Beranda BERITA Direktur Pemberitaan Media Indonesia : Menulis Itu Kegiatan Merasul

Direktur Pemberitaan Media Indonesia : Menulis Itu Kegiatan Merasul

Lukisan Santo Paulus sedang menulis surat-surat apostolis oleh Valentin de Boulogne (1620).

MIRIFICA.NET – Sebagai awam, menulis merupakan satu kegiatan merasul. Kita bisa mempengaruhi banyak orang. Karena itu, kita mesti terus mengasah, berlatih menulis dan tidak lelah mengirimkannya ke media massa.

Demikian disampaikan Direktur Pemberitaan Media Indonesia Gudensius Suhardi dalam sesi pembekalan untuk para peserta Lomba Menulis Opini Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia, Sabtu (07/05/2022) secara daring melalui piranti Zoom.

Gaudens, begitu pria kelahiran Ruteng, Nusa Tenggara Timur ini disapa menyebutkan, saat pastor berkotbah di gereja, target audiens cenderung homogen atau hanya orang Katolik saja. Namun, sebagai awam kita bisa mempengaruhi banyak orang di berbagai kalangan yang lebih heterogen.

Karena itu, kata Gaudens, menulis perlu kiat khusus, terutama bila ditujukan untuk mempengaruhi orang di surat kabar. Yang pertama, pemilihan tema merupakan poin penting. Tema harus aktual dan ada kebaruan dari sisi enggel atau sudut pandang serta argumentasi.

“Tema ini lebih pada peristiwa yang sedang berkembang di tengah masyarakat. Ada tema yang tidak aktual tapi strategis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,”ujar Gaudens.

Meski sudah ketemu tema, banyak orang kerap masih bingung saat hendak menulis. Mau mulai dari mana? Gaudens menyebutkan, orang sering ingin memasukkan semua ide dalam satu tulisan sehingga kehilangan fokus.”Orang sering ingin menulis dan menampilkan bahasa yang indah. Karena ingin menampilkan bahasa indah substansi justru hilang dan tidak fokus,”ujar Gaudens.

Gaudens menyarankan agar kita membuat rancangan atau corat-coret dahulu agar ide tulisan fokus serta tidak loncat-loncat. Dari situ, kita bisa memilih dan memilah enggel mana yang mau ditulis. Selanjutnya, memindahkan satu pokok pikiran ke pokok pikiran lain. “Namun, langkah ini sering menjadi persoalan. Kita cenderung menggunakan kata bantu sementara itu atau selain itu,”ujar Gaudens.

Untuk mengatasi masalah ini, Gaudens menyarankan agar kita menggunakan kata kunci atau pokok pikiran yang ada di alinea untuk memulai alinea sehingga terhindar dari kata sambung “sementara itu”, “selain itu” dalam pokok pikiran.

“Terkait dengan penggunaan bahasa, sebaiknya hindari kalimat bertingkat dan gunakan kalimat tunggal. Sebaiknya satu kalimat, satu pokok pikiran. Ini memudahkan kita dalam menulis sehingga tulisan enak dibaca serta mudah dipahami,”ujar Gaudens.

Gaudens juga menyarankan agar kita menghindari penggunaan jargon. Lebih baik menggunakan bahasa umum dan sederhana. “Semakin sederhana tulisan Anda, semakin mudah dipahami.”ujar Gaudens.

Pada umumnya, media terutama media nasional akan mempertimbangkan persoalan kebaruan entah dalam enggel, argumentasi atau apa pun dalam satu topik yang ditulis. Sebaiknya tidak mengirimkan tulisan dengan gagasan yang sama atau mengulang. Tawarkan sudut pandang baru, kata Gaudens.

Demi mendukung gagasan, Gaudens menyebutkan ada kecenderungan mengutip pendapat ahli terlalu banyak sehingg tidak jelas lagi pendapat yang hendak kita tawarkan. Bahkan pendapat penulis sudah tidak ada lagi. “Mestinya, mengutip pendapat orang itu hanya untuk membangun basis argumentasi,”ujar Gaudens.

Gaudens menegaskan, pada dasarnya menulis seperti bicara. Tulisan kita mesti bisa dipahami orang. Supaya dipahami, kita sendiri juga mesti memahami tulisan sendiri. “Dan yang paling penting, jangan pernah lelah untuk berlatih menulis dan mengirimkan tulisan ke media,”ujar Gaudens.