Beranda KOMISI-KOMISI KEPEMUDAAN Lebih Dekat dengan Komisi Kepemudaan KWI

Lebih Dekat dengan Komisi Kepemudaan KWI

Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI, Romo Antonius Haryanto

MEMBAWA Orang Muda Katolik untuk berjumpa dengan Kristus merupakan misi utama yang diemban oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Untuk jangka pendek, misi ini hendak dihayati dengan melakukan kombinasi terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan orang muda hingga 2018.

“Untuk tahun ini ada pendampingan Orang Muda secara massal,”ujar Romo Antonius Haryanto, Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI ketika berbicara di hadapan para Romo dan karyawan-karyawati di aula KWI, Rabu (18/8) kemarin.

Dengan tema “Mengenal Lebih Jauh Komisi Kepemudaan KWI”, Romo Haryanto menerangkan beberapa tugas utama yang sudah sering dilakukan dan pengalaman serta dampak pelaksanaan Indonesian Youth Day. 

Karyawan-karyawati KWI ketika mengikuti pertemuan bersama di Aula KWI
Karyawan-karyawati KWI ketika mengikuti pertemuan bersama di Aula KWI, Rabu (18/8/2016)

“Banyak orang muda yang kini mulai bersemangat untuk merayakan youth day di tingkat paroki, dekenat, keuskupan, dan bahkan regio. Setelah Indonesian Youth Day di Sanggau 2014 lalu,kami mendata di tahun kemarin saja ada sekitar 26 kegiatan Youth Day”,

Romo Haryanto mengatakan, dengan adanya bonus demograsi saat ini berati perjalanan bangsa ini akan ditentukan oleh orang muda, apakah orang muda itu bermutu atau tidak. Untuk itu, Komisi Kepemudian dalam karyanya membuat promo-promo kecil yang dimaksudkan agar orang muda dapat menyadari peran pentingnya dalam kehidupan menggereja.

Terkait dengan Youth Day, Romo Haryanto mengatakan bahwa dalam konteks Indonesia dilaksanakan Indonesian Youth Day, dimana Orang Muda Se-Indonesia dapat bertemu bersama, menggali akar iman katolik dan membangun integritas, sarana pewartaan OMK, menghidupi iman mereka dan membawa sukacita Injil. Sedangkan, untuk konteks Asia, ada Asian Youth Day. Tahun 2017 nanti akan diselenggarakan AYD ke-7. Dan untuk konteks dunia, ada World Youth Day yang  diselenggarakan sekali dalam 3 tahun.

Pengalaman WYD 2016

Pada kesempatan pertemuan ini, Romo Haryanto juga berkenan membagikan pengalamannya ketika mengikuti World Youth Day 2016 di Polandia, belum lama ini. Ia bercerita bahwa untuk tema World Youth Day di Warsawa, Polandia kemarin diambil dari teks Mat 5: 7: “Berbahagilah Orang yang Murah hatinya karena Mereka akan Beroleh kemurahan”. WYD 2016 ini diikuti oleh 3 juta orang Muda. Dan, untuk Mercifull, kami menimba  inspirasi dari kedua orang Kudus dalam Gereja, Santa Faustina dan Santo Yohanes Paulus II. “Dua orang ini jadi sumber inspirasi”, ujarnya.

Orang Muda dari berbagai latar belakang berkumpul bersama untuk merayakan World Youth Day 2016 di Krakow Polandia/Foto: http://worldyouthday.com/
Orang Muda dari berbagai latar belakang berkumpul bersama untuk merayakan World Youth Day 2016 di Krakow Polandia/Foto: http://worldyouthday.com/

Dari Indonesia ada 280 orang Muda yang terlibat di WYD yang dipecahkan ke dalam beberapa komunitas. Sebelum acara utama bersama  dengan Paus Fransiskus,orang muda dari Indonesia mengadakan acara dengan komunitas lain dari seluruh dunia. Biasanya, masing-masing komunitas dibagi dalam setiap kelompok dengan anggota sekitar 10 ribu orang muda.

Untuk tim kerja dari KWI sendiri, kata Romo Haryanto,  Orang Mudanya dipecah dalam 3 paroki, ada 120 orang muda per paroki dan di sana mereka tinggal di keluarga-keluarga katolik, live-in bersama.

“Jadi di sana kami punya  orang tua angkat juga, sama seperti teman-teman ketika berkunjung ke Maluku beberapa waktu lalu,”  kenang Romo Haryanto diikuti gelak tawa dari para Romo dan karyawan yang hadir.

Romo Haryanto melajutkan, selama berada di sana kami bekerja sama dengan teman-teman orang muda di sana. Semingu kami tinggal di Warsawa, kami diajak untuk melihat pertunjukan teater, menimba kerahiman dari sosok santa Faustina dan Santo Yohanes Paulus II, rekoleksi bersama, berdoa bersama, diajak untuk tahu sejarah Polandia, mengunjungi daerah-daerah penting di sana, dan berbagi pengalaman bersama.

Bahasa Jadi Kendala

Memang di sana kami mengalami  keterbatasan selama tinggal di keluarga-keluarga. Romo Haryanto mengatakan, Orang Polandia itu sangat mengagumi bahasa mereka. Meski demikian, yang sungguh disyukuri pada waktu itu kami masih juga saling bisa mengerti.

“Yang luar biasa untuk acara semacam ini juga, Semuanya dipanitiai, dimanage oleh orang Muda. Bayangkan untuk sebuah acara besar yang dihadiri oleh 3 juta orang.”

Setelah belajar bersama di Warsawa, kami kemudian awalnya diberitahu akan tinggal di aula sekolah tapi akhirnya kami ditempatkan di daerah kota masa kecilnya Yohanes Paulus II, Wadowice. “Di kota ini, kami tinggal bersama keluarga lagi. Kami sangat senang karena sudah pasti makanannya terjamin: ada susu segar, roti, sandwich, jadi kami makan ala eropa ya.

Di Wadowice kami akhirnya jadi tahu persis sepak terjang masa kecil Yohanes Paulus II. Dia tinggal di mana, sekolah di mana, makanan kesukaannya apa, kebiasaan sehari-hari seperti apa. “Ternyata orang suci itu sejak kecil sudah nampak kesuciannya.”

Bahkan rumahnya itu dijadikan sebagai museum, dan kami boleh berkunjung ke situ: melihat dapurnya, kamar tidurnya, ruang belajarnya, bahkan surat-suratnya dikumpulkan di dijilid. Ada juga surat dalam bahasa Indonesia yang disimpan di sana.

Ole-ole

Dalam Misa pembukaan di Krakow, Paus Fransiskus mengatakan, kamu hendak menerima pertobatan sehingga kamu mau bergerak bersama untuk diperbaharui. Kemudian Paus Fransiskus menegaskan itu  seperti sosok Maria dan Marta.

“Yesus datang ke rumah Maria dan Marta, bukalah hatimu seperti Maria dan Marta, Mereka membuka hatinya sehingga apa yang menjadi kekhawatiran dan kegembiraan bisa dibagikan, menemukan kepenuhan hidup dan damai seperti Maria.

Jadi perjumpaan awal ketika Paus datang, itu adalah mengajak orang muda, ayo kita buka hati untuk menerima anugerah dari Allah seperti sosok Maria. Selanjutnya, dalam kotbahnya di Gereja Our Lady of Czestochowa, kata Romo Haryanto, Paus mengajak Orang muda untuk berani.

“Mari berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberi kita keberanian: jangan takut, jangan takut, Tuhan itu sungguh baik.”

Paus mencontohkan Maciek Szymon, desain garfis untuk acara WYD 2016, yang divonis dokter karena terkena cancer tapi  tetap menngungkapkan keberaniannya untuk setia mengikuti acara WYD 2016.

Pada keesokan harinya, kata Romo Haryanto, Paus bersama orang muda mengadakan doa vigili dengan tiga ujud penting, yakni pertama, doa untuk dunia yang mengalami kesakitan. Dalam doa ini, orang muda bersama Paus Fransiskus mengenang para korban dalam konflik Suriah dan di belahan bumi lainnya.

Kedua, Orang Muda sebagai tanda hidup. Melalui doa ini, Orang Muda ingin mempertahankan  situasi persaudaraan, kekeluargaan. Orang Muda sungguh menyadari bahwa mereka datang dari  latarbelakang yang berbeda tapi mereka kini disatukan dalam doa. Dalam kesempatan ini, Paus mengajak orang muda untuk saling bergandengan tangan dan doa hening.

Ketiga, Berani Keluar, jangan Takut! Paus mengingatkan orang muda agar jangan menjadi seperti para murid yang menutup pintu rumah.

Dan, keempat, OMK melanjutkan! OMK tanda harapan dan siap menerima perubahan. “Seperti orang yang menderita lepra, mereka memberi kesaksian. Dunia saat ini meminta suatu sikap yang berbeda untuk mempertahankan martabat. Orang Muda Katolik adalah harapan. Gereja mengharapkan OMK untuk melanjutkan dunia yang lebih baik. Siapakah OMK? Generasi yang sudah tua mengharapkan OMK untuk hidup dalam keberbedaan kultur dan sebagainya. Gereja membutuhkan OMK untuk belajar hidup dalam perbedaan, dan untuk menerima perubahan. Pada kesempatan ini, Paus mengajak orang muda untuk bersalaman dalam persaudaraan sambil berkata: “kamu,kamu,kamu, lanjutkan!!!”