ASA benci, fitnah dan balas dendam merupakan pemicu hancurnya perdamaian dan tatanan hidup yang harmonis. Sejarah membuktikan bahwa peradaban manusia sering ternodai rasa benci dan kecenderungan membalas dendam. Meskipun demikian, Tuhan memanggil kita untuk saling mengasihi, menerima dan mengampuni. Hukum kasih inilah yang menjadi pedoman hidup orang beriman. Sebab mengasihi Tuhan berarti juga mengasihi sesama. “Kasihilah Allah melebihi segala sesuatu dan kasihilah sesama seperti dirimu sendiri” (Im.19:18). Tentu, sesama tidaklah dibatasi dalam arti kesamaan status sosial, agama dan suku, namun menyangkut pribadi secara keseluruhan.
Hari ini Tuhan menujukkan misteri identitas-Nya dalam diri orang-orang yang hina. Menghormati mereka yang lemah sama artinya dengan menghormati Tuhan. Sebab Yesus bersabda: “Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Mat. 6:45). Bagaimana mungkin Tuhan mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang yang paling hina dan dipinggirkan? Kepedulian kepada sesama, khususnya pada orang-orang yang dipinggirkan dan dipandang hina oleh orang lain adalah cermind ari cinta yang tulus kepada Tuhan.
Ya Allah Bapa yang maharahim, bantu dan berkatilah aku supaya mampu mengasihi Engkau dan sesama, khususnya mereka yang hina dan terpinggirkan. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.