Beranda OPINI Pastor Sepuh Terkunci dari Luar

Pastor Sepuh Terkunci dari Luar

“Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yoh 10, 9)

MINGGU sore ada tahbisan diakon di Paroki Banjarnegara. Banyak umat dari berbagai paroki hadir bersama gembala mereka. Demikian juga hadir para frater, Rektor Seminari Tinggi, beberapa romo Jesuit dan umat Paroki Banjarnegara. Para romo berganti jubah di salah satu kamar di lantai dua. Pemakaian kasula juga berada di lantai dua.

Dalam kesempatan itu, ada seorang romo sepuh yang juga berganti jubah dan mungkin masih berada di kamar mandi. Seorang romo lain, tanpa mengecek terlebih dahulu langsung mengunci kamar tersebut, sehingga romo sepuh itu tidak bisa keluar. Untung bahwa saat itu ada orang yang naik ke lantai dua. Romo itu ngetuk-ngetuk pintu dan minta tolong dibukakan.

Pintu bisa dibuka dengan kunci ‘serep’.

Romo sepuh itu baru bergabung dalam Perayaan Ekaristi pada saat homili. Pintu ditutup dan dikunci, agar orang tidak bisa masuk ke dalam dan demi menjaga keamanan barang-barang yang ada di dalam kamar.

Pintu yang tertutup dan terkunci juga menyulitkan orang yang berada di dalam. Orang tersebut seperti berada dalam penjara; tidak bisa keluar, tidak bisa berjumpa dengan orang lain, tidak bisa mengikuti berbagai kegiatan yang ada, tidak bisa ikut merasakan kegembiraan atau sukacita orang lain.

Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai pintu, yakni pintu masuk menuju keselamatan. Orang-orang yang ingin selamat mesti masuk lewat pintu ini. Tidak ada pintu lain yang tersedia. Yesus juga merupakan pintu untuk menemukan padang rumput, tempat domba-domba mendapatkan makanan yang cukup.

Dialah pintu yang harus dilewati, kalau orang ingin hidup sejahtera dan berkecukupan. Kalau Yesus merupakan pintu masuk, bagaimana dengan diriku: masuk atau tetap diluar?

Teman-teman selamat sore dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)