Home KATEKESE Trinitas Monoteis, Bukan Politeis

Trinitas Monoteis, Bukan Politeis

Monoteisme Trinitas/HIDUP Katolik

Catatan Awal: Tulisan dengan judul “Trinitas Monoteis, Bukan Politeis” ini sudah dimuat sebelumnya di Malajah HIDUP Edisi 44 Tahun ke-77 29 Oktober 2017. Pada kesempatan ini, tulisan tersebut dipublikasikan kembali oleh mirifica.news tentu pertama-tama karena  polemik tentang monoteisme trinitas yang sempat hangat diperbincangkan publik Indonesia menyusul pernyataan Egi Sudjana tentang Monoteisme Kristiani beberapa waktu lalu.

Tulisan tersebut dimuat dalam kolom “Konsultasi Iman”, maka seperti biasa selalu diawali dengan sebuah pertanyaan dari pembaca. Berikut teks utuhnya:

Apakah ajaran Katolik tentang Trinitas itu sama dengan ajaran Hindu tentang Trimurti? Jika berbeda, di mana letak perbedaannya? Apakah iman Katolik itu politeis? (Vincentius Parimin, Pare).

Pertama, masih ada perdebatan tentang apakah agama Hindu itu monoteis atau politeis. Di satu pihak, ada pandangan bahwa agama Hindu adalah monoteis, artinya ajaran Hindu percaya bahwa hanya ada satu Allah, yaitu Sang Hyang Widhi. Dia adalah Allah pencipta yang satu (Aum) dan menjalankan tiga fungsinya secara berbeda. Ketika mencipta, Dia dinamakan Brahma. Ketika menjaga ciptaan,Dia disebut Wisnu. Sedangkan ketika melebur dunia Dia dinamakan Siwa. Ketiga fungsi yang berbeda itu merupakan perwujudan dari Allah yang satu dan sama. Dalam Gereja Katolik, ajaran tentang satu Allah dengan tiga fungsi yang berbeda-beda (Trimurti_ ini mirip dengan ajaran aliran modalisme tentang Trinitas.

Di lain pihak, ada berpandangan bahwa agama Hindu itu politeis. Brahma, Wisnu, dan Siwa adalah tiga dewa tertinggi di antara dewa-dewi yang disembah. Masing-masing Dewa itu mempunyai satu pihak, fungsi berbeda, dan eksistensi masing-masing dewa itu mandiri. Ajaran Trimurti yang demikian disebut Triteisme, artinya mengakui adanya tiga Allah yang tertinggi, bukan Trinitas.

Kedua, ajaran tentang Trinitas adalah pewahyuan Allah tentang misteri diri-Nya kepada manusia melalui Yesus Kristus. Sebagai wahyu Allah, ajaran tentang Trinitas tidak didasarkan pada ajaran manapun, meskipun konsep-konsep yang digunakan mempunyai kemiripan. Bisa juga dikatakan bahwa kemiripan-kemiripan itu digunakan Allah untuk mempersiapkan manusia mengerti substansi misteri yang hendak dinyatakan-Nya kepada manusia. Jika demikian, perlu diperhatikan hal-hal baru dari wahyu Allah yang membedakan wahyu itu dengan hasil pemikiran manusia belaka dalam konsep-konsep yang ada.

Ketiga, wahyu Allah tentang Trinitas hendak mengajarkan bahwa Allaah itu esa. Hanya ada satu Allah yang adalah sumber segala sesuatu di dunia ini. Jadi, agama Kristiani adalah agama monoteis bukan politeis.  Juga menjadi jelas bahwa ajaran tentang Trinitas tidak sama dengan ajaran Triteisme. Monoteisme Kristiani menolak adanya sumber lain dari segala sesuatu selain Allah Sang Pencipta itu sendiri.

Di dalam satu Allah itu terdapatlah tiga pribadi yang berbeda. Perbedaan itu bukan hanya menyangkut fungsi atau karya keluar diri-Nya, tetapi perbedaan antara ketiga pribadi itu juga ada dan bisa dideteksi di dalam diri Allah sendiri sebelum melakukan karya keluar dari diri-Nya. Bapa adalah sumber dari segala sesuatu. Dari Bapa, dilahirkan (Lat: generatio) Putra yang sehakikat dengan Bapa. Dari Bapa dan Putra, terhembuslah (Lat: spiratio) Roh Kudus yang mengikat Bapa dan Putra bersama dalam kasih.

Jadi, ajaran tentang Trinitas tidak sama dengan modalisme, yang mengatakan bahwa satu Allah yang sama menjalankan tiga fungsi yang berbeda karena itu mempunyai tiga nama. Ajaran tentang Trinitas menyatakan bahwa dalam karya keluar dari diri-Nya sendiri, ketiga pribadi itu selalu berkarya bersama-sama, tetapi dengan penekanan peran dari pribadi tertentu sebagai kekhasan masing-masing. Inilah wahyu yang harus diterima dengan iman.

Ketiga, ajaran tentang Trinitas tidak mudah dipahami oleh umat kita sendiri, apalagi oleh mereka  yang bukan Katolik. Seringkali mereka yang non-Kristiani mengerti ajaran Trinitas itu secara salah, yaitu seperti Triteisme. Misalnya, Al-Quran memandang Trinitas adalah Bapa, Isa, dan Maryam. Pengertian seperti ini bukanlah konsep Trinitas tetapi Triteisme. Karena itu, Al-Quran menolak konsep Allah yang demikian. Jadi , sebenarnya baik Al-quran maupun Gereja Katolik sama-sama menolak Triteisme, dan sama-sama menganut Monoteisme. (Petrus Maria Handoko, CM, Imam Kongregasi Misi, Doktor Teologi Dogmatik Universitas Gregoriana Roma)