Beranda KWI KOMSOS KWI Saat ‘Virus’ Menulis Mulai Menulari Peserta

Saat ‘Virus’ Menulis Mulai Menulari Peserta

“VIRUS” menulis yang disebarkan Budi Sutedjo Dharma Oetomo dalam Pelatihan Menulis Produktif dan Jurnalistik di Wisma Baruga KARRE, Makasar, Sulawesi Selatan hari ini, Senin (27/3/2017)  memberi inspirasi bagi peserta.

Salah satunya Suster Maria, JMJ yang sehari-harinya bertugas sebagai pengajar di Sekolah Menengah Pertama Katolik Rajawali Makasar. Maria belum pernah mengikuti pelatihan semacam. Sebelumnya Maria tak pernah berpikir bahwa ide menulis bisa dari banyak hal. Sekalipun tugas rutin bulanannya salah satunya mengelola majalah bulanan.

Sr. Maria, JMJ (kanan) tampak serius mengikuti pelatihan menulis. Foto: Dok KOMSOS KWI

“Kesulitan kami dalam mengelola majalah adalah mengumpulkan bahan-bahan tulisan dari berbagai sumber. Seperti kegiatan-kegiatan sekolah, dan acara-acara tarekat.”, tutur Sr.Maria. Dari pelatihan ini, pikiran Maria terbuka. Ia terinspirasi menulis pengalaman hidup membiara dan pengabdiannya selama ini.

“Tak hanya itu, bahkan pilihan saya untuk hidup membiara pun bila ditulis bisa dapat satu buku sendiri ya”, ungkapnya dengan penuh antusias saat berbincang santai dengan Mirifica.net di sela-sela makan siang.

Pengajar fisika ini pun senang bisa mendapat kesempatan terlibat dalam pelatihan ini. Karena kesempatan ini bertepatan dengan kebangkitan majalah bulanan yang sebelumnya mengalami timbul tenggelam.

Lain Sr. Maria,YMY lain pula Meily Lunanta Kouwagam (57) yang rela meninggalkan kesibukannya sebagai pengurus Majelis Pendidikan Kristen se Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara (MPKS SULSELBARA) yang amat padat untuk mengikuti pelatihan menulis. Keinginan yang kuat untuk belajar menulis biografi mendorongnya datang ke wisma Baruga KARRE.

“Saya ingin agar perjalanan hidup saya bersama Tuhan selama ini bisa dibukukan. Agar dapat menginspirasi banyak orang,”ujar wanita berparas cantik ini. Rupanya keinginan luhurnya ini secara spontan ia tuangkan saat menuliskan kata-kata mutiara di awal sesi pelatihan.

“Menulis untuk diwariskan ke anak cucu dan menjadi kenangan sepanjang masa. Karena kata-kata akan berlalu tetapi tulisan tetap ada,”tulis Meily yang juga dosen di STT Jaffray, Makassar, Sulawesi Selatan.