Home Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Senin: 26 Februari 2018, Luk. 6:36-38

Renungan Harian, Senin: 26 Februari 2018, Luk. 6:36-38

Mehmet Ali Agca menunjukkan majalah TIME yang memuat foto saat Paus Yohanes Paulus II bertemu dia di penjara/Foto: Time

ANIEL memiliki kebiasaan berdoa tiga kali sehari di hadapan Tuhan. Dalam doanya, ia selalu mengakui dosa-dosanya dan dosa bangsanya. Sikap Daniel ini dapat kita jadikan teladan dalam  berdoa. Sebab dalam doanya, ia tidak sekadar menyalahkan orang lain, tetapi dia juga menyadari dirinya bukan orang sempurna. Akhir-akhir ini kita sering mendoakan bangsa kita, bangsa Indonesia yang sedang menghadapi banyak masalah dan tantangan, khususnya mengenai kerukunan hidup antar umat beragama. Hendaknya pula kita memelihara sikap rendah hati dalam berdoa.

Pengampunan dan belas kasihan Tuhan yang kita mohon akan terwujud, jika kita memiliki kemurahan hati. Sebab kemurahan hati berasal dari Allah Bapa. “Hendaklah kamu murah hati sebagaimana Bapamu adalah murah hati.“ Orang yang bermurah hati tidak akan memegahkan diri, tidak sombong, tidak mendendam, dan tidak mencari keuntungan sendiri.

 

 

Dalam satu kesempatan Paus Yohanes Paulus II menyalami Mehmed Ali Agca, dalam kunjungannya ke penjara Rebibbia di Roma. Pada pertemuan itu, Paus memberikan pengampunan kepada orang yang nyaris membunuhnya. Pengampunan tersebut sebagai bentuk kemurahan hati Paus kepada Mehmed Ali. Bahkan dalam berbagai kunjungan kenegaraan, beliau selalu menyerukan rekonsiliasi sebagai gerakan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Paus telah memberi kesaksian kepada dunia sebagai seorang murid Kristus sejati.

Ya Allah, aku berdoa bagi bangsaku, bangsa Indonesia, dengan segala permasalahan yang dihadapi. Semoga Engkau memberikan pertolongan kepada seluruh warga dan menganugerahkan hikmat kepada para pemimpin, sehingga kami semua dapat hidup rukun penuh persaudaraan. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2018, Penerbit Obor, Jakarta