Beranda Jendela Alkitab Harian Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Selasa, 20 Agustus 2019

Bacaan, Mazmur Tanggapan dan Renungan Harian Katolik: Selasa, 20 Agustus 2019

18 Agustus 2020, Bacaan, Bacaan Kitab Suci, Bacaan Injil Harian, Renungan Katolik Harian, Bait Allah, Firman Tuhan, Iman Katolik, Injil Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Pewartaan, Sabda Tuhan, Bait Pengantar Injil, Ulasan Eksegetis, Ulasan Kitab Suci Harian, Yesus Juruselamat, Bacaan Kitab Suci, Katekese, Mazmur Tanggapan 18 Agustus 2020, Renungan Harian Katolik 18 Agustus 2020, Bacaan 18 Agustus 2020, bacaan Pertama 18 Agustus 2020, Bacaan Injil 18 Agustus 2020 Hari Minggu Biasa XX, Ulasan Eksegetis Bacaan Kitab Suci Minggu XX, Minggu Biasa XX, Rabu Minggu Biasa XX, Gereja Katolik Indonesia, Katolik, Katekese, Umat Katolik, Lawan Covid 19
Ilustrasi

Bacaan Pertama Hak 6:11-24a

Pada zaman para hakim datanglah malaikat Tuhan dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, milik Yoas, orang Abiezer. Ketika itu Gideon, anak Yoas, sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat Tuhan lalu menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Tuhan sertamu, pahlawan gagah berani.” Jawab Gideon kepadanya, “Ah Tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami?  Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: ‘Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir?’ Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.” Lalu Tuhan berpaling kepada Gideon dan bersabda, “Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Ketahuilah, Akulah yang mengutus engkau.” Tetapi Gideon menjawab, “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye, dan aku pun yang paling muda di antara kaum keluargaku.” Bersabdalah Tuhan kepadanya, “Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian sampai habis.” Maka jawab Gideon kepada-Nya, “Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang bersabda kepadaku. Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang membawa persembahan dan meletakkannya di hadapan-Mu.” Sabda-Nya, “Aku akan tinggal di sini sampai engkau kembali.” Maka masuklah Gideon ke dalam, lalu mengolah seekor anak kambing dan roti yang tidak beragi dari tepung seefa; ditaruhnya daging itu dalam bakul dan kuahnya dalam periuk. Lalu dibawanya kepada Malaikat di bawah pohon tarbantin, lalu dihidangkannya. Bersabdalah Malaikat Tuhan itu kepada Gideon, “Ambillah daging dan roti tak beragi itu, letakkanlah di atas batu ini, dan tuangkanlah kuahnya.” Gideon berbuat demikian. Lalu Malaikat Tuhan mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya. Dengan ujung tongkat itu disentuhnya daging dan roti itu. Maka timbullah api dari batu dan memakan habis daging dan roti itu. Kemudian Malaikat Tuhan menghilang dari pandangan Gideon. Maka tahulah Gideon, bahwa itu Malaikat Tuhan. Ia berkata, “Celakalah aku, Tuhanku Allah! sebab aku telah melihat Malaikat Tuhan dengan berhadapan muka.” Tetapi Tuhan bersabda kepadanya, “Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.” Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi Tuhan, dan menamainya ‘Tuhan itu keselamatan.’

Demikianlah sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan Mzm 85:9.11-14;R:9

Tuhan menjanjikan keselamatan kepada umat-Nya.

  • Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Allah! Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya mereka jangan kembali kepada kebodohan?
  • Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan merunduk dari langit.
  • Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan, dan negeri kita akan memberikan hasil. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan damai akan menyusul di belakang-Nya.

Bait Pengantar Injil 2Kor 8:9

Yesus Kristus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, agar kalian menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya.

Bacaan Injil Mat 19:23-30

Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Mendengar itu gemparlah para murid dan berkata, “Jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sungguh, pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kalian yang telah mengikuti Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang demi nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudara-saudarinya, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan

Dalam dunia kerja dan jasa, upah menjadi bagian tak terpisahkan. Hasil kerja diganjari dengan upah. Secara keseluruhan, dinamika kerja dan jasa antarmanusia selalu merujuk pada hasil dan upah. Pertanyaan Petrus kepada Yesus menggelitik seraya juga menggambarkan kemanusiaan kita akan makna dan tujuan serta konsekuensi hidup beriman. “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” (Mat. 19-27). Mengikuti Yesus berarti meninggalkan diri, kesempatan, dan segala kemungkinan di dalamnya. Mengikuti Yesus bukan berorientasi material atau bersifat kepuasan manusiawi-indrawi. Mengikuti Yesus dan hidup bersama-Nya memiliki tujuan dan upah hidup yang kekal (bdk. Mat. 19:29).

Santo Bernardus Abas meninggalkan gemerlap dunia dan hidup sebagai seorang pertapa. Ia dikenal luas sebagai seorang pewarta, pembawa damai dan penegak kebenaran. Melalui khotbah-khotbah ia berjuang melawan ajaran-ajaran sesat yang merongrong Gereja pada masanya. Dengan tulisan-tulisannya ia mengilhami semangat kerohanian umat. St. Bernardus Abas telah menunjukkan bahwa pemaknaan hidup bukan diperoleh dalam kecemerlangan dan kelekatan duniawi. Kesempurnaan hidup hanya diperoleh dalam Tuhan. Hidup dan perjalanan membutuhkan pemaknaan. Tujuan akhir pemaknaan hidup adalah keselamatan kekal. Inilah upah seorang beriman.

Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk mencintai Engkau seutuhnya dan sanggup melaksanakan kehendak-Mu dalam tugas perutusan di tengah dunia ini. Amin.

Sumber renungan: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia