Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Pekan Advent 1: Rabu, 5 Desember 2018 (Matius 15:29-37)

Renungan Harian, Pekan Advent 1: Rabu, 5 Desember 2018 (Matius 15:29-37)

Inti dari semua keajaiban yang Yesus buat hari ini, baik itu penyembuhan berbagai penyakit, memberi makan orang banyak berasal dari hati-Nya yang tergerak! Yesus bisa saja tidak melakukan apa-apa jika hatinya tidak tergerak. Hati Yesus yang tergerak di penuhi oleh  belas kasihan, hati yang mampu merasakan apa yang dirasakan orang, hati yang peduli, hati yang mampu mendengar kesusahan dan kesulitan orang-orang yang mengikuti-Nya. Hati inilah yang menyembuhkan dan memberi makan orang banyak.

Hati Yesus bukan hanya tergerak melihat para pengikut-Nya yang lapar, tetapi bagaimana hati yang tergerak itu juga mulai bergerak untuk berdialog dengan para murid-Nya mengenai situasi saat itu. Inilah kehebatan Yesus dalam mengajar para murid-Nya. Hati yang tergerak itu bukan bergerak dengan kekuasaan-Nya sebagai guru dengan memberi perintah tetapi melalui dialog dengan memaparkan situasi yang ada. Melalui dialog ini, Yesus mulai menggerakkan para murid-Nya untuk bisa melakukan sebuah tindakan guna membantu orang-orang di sekeliling mereka, dan pada akhirnya para murid juga tergerak untuk memberi apa yang mereka miliki dan bergerak untuk memberi makan orang banyak. Bagaimana dengan hati kita? Apakah masih bisa tergerak melihat penderitaan sesama atau sudah mulai mati rasa?

Saat ini hati manusia banyak yang mulai dingin, membeku, dan yang menakutkan, hatinya sudah mati, walaupun raganya masih hidup. Kita pun bisa menjurus kearah sana bila kita tidak membentengi hati kita dari berbagai macam informasi yang kita terima. Apakah anda tidak percaya, hati anda bisa mati rasa dan tidak lagi peka terhadap penderitaan orang lain karena berbagai macam berita negatif yang anda baca, dengar dan tonton? Sebelum teknologi maju seperti saat ini, berita pembunuhan, bisa membuat hati kita tersentuh, tetapi saat ini, kadang hati kita menjadi biasa saja. Mengapa? Karena kemajuan teknologi memampukan semua informasi bisa diakses dengan mudah. Yang menjadi masalah adalah, di dalam kemudahan itu, kebanyakan informasi yang diberitakan adalah berita negatif alias tentang kejahatan dan sejenisnya. Mengapa? Karena berita semacam itulah yang cepat menjadi viral. Penderitaan manusia menjadi hal yang dibisniskan dan menghasilkan uang bagi mereka yang yang hatinya mati. Karena terlalu seringnya berita-berita negatif yang kita dengar dan kita tonton, pada akhirnya hati kita menjadi biasa saja, tak lagi tersentuh apalagi empati bila mendengar berita-berita kejahatan yang melanggar hak-hak asasi manusia

Mari sejenak menutup mata dan mengingat kembali kapan terakhir kali hati anda bergetar karena rasa belas kasih atau iba terhadap orang-orang yang kesusahan di sekeliling anda? Semoga kita jangan hanya menyumbang dan membantu sesama karena merasa harus berbuat kebaikan, namun sebenarnya hati kita dingin dan biasa saja terhadap penderitaan mereka.

Mari membentengi hati kita terhadap informasi yang kita dengar, baca dan tonton dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus melalui doa, ekaristi, aktif di lingkungan, adorasi, rosario, pengakuan dosa dan banyak hal lainnya lagi, agar kita tetap memiliki kepekaan hati seperti Tuhan Yesus di tengah-tengah arus infomasi yang semakin merongrong iman dan moral. Jangan sampai kejahatan orang lain melumpuhkan kepekaan hati kita untuk berempati atas penderitaan orang lain.

Kita tidak cukup hanya tergerak oleh belas kasihan. Jika kita tidak sanggup bergerak atau pun menggerakkan orang lain untuk berbuat kebaikan, kita masih mampu melakukan sesuatu hal sederhana, mendoakan mereka, mendoakan perdamaian dunia, mendoakan hati manusia yang mulai dingin dan membeku.

Jangan biarkan perilaku orang-orang yang tidak punya hati membuat hati anda juga menjadi dingin, membeku dan bahkan mati.

Kredit Foto:  https://www.google.co.id/