Jakarta, 4 November 2025 – Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 memasuki hari kedua dengan suasana yang penuh semangat dan refleksi mendalam. Hari istimewa ini bertepatan dengan peringatan Santo Carolus Borromeus, sosok Uskup Agung Milano yang dikenal karena pelayanan kasihnya di tengah masa sulit.
Perayaan Ekaristi pagi dipimpin oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap, yang mengajak peserta untuk meneladani Santo Carolus Borromeus dalam pelayanan penuh belas kasih. Dalam homilinya, Mgr. Kornelius menggambarkan kondisi Milano pada masa sang santo, yang kala itu dilanda pandemi, gagal panen, dan kemerosotan moral. Di tengah situasi itu, Carolus tampil sebagai gembala yang setia dan penuh pengorbanan bagi umatnya.
Wajah Gereja dari Lima Provinsi Gerejawi
Sesi pertama yang berlangsung dari pukul 08.15 hingga 10.30 menampilkan paparan dari lima provinsi gerejawi dan satu Ordinariat Castrensis Indonesia (OCI). Masing-masing wilayah—Jakarta, Palembang, Makassar, Kupang, Ende, serta OCI—menghadirkan refleksi dan laporan hidup Gereja setempat.
Suasana forum berlangsung dinamis. Banyak peserta mengacungkan tangan, menyampaikan pertanyaan, keresahan, hingga masukan dari pengalaman lapangan. Dari isu teologis hingga pastoral, persoalan yang muncul mencerminkan keluasan tantangan Gereja saat ini: mulai dari peran perempuan dalam Gereja, dukungan pemerintah yang menurun, isu “safeguarding” dan kekerasan seksual, hingga kondisi Gereja di daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Papua.
Catatan pribadi A. Eddy Kristiyanto, OFM, yang menyusun refleksi hari ini, menyebut sesi tersebut sebagai cerminan “wajah Gereja Katolik yang paling hidup dan paling representatif.”
Tantangan dan Peluang Bermisi
Sesi kedua diisi dengan paparan dari lima provinsi gerejawi lainnya: Semarang, Merauke, Medan, Samarinda, dan Pontianak. Beragam persoalan muncul—mulai dari perusakan alam, perdagangan manusia, penyalahgunaan narkoba, rendahnya pemahaman iman, korupsi, hingga feodalisme dalam kehidupan Gereja.
Sebuah slogan dari Kalimantan menarik perhatian: “Layani dulu, urusan belakang kemudian,” merujuk pada sikap rumah sakit Katolik yang tetap melayani meski menghadapi kendala administrasi BPJS.
Pada sesi sore, Sosiolog Yohanes I. Wayan Marianta SVD memaparkan gagasan tentang “Panggilan dan Perutusan Gereja dalam Bermisi.” Ia menekankan pentingnya kolaborasi misioner dan gotong royong misioner sebagai paradigma baru dalam pelayanan Gereja. Mengutip semangat Gaudium et Spes, Gereja diajak hadir di tengah dunia secara halus, tidak frontal, dan kontekstual, terutama di hadapan kekuasaan yang represif.
Teolog F.A. Purwanto SCJ kemudian mengulas tantangan dan peluang bermisi ad intra, menyoroti perlunya paradigma Gereja sebagai “rumah sakit lapangan” (field hospital). Ia mengingatkan agar Gereja tidak jatuh ke dalam pelagianisme—percaya berlebihan pada kemampuan sendiri—seperti yang diingatkan Paus Benediktus XVI. Purwanto juga menegaskan bahwa semangat “field hospital” mesti diimbangi dengan gerak preventif, formatif, reflektif, dan proflektif.
Dari sisi misi ad extra, Karlina Supeli dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara menyoroti ketimpangan sosial-politik dan pembangunan yang tidak merata di Indonesia. Ia menegaskan bahwa Gereja Indonesia memiliki karakter “anomali,” namun tetap menunjukkan dimensi meta-historis—yakni iman pada Roh Kudus yang terus menghidupkan dan memberdayakan umat di tengah gelapnya kemanusiaan.
Pengendapan dalam Kelompok Kecil
Menjelang malam, para peserta dibagi ke dalam kelompok kecil beranggotakan tujuh hingga delapan orang. Sekretaris Eksekutif KWI memandu sesi pengendapan untuk merefleksikan pencerahan yang diterima sejak pagi hingga sore. Setiap kelompok diminta menulis dan melaporkan hasil diskusi melalui Google Form.
Menariknya, kendati kualitas sound system di hari kedua kurang memadai, suasana diskusi tetap berjalan lancar. Format kelompok kecil justru membantu menciptakan ruang percakapan yang lebih akrab dan reflektif—sebuah penutup yang manis untuk hari yang padat namun penuh makna di SAGKI 2025.

Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI

