Beranda OPINI Kidung Duka

Kidung Duka

“Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” (Mat 11, 17)

KIDUNG duka dinyanyikan pada saat terjadi peristiwa kematian yang menimbulkan rasa sedih dan kehilangan. Kidung duka yang saya suka adalah “In Paradisum.”

Tentu ada banyak kidung duka yang lain. Dedy Dores juga pernah menyanyikan “Kidung Duka Anak Negeri.”

Bagaimanapun juga, kidung duka mau mengungkapkan rasa duka dan rasa sedih dari banyak orang. Selain peristiwa kematian, ada banyak peristiwa yang bisa menimbulkan rasa sedih dan duka.

Tadi malam saya mendapatkan bbm yang berisi berita sekitar Banjarnegara, demikian, “Hujan lebat yang terus menerus mengguyur selama sehari semalam mengakibatkan kejadian luar biasa di Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Membuat terjadinya longsor yang memutuskan Jalan Raya dari Banjarnegara ke arah Karangkobar. Membuat banjir di Sungai Serayu yang dashyat. Longsor dan terputusnya Jalan Randegan mengakibatkan terputusnya akses Jalan Raya Wonosobo-Banjarnegara. Banyak truk pengangkut pasir dan batu yang hanyut dibawa banjir. Banjarnegara pun siaga bencana.”

Ini bukan sebuah kidung dengan notasi atau nada tertentu. Ini juga bukan peristiwa kematian. Ini merupakan bencana yang disebabkan alam semesta. Alam yang mulai mencurahkan hujan. Hujan terus menerus yang mengakibatkan banjir atau tanah longsor. (Baca juga: Yakub dan Dunia Cacing)

Peristiwa ini tentu tidak hanya terjadi di Banjarnegara, tetapi juga bisa terjadi di tempat lain. Peristiwa seperti ini juga merupakan kidung duka, khususnya bagi banyak orang yang terkena dampak atau akibatnya.

Sejauh mana kidung duka seperti ini membuat orang lain ikut serta berkabung? Ikut berkabung bisa diungkapkan dalam banyak cara, seperti: menangis, mendoakan, mengunjungi, mengulurkan bantuan, mencarikan jalan penyelamatan, dsb.

Yesus mengajak para murid-Nya untuk tanggap dan terlibat atau berani bergerak keluar dari dirinya sendiri. Yesus tidak ingin agar para muridnya merasa ‘nyaman dan aman’ dengan dirinya sendiri, sehingga tidak ikut menari saat orang lain meniup seruling dan berduka saat orang lain menyanyikan kidung duka.

Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)