Beranda SEPUTAR VATIKAN Urbi Kegiatan Shooting Film  Sukacita Perjumpaan, Sabtu, 14 Maret 2015

Kegiatan Shooting Film  Sukacita Perjumpaan, Sabtu, 14 Maret 2015

Ilustrasi: Akting Keke dalam Film Sukacita Perjumpaan, credit Foto: John Laba Wujon

Film Sukacita Perjumpaan

Anik jadi Bintang

Memiliki keterbatasan sebagai seorang difabel, tidak membuat Anik canggung untuk berperan dalam setiap adegan Film Sukacita Perjumpaan. Anik yang diperankan oleh Keke, malah menjadi inspirator yang mampu membangkitkan semangat Melan dari keterpurukan karena nilai ujiannya anjlok.

Anik yang semula dipandang sebelah mata oleh Melan ketika disambut di rumah Keluarga Budi, tidak merasa berkecil hati dengan sikap Melan. Meski  diterima dengan baik oleh orang tua Anik, Melan yang saat berjabatan tangan dengan Anik langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Maklum, keberadaan Anik yang difabel itu baru pertama kali dijumpai Melan.

Sikap tidak bersahabat yang diperlihatkan Melan tidak hanya terjadi di tangga pintu rumah saat pertama kali bertemu Anik. Selama tinggal di rumah keluarga pak Budi, Melan memilih untuk menyendiri di dalam kamarnya. Melan lebih senang berasyk mesra dengan HP kesanyangannya. Di kamar tidur berukuran 3×5 meter lengkap dengan fasilitas TV, Kulkas dan Komputer itu, Melan merasakan dunianya sudah tak lagi dipengaruhi oleh keberadaan Anik. Ketika Melan hendak  mandi, makan dan berangkat ke Kampus, ia selalu mengintip terlebih dahulu. Jangan-jangan ada Anik di sekitar kamar tidurnya.

Meski terus merasakan sikap tidak bersahabat dari  Melan, Anik tetap menunjukkan perhatiannya  kepada Melan. Senyum ramah Anik saat menyambut Melan pertama kali di tangga pintu rumah tetap diperlihatkan ketika tiba-tiba saja Anik bertemu dengan Melan di rumah. Sampai pada suatu waktu, ketika Melan pulang dari Kampus dengan wajah lesuh dan rambut tak tertata rapi lagi, lalu pergi duduk berbagi cerita dengan ibu Anik di beranda rumah. Melihat raut wajah Melan yang tiba-tiba saja berubah itu, Anik datang dan menyapa Melan yang telah dianggap sebagai kakaknya itu.

Anik pun mengikuti secara cermat pembicaraan antara ibunya dengan Melan. Rupanya nilai ujian Melan yang anjlok menjadi sebab raut wajah Melan tiba-tiba berubah. Saking kesalnya,lembar nilai ujian yang sedang dipegangnya pun diremas hingga kusut. Melan pun menangis terseduh-seduh.

Anik yang mulai paham dengan sikap Melan, tidak mau tinggal diam. Ia berdiri, mendekati Melan dan berusaha menghibur Melan.

“Melan jangan sedih. Melan pasti bisa kok. Jangan menyerah ya, Melan!”

Mendengar nasihat Anik tersebut, Melan jadi begitu terkejut. Ia pun memandang wajah tulus Anik. Wajah Anik dipandanganya dengan sungguh-sungguh. Anik hanya tersenyum. Merasakan ketulusan Anik itu, Melan bangkit berdiri, menarik tangan Anik lalu memeluk erat Anik.

Meski begitu, Melan belum yakin betul dengan kata-kata Anik. Terbersit keraguan mendalam di hati Melan. Jangan-jangan Anik tak tahu persoalannya.

“Melan bisa ya, Anik?,” tanya Melan.

“Iya, pasti bisa. Melan hebat kok,” jawab Anik.

Sambil terus memandang wajah Anik, Melan mulai merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Semangat hidupnya tiba-tiba bangkit. Wajah Melan seketika tampak cerah. Dan, ia tidak lagi jijik dengan Anik.

Ibu Anik yang ikut merasakan perubahan sikap dan wajah Melan saat itu, turut merasa gembira. Ia tahu Anik yang selama ini dipandang sebelah mata oleh banyak orang, telah menjadi malaikat dalam keluarga.  Begitu juga dengan Melan. Anik yang diremehkannya, justru menjadi pahlawan bagi dirinya.

 

(John Laba Wujon)

Ilustrasi: Anik, penderita drownsindrom, diperankan oleh Keke, dalam Film Sukacita Perjumpaan.