Dalam suatu lustrum sekolah, diadakan berbagai kegiatan seperti bakti sosial kemasyarakat dan berbagai lomba interen sekolah untuk meningkatkan kedekatan relasi antar murid. Selain itu, juga diadakan kegiatan kerohanian. Tujuan kegiatan kerohanian ini untuk mengenal jati diri dan juga memahami keterlibatan masing-masing dalam kehidupan di lingkungan sekolah itu.
Dalam kegiatan kerohanian itu diadakan suatu sharing pengalaman dalam kelompok. Sharing itu sangat menyentuh hati para murid sekolah itu. Semua peserta dalam kelompok itu dapat mengungkapkan kekayaan dan pengalaman hidup imannya.
Agustinus misalnya, mengungkapkan kedekatannya dengan ibunya. Ia mengalami kasih ibu yang sangat mendalam. Ia merasakan cinta ibu yang begitu tulus dan murni. Ibunya sangat memperhatikan dan selalu menolongnya. Ibu menjadi idola hidupnya. Apa yang dikatakan ibu, selalu ia turuti. Bahkan akhirnya dia hanya akan jatuh cinta pada seorang gadis yang mempunyai sifat atau karakter yang mirip dengan karakter dan sikap ibunya. Dari pengalaman akan kasih ibu itu, ia dapat membangun kasihnya kepada teman-temannya.
Untunglah, Agustinus mempunyai teman sekelas yang setipe dengan ibunya. Karena itu, dia cepat akrab dengan teman sekelasnya itu. Mereka berkembang menjadi sahabat karib bahkan kekasih.
Ibu mempunyai peranan yang istimewa dalam hidup setiap orang. Ia sungguh dekat dan bersatu dengan kita. Ibu mempunyai kegigihan berjuang dan berkorban untuk anak-anaknya. Ia juga berusaha untuk menyatu dengan jiwa, hati dan perasaan seluruh anggota keluarga. Ibu menjadi pemimpin, pelindung sekaligus sahabat bagi anak-anak.
Pernahkah Anda merasakan kasih ibu yang demikian besar? Setiap hari kita berjumpa dengan ibu yang kita cintai. Kadang-kadang ada orang yang merasa kesal mendengar omelan-omelan ibunya. Ia merasa bahwa ibunya kurang menyanganginya. Ia merasa ibunya marah terhadapnya. Tetapi sesungguhnya tidak. Itulah cara seorang ibu mengungkapkan cintanya kepada anak-anaknya.
Ada ungkapan bahwa kasih ibu itu sepanjang perjalanan hidup anak-anaknya. Meski anak-anaknya melupakan kasih ibunya, tetapi seorang ibu sulit untuk melupakan anak yang pernah tinggal di dalam rahimnya. Seorang ibu tetap mencintai anak-anaknya.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa memaknai kasih ibu dalam hidup kita. Mengapa kita mesti memaknai kasih ibu itu? Karena kita dapat menjadikan kasih ibu itu bagian dari hidup kita. Kasih ibu itu kita transfer untuk menjadi bagian dari hidup kita. Dengan demikian kita dapat tumbuh dan berkembang dalam kasih.
Orang beriman itu mesti selalu bertumbuh dalam kasih. Tidak boleh berhenti bertumbuh di dalam kasih itu. Kalau orang berhenti bertumbuh di dalam kasih, roh jahat akan menguasai hidup manusia. Manusia akan hidup dalam kegelapan yang terus-menerus. Kejahatan akan menjadi bagian dari hidupnya. Kalau situasi ini menguasai hidup manusia, dunia ini akan menjadi semakin gelap dan jahat. Tiada damai. Tiada kasih.
Karena itu, mari kita berusaha untuk bertumbuh dalam kasih Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi berguna bagi sesama. Tuhan memberkati.
** (Frans de Sales SCJ)
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019
Amin, Tuhan Yesus memberkati
Komentar ditutup.