Beranda Jendela Alkitab Harian Penyelamatan tak bisa Ditunda; Fil 1:1-11,Luk 14:1-6 21 (Renungan Hari...

Penyelamatan tak bisa Ditunda; Fil 1:1-11,Luk 14:1-6 21 (Renungan Hari Pangan Sedunia, 31 Oktober 2014)

                 Sabat atau Shabbat berarti “istirahat” atau “berhenti bekerja” dalam bahasa Ibrani, adalah hari istirahat setiap Sabtu dalam kalangan orang Yahudi. Hari Sabat dirayakan dari saat sebelum matahari terbenam pada hari Jumat hingga tibanya malam pada hari Sabtu. Perayaan ini dilakukan oleh banyak orang Yahudi dengan berbagai tingkat keterlibatan dalam Yudaisme. Dari kata Sabat ini diperoleh istilah Sabbath dalam bahasa Inggris, dan Sabtu dalam bahasa Indonesia. Dari kata ini pula muncul konsep “sabatikal“, yaitu berhenti bekerja pada Sabat. Orang Yahudi menganggap peringatan Sabat, sebagai hari ke-7 setiap minggu, tidak terputus sejak ditetapkan saat Allah menciptakan alam semesta, dimana manusia diciptakan pada hari ke-6.

Oleh karena itulah, hari Sabat atau hari orang Yahudi berhenti bekerja dianggap sakral. Demikian pula sekian peraturan dan kewajiban yang menyertai hari Sabat itu. Kesakralan atau kesucian Sabat karena ditetapkan oleh Allah. Pertanyaannya mengapa perlu ada hari Sabat? Setidaknya ada dua alasan dibalik penetapan perlunya hari sabat dalam konteks budaya Yahudi saat itu. Kita bisa melihat alasan itu sekaligus melalui dampaknya. Semangat di balik penetapan ini yang mestinya dihormati, bukan semata-mata peraturannya. Pertama, dengan adanya hari Sabat, manusia tidak diperbudak oleh pekerjaan itu sendiri. Ada banyak orang yang jatuh menjadi workalholic atau gila kerja, karena orang itu diperbudak oleh kerja. Gila kerja bisa mengakibatkan orang lupa makan dan minum yang cukup sehingga menjadi sakit serius, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Akhirnya yang menanggung akibat susahnya adalah orang-orang terdekatnya juga, kadangkala itu pasangan hidup dan atau keturunannya. Kedua, dengan adanya hari Sabat, orang Yahudi yang memiliki pekerja atau budak dapat membuat pekerja atau budaknya juga istirahat. Seringkali sikap gila kerja itu diterapkan kepada para karyawannya, sehingga karyawan atau pekerja menjadi seperti budak yang kerja paksa, tidak bisa mengalami istirahat dan rekreasi cukup untuk dirinya dan keluarganya. Jadi hari Sabat itu demi keselamatan orang Yahudi maupun orang-orang yang menjadi pekerjanya. Di zaman sekarang, kalau pekerja tidak mengalami keselamatan di tempat kerja, mereka akan membuat Sabat sendiri alias mogok kerja. Pembantu rumahtangga yang tidak diberi waktu Sabat, akan mudah tidak kerasan dan melakukan Sabat selamanya alias berhenti bekerja dan pindah ke tempat lain.

 Jadi, Sabat harus dihormati terutama karena makna keselamatannya. “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Semua dari kita pasti akan segera menarik ke luar anak atau lembu kita kalau terperosok ke dalam sumur, meskipun pada hari Sabat, karena kita ingin menyelamatkan anak atau lembu. Hal itu tidak bisa ditunda.

Pertanyaan reflektf:

Ada masalah besar yang tidak bisa ditunda penyelesaiannya di negeri kita yaitu soal kedaulatan dan ketahanan pangan. Banyak orang dari kita membutuhkan makanan untuk keselamatan hidupnya, sementara ada keterbatasan sumber makanan, lahan untuk pertanian juga semakin terbatas. Demi keselamatan banyak orang yang membutuhkan makanan, apa yang dapat saya perbuat untuk hal yang tidak bisa ditunda ini? Penghematan supaya ketersediaan makanan sehat terjaga di negeri kita? Menyumbang mereka yang membutuhkan makanan dari penghematan kita?

Doa:

Bapa kami di surga, kami bersyukur atas alam subur negeri kami. Kami bersyukur atas para petani yang mengerjakan keselamatan kami melalui pengolahan alam dan penyediaan makanan bagi kami. Semoga mereka memiliki istirahat yang cukup dalam kerja demi kedaulatan pangan umat manusia. Gerakkan hati kami untuk semakin menghargai jerih lelah para petani yang mengupayakan kedaulatan dan ketahanan makanan bagi kami umat manusia. Ajarkanlah kami selalu sikap hemat dan mengingat mereka yang belum dan tidak selalu mendapatkan makanan yang perlu untuk keselamatan mereka. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.

(RP Y. Edi Mulyono SJ)