Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Sabtu: 17 Februari 2018, Luk. 5:27-32

Renungan Harian, Sabtu: 17 Februari 2018, Luk. 5:27-32

Sikap Yesus terhadap perempuan yang berzinah/Foto:Sabda.com

ETIAP orang sakit perlu disembuhkan, seperti setiap pendosa pun layak mendapatkan pengampunan. Tuhan menawarkan pengampunan kepada manusia yang berdosa. Dari pihak manusia dituntut keterbukaan untuk menerima tawaran dari Allah dan masuk ke dalam pertobatan.

Berita keselamatan yang diwartakan Nabi Yesaya, mengarahkan kembali umat Allah untuk melakukan ibadah yang benar, berlandaskan kasih dan menghindarkan kemunafikan. Munafik merupakan  bentuk tindak ketidakjujuran di hadapan Allah.

Tuhan menghendaki pertobatan dari umat-Nya dengan meninggalkan segala kejahatan yang pernah dilakukan. Mereka harus melepaskan gaya hidup lama.

Allah menghendaki mereka berbalik kepada Allah dan memulai hidup baru melalui perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Kasih Allah tidak sekadar membebaskan umat-Nya dari pembuangan yang penuh derita, tetapi Ia pula menuntun umat-Nya kepada hidup yang lebih baik.

Meskipun kita berusaha hidup baik, namun terkadang kemunafikan bisa saja terjadi. Orang Farisi dan ahli Taurat merasa diri telah menjalankan hukum Tuhan, tetapi mreka cenderung menghakimi orang berdasarkan kebiasaan mereka. Bahkan, mereka menghakimi tindakan Yesus yang memanggil pemungut cukai. Jawaban Yesus terhadap orang-orang Farisi merupakan sebuah pengajaran iman dan sekaligus sindiran bagi mereka yang cenderung merasa diri suci. Merasa diri tak berdosa merupakan bentuk kesombongan dan kemunafikan yang menyulitkan kita untuk mengampuni sesama. Yesus berkata: “Aku datang bukan untuk orang benar, tetapi untuk orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Ya Allah, kerapkali aku bersungut-sungt dan merasa diri lebih baik dari yang lain sehingga aku mudah menghakimi orang lain. Semoga hatiku terbuka supaya sungguh-sungguh mampu mengikuti Engkau. Amin.          

Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta