Beranda Jendela Alkitab Harian Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Selasa, 19 November 2019

Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Selasa, 19 November 2019

16 November 2021, Bacaan Injil 16 November 2021, Bacaan Injil Harian, Bacaan Kitab Suci, bacaan Pertama 16 November 2021, Bait Allah, Bait Pengantar Injil, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Mazmur Tanggapan 16 November 2021, Minggu Kerahiman Ilahi, Penyejuk Iman, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Pewartaan, Renungan Harian Katolik 2021, Renungan Katolik Harian, Renungan Katolik Mingguan, Sabda Tuhan, Minggu Pekan Biasa XXXIII, Ulasan Kitab Suci Harian, Umat Katolik, Yesus Juruselamat
Ilustrasi : hearthymn.com

Bacaan Pertama 2Mak 6:18-31

Ada seorang ahli Taurat yang terkemuka, bernama Eleazar. Ia sudah lanjut usia dan sangat terhormat. Ia dipaksa membuka mulutnya untuk makan daging babi. Tetapi ia lebih mengutamakan mati secara terhormat daripada hidup ternista. Maka ia memuntahkan daging yang haram itu dan dengan rela hati menuju ke tempat deraan. Memang demikianlah seharusnya tindakan orang yang berani menolak apa yang tidak halal untuk dikecap kendati secara naluriah ia mencintai hidupya. Tetapi para pengurus perjamuan kurban yang tak halal itu
telah lama kenal baik dengan Eleazar. Karena itu mereka menyendirikan Eleazar, lalu menyuruh dia mengambil daging yang boleh dipakai dan yang dapat ia sediakan sendiri. Lalu dari daging itu cukuplah kalau ia pura-pura makan apa yang dititahkan raja. Dengan demikian nyawanya akan diselamatkan, dan ia akan diperlakukan baik demi persahabatan yang lama. Tetapi Eleazar mengambil keputusan mulia yang pantas bagi umurnya, bagi kehormatan usianya, bagi ubannya yang jernih dan amat mulia, pantas bagi cara hidupnya yang jernih sejak masa mudanya, dan terlebih pantas bagi perundang-undangan suci yang diberikan oleh Allah sendiri. Dengan tegas ia minta, supaya segera dikirim ke dunia orang mati saja. Kata Eleazar, “Berpura-pura tidaklah pantas bagi umur kami, jangan-jangan banyak pemuda kusesatkan oleh karena mereka menyangka bahwa Eleazar yang sudah berumur sembilan puluh tahun beralih kepada tata cara asing. Boleh jadi mereka kusesatkan dengan berpura-pura demi hidup yang pendek dan fana ini. Selain itu kuturunkan noda dan aib kepada usiaku. Kalaupun sekarang aku lolos dari dendam pihak manusia, tetapi tidak mungkin aku melarikan diri dari tangan Yang Mahakuasa, baik hidup maupun mati. Dari sebab itu dengan berpulang sebagai jantan aku mau menyatakan diri layak bagi usiaku. Dengan demikian akupun meninggalkan teladan luhur bagi kaum muda untuk dengan sukarela mati bagi hukum Taurat yang mulia dan suci itu.” Setelah berkata demikian, Eleazar langsung menuju tempat siksaan. Adapun orang-orang yang beberapa saat sebelumnya bersikap baik terhadapnya, sekarang memusuhi dia krena menurut mereka Eleazar tadi berbicara seperti orang gila. Sesudah didera sampai hampir mati, Eleazar mengaduh, katanya, “Bagi Tuhan yang memiliki pengetahuan kudus, ternyatalah bahwa aku dapat meluputkan diri dari maut dan bahwa aku sekarang menanggung derita hebat dalam tubuhku akibat deraan ini.
Tetapi dalam jiwa aku menderita semuanya itu dengan suka hati karena aku takut akan Tuhan.” Demikian Eleazar berpulang dan meninggalkan kematiannya sebagai teladan keluhuran budi dan sebagai peringatan kebajikan, tidak hanya bagi kaum muda, tetapi juga bagi kebanyakan orang dari bangsanya.

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan Mzm 3:2-7 R:6b

Tuhanlah yang menopang aku.

  • Ya Tuhan, betapa banyaknya lawanku! Betapa banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang berkata tentang aku, “Baginya tidak ada pertolongan dari Allah.”
  • Tetapi, Tuhan, Engkaulah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku, Engkaulah yang mengangkat kepalaku! Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus.
  • Maka aku dapat membaringkan diri, dan tertidur; dan kemudian bangun lagi sebab Tuhan menopangku!
    Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang mengepung aku dari segala penjuru.

Bait Pengantar Injil 1Yoh 4:10b

Allah mengasihi kita dan telah mengutus Anak-Nya sebagai silih atas dosa-dosa kita.

Bacaan Injil Luk 19:1-10

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan melintasi kota itu. Di situ ada seorang kepala pemungut cukai yang amat kaya, bernama Zakheus. Ia berusaha melihat orang apakah Yesus itu, tetapi tidak berhasil karena orang banyak dan ia berbadan pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang akan lewat di situ.Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata,
“Zakheus, segeralah turun. Hari ini Aku mau menumpang di rumahmu.” Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya, “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya, “Hari ini terjadilah keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Anak Manusia memang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan

Kita semua meyakini bahwa Allah selalu mengasihi kita. Kasih Allah itu selalu mengalir dan tidak kenal batas waktu dan berlaku untuk semua orang. Kasih Allah itu dapat diibaratkan seperti matahari, di mana sinarnya dinikmati oleh siapa saja, orang baik dan jahat, orang tua dan muda, orang Indonesia dan Jepang, orang Katolik dan mereka yang beragama lain. dalam Injil hari ini Yesus memberi contoh kasih yang lintas batas itu dengan makan bersama dengan Zakheus yang dianggap sebagian orang sebagai pendosa. Yesus mengasihi semua orang, baik Yahudi maupun yang bukan Yahudi dan juga orang berdosa.

Sebagai anak-anak Tuhan kita pun diajak untuk menghidupi kasih yang melampaui batas. Hal itu dapat dilakukan dengan mengasihi orang yang pernah menyakiti kita, selalu memaafkan orang yang bersalah, memberi pertolongan kepada siapa pun yang membutuhkan, tanpa melihat agama dan sukunya, dan menjadi sahabat bagi mereka yang dikucilkan. Kita hidup dalam masyarakat yang sangat pluralis baik dari segi agama, suku, budaya, dan etnis, maka sudah sepantasnya kasih lintas batas itu kita kembangkan dalam hidup bermasyarakat kita.

Allah yang mahabijak, semoga aku dapat mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.Amin.

Sumber renungan: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia