Beranda KATEKESE Surat Gembala Uskup Agung Jakarta, Ignasius Kardinal Suharyo pada Hari Pangan Sedunia...

Surat Gembala Uskup Agung Jakarta, Ignasius Kardinal Suharyo pada Hari Pangan Sedunia 2022

2022, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Komisi Kataketik KWI, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, Katakese, Umat Katolik, Hari Pangan Sedunia. HPS, Komisi PSE KWI

Surat Gembala Hari Pangan Sedunia 16 Oktober 2022:

“Menghargai Pangan sebagai Wujud Penghormatan Martabat Manusia”

Disampaikan pada hari Sabtu/Minggu 15/16 Oktober 2022

sebagai pengganti homili

Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Rekan-rekan Imam,  Kaum muda/Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1.Setiap tanggal 16 Oktober, kita menyambut Hari Pangan Sedunia dengan merayakan Ekaristi dan ingin memaknainya dalam terang Sabda Tuhan yang kita dengarkan dalam Perayaan Ekaristi ini. Semoga sabda Tuhan yang kita dengarkan dan sakramen yang kita sambut memberi inspirasi dan daya kekuatan agar kita semakin terlibat bersama masyarakat untuk menjawab keprihatinan mengenai pangan. 

2.Tema Hari Pangan Sedunia tahun ini adalah “Jangan Sampai Ada yang Tertinggal”. Seruan ini mengingatkan kita akan kenyataan bahwa ada banyak saudari-saudara kita yang tidak mampu mengejar dan menikmati hasil pembangunan dan kemajuan. Saudari-saudara kita inilah yang sering disebut golongan lemah, miskin, terpinggirkan dan disabilitas. Saat ini, keadaan saudari-saudara kita ini makin rentan  akibat krisis global. Berbagai informasi memberikan gambaran, akibat krisis global, bahwa sebetulnya kita sekarang tidak dalam keadaan baik-baik saja.  Menteri  Keuangan kita menyatakan bahwa harga pangan global berpotensi meningkat hingga 20 persen menuju akhir tahun 2022. Kesulitan ekonomi dan beban-beban sosial lain akibat pandemi Covid-19 diperparah oleh berbagai macam hal, antara lain konflik antar negara yang berkepanjangan. Kita pun dapat merasakan dampak krisis global itu dalam kehidupan sehari-hari saat ini. 

3. Pesan Hari Pangan Sedunia agar jangan ada seorang pun yang tertinggal ini menjadi tantangan iman dan moral bagi kita juga. Tantangan ini menjadi lebih mendesak lagi, karena kita Umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta ingin lebih mengamalkan Ajaran Sosial Gereja melalui tema Penghormatan Martabat Manusia,  dan  semboyan  Semakin Mengasihi, Semakin Peduli dan Semakin Bersaksi. Perayaan Hari Pangan Sedunia tahun 2022 ini dapat membantu kita untuk menyadari bahwa salah satu hak dasar manusia adalah hak atas kebutuhan makanan. Dalam rangka menghormati martabat manusia, kita dapat bertanya kepada diri kita masing-masing, keluarga dan komunitas kita, misalnya: apa yang bisa kita lakukan agar saudari-saudara kita yang tertinggal ini dapat memenuhi hak atas makanan? Bisakah kita menemukan dan membuka jalan sehingga saudari-saudara kita yang tertinggal dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hak dasar atas pangan ? 

Saudara-saudari terkasih,

4. Sabda Tuhan yang kita dengarkan pada hari ini menampilkan wajah Allah yang berbelas kasih. Dia “membenarkan para pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya” dan tidak “mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka” (Luk 18:1-18). Wajah Allah yang seperti itulah yang mesti kita nyatakan dalam hidup kita, baik pribadi, keluarga, komunitas maupun di Keuskupan Agung Jakarta ini. 

5. Untuk menyatakan wajah Allah yang berbelas kasih itulah, kita Umat katolik Keuskupan Agung Jakarta ingin bertumbuh dalam dinamika: Semakin Mengasihi, Semakin Peduli, Semakin Bersaksi. Semboyan itu bukanlah sekedar konsep melainkan undangan untuk bergerak dan bertindak. Gerakan dan tindakan kasih, peduli dan bersaksi mesti dilaksanakan dalam konteks yang aktual. Salah satu konteks aktual itu dapat kita lihat antara lain dalam data-data sebagai berikut: pada tahun 2000-2019 39,8% sampah di Indonesia merupakan sampah makanan (KLHK, 2020), berkisar antara 115 hingga 184 kg/kapita/tahun (Bappenas, 2021). Jika itu dihitung dalam bentuk uang, nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun per tahun. Artinya, setiap orang Indonesia rata-rata membuang makanan senilai Rp 2,1 juta per tahun. Bahkan, di Kota Tangerang misalnya, setiap orang diperkirakan memboroskan uang senilai Rp 5 juta per tahun dalam wujud sampah makanan yang terbuang (Kompas, 19 Mei 2022).

6. Bagi kita murid-murid Kristus membuang makanan bukan hanya merupakan persoalan kerugian materi atau masalah ekonomi belaka, tetapi persoalan iman dan moral. Paus Fransiskus mengingatkan kita akan kenyataan yang tidak adil dan sangat memprihatinkanbahwa saat ini sebenarnya tersedia makanan yang cukup untuk semua orang, namun tidak semua orang dapat memperoleh bagiannya. Di banyak wilayah di dunia, termasuk di Indonesia, makanan terbuang dan dikonsumsi secara berlebihan (World Food Day, 2019), sementara banyak saudari-saudara kita mengalami kekurangan makan. Paus Benediktus XVI memberikan nasehat yang lugas dengan mengutip kata-kata Santo Basilius, seorang Uskup pada masa awal kekristenan, agar kita :” … jangan bersikap lebih kejam daripada hewan …dengan mengambil bagi dirinya sendiri apa yang menjadi milik bersama dan merebut  bagi dirinya apa yang menjadi hak semua orang” (bdk. Benediktus XVI, Bapa-bapa Gereja, Hidup, Ajaran dan Relevansi bagi Manusia di Zaman ini). Tidak terpenuhinya kebutuhan pangan bagi banyak saudari-saudara kita menjadi salah satu tantangan bahkan ancaman dalam mewujudkan martabat mereka sebagai manusia.

7. Hari Pangan Sedunia (HPS) Keuskupan Agung Jakarta tahun ini mengusung tema “Menghargai Pangan sebagai Wujud Penghormatan Martabat Manusia”. Pertanyaan pokok yang harus kita tanggapi dan jawab adalah ini : “Apa yang mesti kita lakukan, supaya hak dasar atas pangan saudari-saudara kita yang berkekurangan dapat kita penuhi, dan dengan demikian kita mengangkat martabat saudari-saudara kita itu”? Beberapa contoh konkret dapat kita lakukan:

7.1. Kita dapat menghargai pangan dengan mengupayakan pola makan secukupnya dan sehat serta tidak membuang makanan. Ini  adalah tindakan iman, karena pangan adalah anugerah Allah bagi semua orang. Membuang-buang makanan dan menjadikannya sampah berarti tidak menghormati hak dasar atas pangan dari saudari-saudara kita yang kurang beruntung.

7.2. Komunitas umat beriman di paroki, lingkungan, komunitas religius dan komunitas kategorial dapat mengadakan gerakan solidaritas berbagi bahan makan sehat untuk saudara-saudari kita yang berkekurangan.

7.3. Para pelaku usaha di bidang makanan dapat mengumpulkan makanan yang tidak terjual/berlebih yang masih layak konsumsi dan menyalurkan kepada saudari-saudara kita yang membutuhkan. Untuk memastikan makanan yang akan dibagikan layak dan sehat untuk dikonsumsi, perlu bekerja sama dengan pihak atau lembaga lain yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

7.4. Umat Katolik dengan berbagai cara yang mungkin menggerakkan lingkungan warga masyarakat di sekitarnya (RT, warga komplek/cluster) untuk menanam tanaman pangan (mis. kentang, ubi jalar, singkong, sukun, dll.) pada lahan kosong dan menyediakannya bagi warga yang membutuhkan/kekurangan pangan sebagai gerakan belarasa.

Saudara-saudari terkasih, 

8. Akhirnya bersama-sama dengan para imam dan semua pelayan umat saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para ibu/bapak/suster/bruder/frater/kaum muda/remaja dan anak-anak sekalian, yang dengan peran berbeda-beda telah ikut mengemban tanggung jawab menampilkan wajah Allah yang berbelas kasih, dengan berbagai jalan dan dalam berbagai gerakan.

9. Semoga kita, umat Keuskupan Agung Jakarta terus berjalan bersama dengan semangat semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi dan tidak lelah mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkannya dalam hidup kita. Salam sehat berlimpah berkat untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda.

+ Kardinal Ignatius Suharyo

Uskup Keuskupan Agung Jakarta

DOWNLOAD: Leaflet dan Poster Hari Pangan sedunia