Home OPINI Editorial Jelang Tahbisan Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, Aku Terkenang Mgr. Vincentius Sensi Potokota

Jelang Tahbisan Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, Aku Terkenang Mgr. Vincentius Sensi Potokota

Ki-Ka: Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Pertama Keuskupan Maumere, Mgr. G. Kherubim Pareira SVD, (Tengah: Uskup Kedua Keuskupan Maumere, dan Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, Uskup Ketiga Keuskupan Maumere/ Foto: Kawali.org

ENJELANG tahbisan uskup baru Maumere, Mgr. Ewaldus Martinus Sedu tanggal  26 September 2018 nanti, ingatan saya justru tertuju pada peristiwa tahbisan Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Pertama Keuskupan Maumere.  Peristiwa tahbisan Mgr. Sensi  pada 23 April 2006 lalu sungguh merupakan sebuah moment akbar bagi perjalanan iman umat Katolik di wilayah Keuskupan Maumere.

Peristiwa tersebut menjadi tonggak bersejarah oleh karena seorang uskup pertama telah hadir di tengah umat Katolik Keuskupan Maumere. Kehadiran Sang Gembala baru itu terhitung cepat sejak keuskupan Maumere didirikan pada 14 Desember 2005. Hanya dalam hitungan 5 bulan ke depan, Keuskupan Maumere yang mekar dari Keuskupan Agung Ende, memiliki seorang Uskup baru, yakni Mgr. Sensi . Menakjubkan!

Namun penunjukkan Uskup baru dalam waktu singkat itu membuat tidak sedikit orang terkejut dan heran. Mengingat inaugurasi seorang uskup baru perlu persiapan yang matang, maka waktu yang dibutuhkan pun tentu tidak sedikit. Saya masih ingat bagaimana Panitia dan umat bahu-membahu, bekerja demi suksesnya perayaan Misa tahbisan Mgr. Sensi di Gelora Samador, Maumere. Beberapa rekan seangkatan saya di STFK Ledalero, Maumere, yang terlibat dalam Paduan Suara yang dikoordinir langsung oleh Pater Eman Weron, SVD, sibuk bolak-balik dari Ledalero ke Maumere untuk latihan koor. Berkat semangat dan kerja keras inilah, perayaan tahbisan Mgr. Sensi pada 17 tahun silam itu sukses dan menggembirakan.

Tentu saja catatan tersebut hendak ditorehkan kembali pada peristiwa tahbisan Mgr. Ewaldus, Uskup Ketiga keuskupan Maumere. Seperti disampaikan oleh Romo Polykarpus Sola, Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Maumere, melalui whatsup bahwa saat ini Panitia sedang bekerja untuk mensukseskan perayaan tahbisan Mgr. Ewaldus. “Kemarin pertemuan panitia yang ke-5 dengan agenda melihat bersama run down perayaan tahbisan uskup. Kurang lebih sudah 70 % capaian kerja seksi-seksi panitia dalam kerja sama dengan banyak pihak. Tanggal 14 September panitia keseluruhan akan bertemu lagi untuk mengecek persiapan akhir jelang tahbisan.”

Apalagi dukungan umat kepada Uskup baru dan tahbisannya begitu nyata. Gerakan partisipasi umat melalui doa dan katekese, keterlibatan dalam seksi-seksi kepanitian, sumbangan finansial dan materal lainnya, keterlibatan paroki-paroki dan biara-biara di wilayah keuskupan Maumere, Pemerintah Kabupaten Sikka serta elemen masyarakat lainnya memberi pesan positip penuh harapan bahwa semua ingin perayaan tahbisan Mgr. Ewaldus berlangsung sukses.

Sukses dan Bertahan

Sama dengan Panitia dan umat Katolik Keuskupan Maumere, saya pun berharap bahwa tahbisan Mgr. Ewaldus nanti dapat berjalan sukses. Selain sukses,  terbersit pula satu harapan lagi bahwa kiranya  Mgr. Ewaldus dapat menjadi gembala bagi umat Keuskupan Maumere untuk waktu lama. Bahkan umat sudah pasti mendoakan Bapa Uskup Ewaldus agar terus berkarya di tanah dengan julukan Nian Sikka hingga akhir hayat. Hemat saya, harapan dan doa seperti itu tentu bukan tanpa alasan, terlebih ketika perjalanan tugas kegembalaan Mgr. Sensi di Keuskupan Maumere dikenang. I remember Mgr. Vincentius Sensi Potokota.

Seperti rentang waktu yang singkat antara berdirinya Keuskupan Maumere dengan terpilihnya Mgr. Sensi sebagai Uskup Pertama, masa tugas kegembalaan Mgr. Sensi  di Keuskupan Maumere pun terhitung singkat. 1 tahun berselang, Paus Benediktus XVI menunjuk Mgr Sensi Potokota menjadi Uskup Agung Ende pada 11 April 2007. Kembali umat Katolik Keuskupan Maumere dikejutkan dengan berita tersebut. Ini menjadi kejutan kedua di masa-masa awal sejarah perjalanan keuskupan Maumere. Sebagian besar umat tak pernah menyangka bahwa Mgr. Sensi yang baru berkarya itu akhirnya harus kembali mengabdi di Keuskupan Agung Ende, “Ibu” yang telah melahirkan keuskupan Maumere.

Sede vacante atau takhta lowong karena meninggalnya Uskup Agung Ende Mgr Longinus Da Cunha pada 6 April 2006 menjadi alasan Paus Benediktus XVI menunjuk Mgr. Sensi sebagai Uskup Agung Ende yang baru. Pada tanggal 7 Juni 2007, Mgr Sensi resmi menduduki takhtanya sebagai Uskup Agung Ende. Selanjutnya, takhta Keuskupan Maumere yang ditinggalkan diisi oleh Mgr Gerulfus Kherubim Pareira SVD pada 19 Januari 2008. Seturut tradisi kepemipinan dalam Gereja Katolik, seorang uskup yang telah berusia 75 tahun harus mengundurkan diri, maka pada bulan Januari 2016 Mgr. Kherubim Pareira, SVD mengajukan pengunduran dirinya.

Proses peralihan kepemimpinan seperti itu, menarik juga untuk dicermati dalam konteks Gereja Katolik di Nusa Tenggara saat ini. Lagi-lagi karena sede vacante atau takthta lowong. Selepas pengunduran diri Mgr. Hubertus Leteng sebagai Uskup Ruteng, Paus Fransiskus akhirnya mengangkat Administrator Apostolik sede vacante et ad nutum Sanctae Sedis Keuskupan Ruteng, Mgr Silvester San, yang juga Uskup Denpasar. Sebagai seorang Administrator apostolik sede vacante Mgr. San  bertugas hingga seorang uskup diosesan yang baru terpilih dan mengambil tahta keuskupan Ruteng. Beredar pertanyaan saat ini di tengah umat Keuskupan Ruteng, siapa Uskup Ruteng nanti? Semua masih dalam tanya. Satu yang pasti. Tanggal 26 September nanti, Keuskupan Maumere akan memiliki seorang gembala baru. Ia adalah Mgr. Ewaldus. Namun mengingat keuskupan Maumere ini termasuk tetangga dekatnya keuskupan Ruteng, munculah selentingan di tengah umat. Jangan-jangan setelah ditahbiskan jadi Uskup Maumere, Mgr. Ewaldus ditunjuk lagi jadi Uskup Ruteng.

Umat Katolik Keuskupan Maumere tentu berharap penuh bahwa nantinya Mgr. Ewaldus dapat berkarya hingga waktu lama, bahkan hingga akhir hayat di Nian Sikka. Apalagi dengan semakin terbukanya wilayah kabupaten Sikka yang juga menjadi wilayah Gerejani Keuskupan Maumere, tantangan pun semakin banyak. Kehadiran seorang Gembala, Mgr. Ewaldus, di tengah umat dari waktu ke waktu sungguh dibutuhkan. Semoga tak ada kejutan ketiga.