Beranda KWI Uskup Australia: Meme Sebagai Alat Evangelisasi Terkini

Uskup Australia: Meme Sebagai Alat Evangelisasi Terkini

Tidak jarang kita temukan relasi dan interaksi ‘gaul’ antara kaum berjubah dan umat. Uskup Auksilier Keuskupan Agung Sydney, Mgr. Richard Umbers, termasuk salah satu subjeknya. Rohaniwan Opus Dei ini menggunakan humor daring dan meme (Ide sosial yang disampaikan biasanya melalui gambar disertai keterangan singkat) sebagai alat evangelisasi.

Mgr. Richard percaya, bahwa humor Kristiani daring dapat menggapai bagian dunia modern yang sedang dalam proses sekularisasi. Tommy Tighe, si “Catholic Hipster” menyebut sang uskup sebagai “Benar-benar orang dan benar-benar uskup”, seperti terpampang di keterangan pribadi akun Twitter Mgr. Richard @BishopUmbers.

Baik dalam seni, budaya daring, sampai diskusi politik, umat beriman seharusnya dapat menjadi teladan tentang cara berevangelisasi dan menanggapi tantangan realita sosial zaman ini. Mgr. Richard menyebut ensiklik “Laudato Si” sebagai contoh dari Bapa Suci bagaimana menghidupi iman sambil menyuarakan budaya kontemporer.

Uskup termuda di Australia ini (Ditahbiskan pada usia 45 tahun 2016) mulai mendekatkan diri pada media sosial enam tahun lalu: dari Twitter sampai membuat lelucon dengan meme. Mgr. Richard menegaskan bahwa ia suka dengan meme karena cocok dengan selera humornya.

Menyadari keterbatasan talentanya, ia merasa bahwa meme adalah jawaban dari visi artistiknya yang tidak butuh bakat tinggi, ujarnya kepada Catholic News Agency.

Salah satu meme karya Mgr. Richard di akun Twitternya @BishopUmbers (sudah diterjemahkan)

SATU KOIN DUA SISI

Mgr. Richard sadar akan dampak negatif yang bisa saja tergiring dari bentuk evangelisasi ini. Percakapan apapun dapat berujung kepada miskomunikasi dan perpecahan. Ia menganjurkan kepada umat beriman untuk menjadi diri sendiri ketika berevangelisasi digital, dan mempertimbangkan dengan matang apapun yang hendak diketik.

Satu hal yang Mgr. Richard juga tekankan, yakni kepemilikan iman dan refleksi diri ketika umat beriman menyebarkan meme dan bersuara di media sosial. Bilamana terjadi kesalahpahaman dan gesekan, beliau menekankan bahwa kembali ke humor dan kesadaran akan kesalahpahaman itu sendiri akan menyejukkan suasana kembali.

“Meme (dan semua bentuk pendekatan daring) benar-benar mengekspresikan siapa diri Anda, dan saya pikir inilah awal sebuah evangelisasi. Ini bukan sebuah gerakan, tapi bentuk sharing dari refleksi dan pikiran Anda,” katanya kepada Catholic News Agency.

sumber: Mena, Adelaide. 15 September 2017. Dalam catholicnewsagency.com. Diakses pada 19 September 2017
foto: nzcatholic.org.nz