Suara Surabaya Group.

ritapiret fraterMemelajari teknik-teknik publik speaking, menurut Errol, menjadi urgensi bagi para frater. Sebagai calon imam yang nantinya akan melakukan karya-karya pewartaan, para frater harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Ini agar apa yang disampaikan pada akhirnya bisa dimengerti, dipahami lalu diterima dengan baik. Pesan ini pada akhirnya akan memberi dampak positif bagi umat.