Beranda KWI KOMISI-KOMISI Adaptasi Gereja Katolik di Era Digital

Adaptasi Gereja Katolik di Era Digital

Suasana Rapat Pleno Ketua Komisi Komsos se-Indonesia di Aula Lux et Oriente, Sorong, Rabu (15/8/2018). (Mirifica.net/Retno Wulandari)

TRANSFORMASI bidang komunikasi yang disebabkan oleh perkembangan teknologi yang amat cepat mau tidak mau menuntut para penggiat komunikasi tak terkecuali Gereja Katolik untuk turut berubah. Komisi komunikasi sosial sebagai komisi yang melakukan pewartaan karya pastoral gereja melalui media komunikasi harus mampu beradaptasi pada perubahan-perubahan tersebut.

“Perubahan teknologi informasi amat komplikatif, mau tidak mau kita harus mampu beradaptasi. Kita tetap harus mau belajar, tidak bisa tidak.”ujar Ketua Komisi Komsos KWI Mgr Datus Lega, di depan 37 Ketua Komisi Komsos se-Indonesia, Selasa (14/8) di Sorong, Papua.

Tentunya ini dapat dilaksanakan manakala gereja dalam hal ini para ketua komisi komsos mau terbuka bekerja sama dengan semua pihak.

“Metode strategi yang bisa dipakai adalah bekerja sama dengan para pakar komunikasi sosial di masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan media komunikasi: tradisional, audio-visual dan digital.”tambah Uskup Manokwari-Sorong ini.

Komisi Komsos KWI telah mempelopori strategi ini dengan menunjuk beberapa pakar komunikasi sebagai anggota pengurus di Komisi Komsos KWI. Sebut saja Direktur Suara Surabaya – Errol Jonathan, Mantan Wartawan Senior Majalah Tempo – A.Margana, Pakar Informasi dan Teknologi – Prof. Eko Indrajit, Penggagas Indonesia Menulis – Budi Sutedja, Redaktur Pelaksana Liputan6.com – Gabriel Abdi Susanto serta penyanyi lagu rohani katolik, Lisa A Riyanto.

Tidak hanya itu, komisi komsos KWI sejak 2017 juga telah berjejaring bersama Kementerian Kominfo melalui satu program Genposting (Literasi Media) di 7 kota, yang pada tahun ini meningkat menjadi 11 kota di Indonesia.

“Kerasulan komsos harus mengandalkan jejaring, mengapa? karena karya raksasa komsos tidak mungkin kita lakukan sendiri. Selain itu kita bisa belajar secara teknis dari mitra kerja yang mungkin jauh lebih hebat,” ajak Mgr Datus.

Lebih lanjut, Bapa Uskup menegaskan, komunikasi sosial meski banyak berurusan dengan hal-hal teknis tetaplah komunikasi pastoral. “Eksistensinya adalah bukan untuk diri sendiri tapi untuk keuskupan, untuk Gereja Katolik dan untuk bapa uskup yang kita cintai.”