Menarik kalau merenungkan bahwa gambaran tentang perjamuan menunjukkan situasi dari orang-orang yang diselamatkan oleh Tuhan pada akhir zaman. Dalam Kitab Suci, makan bersama itu simbol dari sukacita dan persaudaraan. Mengajak makan bersama menjadi tanda keramah-tamahan tuan rumah terhadap tamunya. Dalam makan bersama diungkapkan keakraban dan kesejajaran karena duduk bersama dan makan dari sajian yang sama. Perjamuan atau makan bersama adalah simbol yang mempersatukan, sukacita dan keakraban.
Hari Pangan Sedunia membawa kita pada suatu kesadaran bahwa banyak orang-orang di sekitar kita yang kelaparan, kekurangan dan merindukan uluran tangan kita. Kesediaan kita untuk berbagi dalam sebuah “perjamuan” memberikan pengharapan, sukacita dan memampukan kasih persaudaraan. Bukankah hidup kita kelak dalam sebuah perjamuan dengan Tuhan? Sebelum hal itu terjadi, marilah kita pun di dunia ini saling berbagi, solider dengan mereka yang “lapar” dengan semangat yang diberikan Mother Theresa untuk kita, “Berikan hatimu untuk mencintai dan ulurkan tanganmu untuk melayani, agar sukacita Allah semakin dirasakan oleh orang- orang yang membutuhkan.”
Pertanyaan reflektif:
Sudahkan dalam kehidupanku aku berbagi dengan mereka yang kelaparan sebagai wujud perjamuan bersama dengan orang-orang yang memerlukan harapan kita?
Doa:
Ya Tuhan berikanlah dalam diriku, hati yang peka terhadap kebutuhan orang lain dan kesiapsediaan untuk berbagi sebagai ungkapan perjamuan bersama di dunia ini agar hidupku semakin menjadi tanda pengharapan bagi orang lain. Amin. (RP Huberto Hartono, MSF)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
