Home BERITA THS: Melayani Gereja di Belakang Layar

THS: Melayani Gereja di Belakang Layar

TEMAN-teman sebayanya tampak asyik mendalami keterampilan menulis kreatif dan audio visual. Sedangkan Adviony, Klara Sesilia  (kelas XI SMA Katolik) dan Lorensia Amba Datu, setia menjadi pelayan bagi teman-temannya.

Setiap subuh, selama hari-hari Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale, Tana Toraja ini, ketiga siswi SMA Katolik Makale itu mempunyai kebiasaan bangun pagi jam 05.00 WITA. Namun, tidak seperti biasanya. Mereka tetap memakai “seragam sekolah”, tetapi seragam biru dan mengaku seragam yang dikenakan adalah seragam anggota Tunggal Hati Seminari (THS).

Ketiga gadis remaja ini berasal dari Kota Makale. Akan tetapi, selama hari-hari PKSN, mereka tidak tinggal di rumahnya. Mereka harus tinggal di asrama karena tanggung jawab akan tugas sebagai anggota THS.

Adviony, Klara, dan Florensia merasa senang bisa menjadi pasukan penjaga keamanan selama rangkaian kegiatan PKSN berlangsung. Ketika ditanya secara khusus, Adviony mengatakan saat-saat harus menjadi penjaga keamanan, adalah kesempatan rahmat untuk belajar berorganisasi.

Adiony juga menambahkan, Pastor Parokinya, Pastor Albert A. Arina mengajak mereka untuk menjadi pasukan penjaga saat PKSN berlangsung di Tana Toraja, Rabu, 29/5-Minggu, 2/6.

“Saya menjadi anggota THS sudah empat tahun. Lalu dalam PKSN, kami tidak hanya menjaga, tetapi juga menyapu dan membuang sampah,” tutur Adviony di Pastoran Paroki Makale, Jumat, 31/5.

Klara Sesilia Febrianti, siswi kelas X SMA Katolik Makale ini menyatakan syukurnya bisa ikut terlibat sebagai penjaga keamanan dan petugas kebersihan selama PKSN. “Saya ikut dalam tugas ini supaya lebih dekat sekaligus belajar,” tutur Klara.

Menurut Klara, tidak seorang pun yang memaksanya untuk terlibat dalam kegiatan PKSN ini. “Itu sih keinginan sendiri. Saya bisa menggunakan waktu lebih untuk melayani Gereja daripada untuk main-main, dan mau menunjukkan totalitas kepada Gereja,” ungkap Klara.PKSN_KWI2019

Tidak mau ketinggalan, Lorensia Amba Datu juga ingin belajar berorganisasi. “Tidak terbebani akan apa pun karena aktivitas ini adalah tugas dan tanggung jawab,” tutur siswa kelas X SMA Katolik Makale ini.

Ternyata dua hari sebelum pembukaan PKSN di Makale, yakni Senin, 27/5-Selasa, 28/5, Adviony, Klara, dan Florensia sudah membersihkan sanctuarium. Mereka bekerja bersama anggota THS lainnya. “Kami juga menyapu halaman gereja, mencabut rumput, dan membuang sampah,” kata Klara.

“Kami kerja dari pukul 15.00-17.00,” sambung Lorensia. Persiapan lebih intensif mereka dilakukan pada Selasa, 28/5.

Mendengar tuturan mereka, menjaga gereja bukanlah pekerjaan ringan. Sebab, kata Adviony, mereka mempunyai tanggung jawab lebih untuk menjaga gereja, agar orang asing tidak menyusup masuk ke dalam kompleks gereja. “Selama kegiatan, untung hal tersebut tidak terjadi,” tutur Adviony.

Walaupun asyik menjalani tugasnya, Adviony mengaku kalau diminta memilih ikut workshop menulis kreatif atau audio visual, maka ia memilih audio visual. “Karena audio visual seperti belajar main film. Sedangkan saya selama ini suka teater,” imbuh Adviony.

Sementara itu, Florensia menuturkan bahwa dirinya lebih menyukai dunia tulis-menulis. “Saya lebih suka menulis karena bisa memikirkan sesuatu sebelum menuangkannya dalam tulisan,” ujar Klara.

Ketiga remaja itu menyebut bahwa mereka berada di belakang layar, dengan tugas utama melayani. “Kami bantu-bantu, seperti angkat air minum, membersihkan sampah dan kamar mandi. Akan tetapi, jika saatnya Misa, kami juga ikut Misa walaupun pakai seragam,” tutur Adviony yang disambut anggukan Klara dan Florensia.

Bukan berarti melayani seperti itu membuat Klara dan kawan-kawan tidak bosan. “Kadang memang bosan saat hanya menjaga. Lantas, tidak ada hal lain yang bisa dibantu,” ungkap Klara.

Adviony, Klara dan Florensia seakan-akan telah sepakat akan kesan mereka terhadap kegiatan PKSN di parokinya. “Walaupun harus tetap berada di lokasi, kami bangga karena banyak pastor yang datang ke paroki kami,” tutur Klara.

“Kami yang berjumlah tidak lebih dari 10 orang ini tetap setia pada tugas sebagai THS,” imbuhnya.

Pada akhir obrolan, Adviony menitip pesan kepada teman-teman sebayanya. OMK harus memposisikan diri untuk aktif di Gereja. Hal senada juga diungkapkan oleh Florensia. “Sebagai OMK, kita harus terlihat dalam kegiatan Gereja,” tutur Florensia.

Sedangkan bagi Klara, OMK membutuhkan rasa solidaritas dan loyalitas untuk Gereja.

Ketiganya mengaku tetap fokus, walaupun liburan. “Kami bertugas karena sedang libur. Teman-teman lain akan betugas setelah pulang sekolah,” pungkas Florensia. (Stefan/RBE)