Beranda KWI 3 Akar Krisis Hingga Muncul Proyek Iman

3 Akar Krisis Hingga Muncul Proyek Iman

KRISIS iman yang menjadi sorotan dalam Ensiklik Lumen Fidei tak hanya dibicarakan oleh Paus Fransiskus. Sebelumnya Kardinal Joseph Ratzinger (yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI) sudah beberapa kali menyoroti soal itu.

“Dari amatan Joseph Ratzinger dikatakan ada paling tidak 3 akar penyebab krisis tersebut. Pertama, krisis pengetahuan iman yang utuh dan tepat. Kedua, krisis dalam pencarian prinsip kerohanian dan etik. Ketiga, hadirnya berbagai bentuk religiositas baru yang cenderung tidak saja antirasionalitas, namun pula lebih menumbuhkan subjektivisme dan eskapisisme,”ujar Romo T Krispurwana Cahyadi SJ dalam studi bersama memelajari Ensiklik Paus Fransiskus Lumen Fidei di ruang rapat Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) lantai 2, Senin (7/7/2014).

Gerakan religiositas baru ini, menurut Romo Kris mencoba menjawab kerinduan orang akan kerohanian, menemukan kembali dimensi kerohanian dalam kehidupan ini atau menjawab berbagai pertanyaan atau kebutuhan kerohanian yang diajukan banyak orang.

Namun pencarian ini sekadar berhenti pada religiositas, tidak masuk dalam agama, sebab agama yang mudah dilihat dalam aspek strukturnya cenderung dihindari. Sinkretisme dibangun,  tekanan akan afeksi, perasaan nyaman dan aman diberikan.

Dikembangkan di dalamnya aspek keberpusatan pada diri sendiri, bahwa dirinya memiliki saluran energi yang bisa mengatur segala, bahkan bisa tersambung pada keseluruhan kosmos, maka spiritualitas kosmik yang dikembangkannya.

“Harmoni itulah yang dicari. Di sini, Allah sebagai pribadi, tidak dibutuhkan, moralitas baik-buruk, benar-salah tidak dipakai, sebab pada dasarnya semua orang adalah baik. Bisa tumbuh di sini apa yang disebut sebagai narsisme spiritual,”ujar Romo Kris.

Maka di dalam Porta Fidei Paus menyebutkan perlunya suatu ‘proyek iman’. Dikatakan sebagai ‘proyek’, karena bagi Benediktus XVI ini adalah suatu kegiatan Gereja yang mendapat fokus perhatian penting dan karenanya memerlukan suatu gerakan bersama dari seluruh Gereja dalam segala lapisan komunitas.

Segala daya hendak diupayakan agar langkah dan gerakan ini bisa terlaksana, dan menjadi gerakan bersama seluruh Gereja. “Dengan demikian, hidup menggereja bisa menjadi suatu peristiwa iman, sehingga kehidupan menggereja adalah suatu langkah yang senantiasa menjadi, suatu proses ‘ecclesiogenesis’ yang senantiasa terjadi. Oleh karena itu, iman menjadi suatu ‘kesibukan’ pertama dan utama dalam kehidupan menggereja,”tegas Romo Kris.