Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Selasa: 20 Februari 2018, Mat. 6:7-15

Renungan Harian, Selasa: 20 Februari 2018, Mat. 6:7-15

Beban hidup/Foto: Andi Life

ADA saat kita tertekan oleh beban kehidupan yang berat, kita berharap beban itu secepatnya hilang. Kita merasa cemas, mungkin juga mengeluh. Dalam kecemasan, kita mengharapkan campur tangan Tuhan untuk menyelesaikannya. Kecemasan itu pulalah yang dialami bangsa Israel ketika akan kembali ke Yerusalem. Namun, Tuhan menghendaki sebuah proses yang harus mereka alami. Proses itu digambarkan sebagai berikut: Agar roti dapat dimakan, petani haru menabur dan menanam benih gandum; agar benih gandum yang ditanam bisa tumbuh subur, maka perlu pengairan yang baik, agar ada air yang mengairi bumi, maka perlu hujan dari langit. Ini menunjukkan bahwa cara kerja Tuhan tidak seperti yang kita pikirkan. Biasanya manusia menginginkan bahwa segala sesuatu haruslah instan. Namun, bagi Tuhan proses lebih penting ketimbang hasil yang instan.

Bagaikan air yang menyegarkan dan menumbuhkan benih, demikian juga Sabda Tuhan itu meneguhkan, menghidupkan dan memberikan daya dahsyat bagi mereka yang sungguh menerimanya dengan hati. Sehingga sabda Tuhan itu tidak pernah sia-sia, tetapi akan menghasilkan buah kebaikan. Sesuai dengan Injil Matius hari ini, Yesus mengajarkan kepada kita suatu doa yang setiap kali kita daraskan. Namun, pertanyaannya adalah apakah kita telah menghayati dan melakukan isi doa Bapa Kami tersebut dalam tindakan nyata setiap hari? Pertolongan Allah membutuhkan keterlibatan manusia. Oleh karena itu, partisipasi kita sangat diharapkan, misalnya, kerelaan mengampuni orang lain sehingga kita pun mengalami kasih dan pengampunan.

Ya Allah, aku meyakini bahwa Engkau memiliki rencana bagiku masing-masing, berilah aku kekuatan supaya dalam setiap pergumulan hidup ini aku tetap setia kepada-Mu. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta