Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian Aksi Puasa Pembangunan: Jumat, 27 Februari 2015

Renungan Harian Aksi Puasa Pembangunan: Jumat, 27 Februari 2015

Ilustrasi: Menjalankan perintah Tuhan - judyhusin.blogspot.com

Yeh 18:21-28, Mat. 5:20 – 26

JANGAN HANYA TAHU, LAKUKAN ITU!

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

(Mat 5:20)

Dulu, jika ditegur atau dinasihati orangtua, saya sering menyela: “Sudah tahu!” Orangtua saya pun menukas: “Tahu saja tidak cukup! Lakukan yang kamu tahu, itu baru oke!”

Seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, banyak orang tahu hal yang baik dan benar, tetapi tidak banyak yang mampu bertindak baik dan benar. Ada sangat banyak kejadian yang menyatakan hal itu. Orang tahu bahwa rajin bekerja dan hidup hemat itu baik, tapi banyak orang malas dan hidupnya boros. Orang tahu bahwa sampah di selokan, parit dan sungai itu mencemari lingkungan dan menyebabkan banjir, tetapi banyak orang tidak peduli dan membiarkan saluran air, empang, sungai, bahkan laut, tertimbun sampah. Sudah cukup lama pemerintah dan rakyat Indonesia tahu jika subsidi BBM terlalu besar, Indonesia bisa mandeg ekonomi dan pembangunan infrastrukturnya. Tapi tindakan untuk menyelamatkan keuangan negara tidak dilakukan, sampai ada pemimpin yang paham betul bahwa tindakan nyata adalah kunci penyelamatan. Dibutuhkan ketetapan hati dan keberanian untuk melaksanakan pengalihan subsidi BBM, pada tanggal 18 November 2014 yang lalu, ke bentuk yang lebih memerdekakan bangsa dan negara secara merata dalam ekonomi, pembangunan dan kesejahteraan.

Banyak orang pandai membuat strategi perencanaan bagaimana memecahkan permasalahan Jakarta (a.l. macet, banjir, kriminalitas, tawuran, kekumuhan). Tapi yang sungguh dapat memecahkan masalah adalah pelaksanaan teori-teori yang bagus itu. Kebangkitan dan kesejahteraan Jakarta dan Indonesia hanya dapat terjadi jika pemimpin dan rakyatnya mewujudkan strategi pelaksanaan: ada pembangunan dan perbaikan jalan, saluran, penampungan air, penyediaan angkutan umum yang memadai aman dan terpercaya, menegakkan aturan yang berpihak pada rakyat secara adil dan bertanggungjawab, memberlakukan sanksi bagi para pelanggar dst, yang dilaksanakan dan dikontrol pelaksanaannya.

Sebagai rakyat dan umat, apakah kita masih seperti ahli Taurat dan orang Farisi, atau sudah seperti Jokowi dan Ahok yang mau kerja melaksanakan apa yang mereka tahu baik dan benar? Apakah kita masih suka apatis, pesimis, tidak peduli untuk memperbaiki kebersihan lingkungan kita, enggan membangun pola hidup sehat, sering membuang makanan, malas bergotong-royong membantu sesama yang membutuhkan, kurang mengutamakan musyawarah mufakat dan mau menang sendiri, tidak jujur, tidak rajin, tak hemat dan tak bersemangat serta tak berpengharapan?

Mari kita mulai melihat dari yang sehari-hari: apakah kita parkir kendaraan dengan memperhatikan aturan dan kepentingan orang lain? Apakah kita tidak suka saling serobot dan mau jujur menghargai orang lain? Apakah kita peduli kebersihan lingkungan kita, mau ikut ambil bagian supaya selokan di ujung jalan bersih dari sampah dan sampah dikelola dengan baik; dan masih banyak lagi tindakan nyata sehari-hari yang baik dan benar?

Jika pada yang sehari-hari kita kurang peduli, mana mampu kita peduli untuk yang lebih sulit dilakukan, seperti berdamai memaafkan saudara yang mengganjal di hati? Hendaknyalah kita sadar, bahwa ketidak-mampuan kita bertindak melaksanakan teori dan ajaran tentang yang baik dan benar, bukan hanya berakibat kekacauan hidup di dunia saja, tetapi juga tertutupnya Kerajaan Sorga bagi kita. Barangkali itulah yang pantas dialami umat Allah jika tidak bersyukur, karena tidak peduli merawat dan menjaga karunia Allah yang menghidupkan dan menyelamatkan.

Pertanyaan reflektif:

Mengapa hatiku dan kemauanku sering lemah dalam bertindak nyata? Mengapa aku masih sering mencari-cari alasan untuk menghindar, serta mengharap orang lain atau Tuhan saja yang melakukan pembenahan dan perbaikan? Mengapa mentalitas dan sikapku masih memalukan? Malaskah, takutkah, tak bersyukurkah aku?

Doa:

Allah Bapa yang Mahamurah, Engkau memberikan segala sesuatu yang kami butuhkan untuk hidup, bertumbuh dan berhasil sebagai umatMu yang pantas masuk Kerajaan Sorga. Kami menyadari kekerdilan dan kedegilan kami dengan sering kali bersikap tak peduli, tak bertanggungjawab, sombong, bahkan membela diri karena kurang melakukan ajaran dan sabdaMu. Bersabarlah terhadap kami dan peliharalah semangat kami untuk bertobat dan memperbaiki diri. Demi PutraMu Tuhan kami Yesus Kristus, yang telah mengorbankan diriNya untuk keselamatan kami. Amin.

(Shienta D. Aswin)

Ilustrasi: Menjalankan perintah Tuhan – judyhusin.blogspot.com