Beranda SEPUTAR VATIKAN Urbi Washington Post : “Donald Trump Punya Problem Besar dengan Katolik AS”

Washington Post : “Donald Trump Punya Problem Besar dengan Katolik AS”

Kandidat Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump/Foto:wikipedia

KEMBALI ke tahun 2012: Grand Old Party (GOP) atau lasim disebut Partai Republik  kehilangan suara pemilih Katolik sebesar 2 persen, dari 50 persen menjadi 48 persen. Catatan Pemilu AS, GOP hanya berhasil meraih suara pemilih Katolik tahun 2004 dan di 5 dari 11 pemilihan Presiden sebelumnya.

Kali ini diperkirakan dukungan  untuk Trump dari pemilih Katolik berada pada margin besar. Sebagaimana jajak pendapat dari Public Religion Research Institute yang dirilis Minggu kemarin menunjukkan dukungan untuk Trump turun 23 poin, dari 55 menjadi 32.

Jajak pendapat Washington Post dan ABC News bahkan menunjukkan hasil yang lebih buruk, dimana dukungan pemilih Katolik untuk Trump turun sebesar 27 poin, dari 63 menjadi 34.

Selama ini swing voter atau suara mengambang dari kalangan Katolik di AS sangat menentukan pada setiap pemilihan Presiden. Diperkirakan dukungan swing voter kalangan Katolik akan lebih besar diberikan kepada Hillary Clinton.

Buruknya penampilan Trump di hadapan orang Katolik AS disinyalir menjadi faktor penting turunnya dukungan Katolik. Jajak pendapat tahun 2012 menunjukkan bahwa suara Katolik mencapai sekitar seperempat pemilih di AS atau sebesar 25 persen. Sebanyak 28 persen pemilih yang bukan kulit putih dan 29 persen pemilih kulit putih.

Berbagai alasan yang dikemukakan di sini tentu masih bisa diperdebatkan. Beberapa pihak mengatakan bisa jadi kritik keras Paus Fransiskus terhadap Trump dan respon baliknya yang konfrontatif telah berpengaruh terhadap pemilih Katolik untuk menentukan suara mereka.

Sebagaimana diberitakan oleh John Gehring dalam The Religion News Service, bisa juga ada hubungannya dengan kebijakan imigrasi Trump.

Sebagian DNA orang Katolik  AS merepresentasikan kehadiran orang-orang Irlandia dan imigran pekerja keras yang berkembang di bawah bayang-bayang budaya anti-Katolik  pada masa lalu yang didominasi oleh Kaum Protestan Anglo-Saxson.

Ketika Trump menyampaikan keinginannya untuk melarang imigran Muslim  masuk ke AS jika ia terpilih; mempertanyakan agama Hilary Clinton, Presiden Barack Obama, dan Mitt Romney dan menyebut para imigran gelap sebagai ‘pemerkosa’, hal ini membangkitkan kembali memori kelam yang pernah dialami orang Katolik.

Hingga saat ini masih terjadi ketakutan terhadap orang asing terutama kepada imigran Amerika Latin yang telah mempengaruhi wajah Gereja Katolik di AS. Sementara, ada begitu banyak orang Katolik kulit putih yang begitu bangga dengan kehadiran kakek-nenek mereka di tanah baru, Amerika Serikat. Trump telah menggali lubang yang dalam bagi dirinya, dan kemungkinan besar pemilih Katolik tidak akan mendukungnya.***

Sumber: aleteia.org