Beranda KWI Keuskupan Bandung Mendapat Uskup Asli Putra Tatar Sunda

Keuskupan Bandung Mendapat Uskup Asli Putra Tatar Sunda

Mgr. Antonius Subianto Bunyamin, OSC

MENTARI  perlahan mulai redup dan tak lama lagi akan kembali ke peraduannya di tanah Pasundan. Sore yang cerah di daerah Dago yang sejuk seolah-olah ikut merasakan kegembiraan umat katolik Keuskupan Bandung. Hari ini, Senin (25/8), merupakan hari yang bersejarah bagi umat katolik Keuskupan Bandung karena pada hari ini  mereka menyaksikan tahbisan Uskup Bandung yang baru setelah hampir 3,5 tahun mengalami sede vacante sepeninggal Mgr. Johannes Pujasumarta yang “harus” kembali Semarang untuk mengemban tugas Uskup Keuskupan Agung Semarang. Upacara tahbisan yang diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha ITB Bandung ini dihadiri oleh sekitar 3.000 umat dan berlangsung meriah.

Antusiasme umat Keuskupan Bandung sendiri, baik kaum awam  maupun dari kaum religius sungguh besar. Sementara itu, acara tersebut juga dihadiri oleh 29 uskup dari seluruh Indonesia, 5 uskup emeritus serta lebih dari 200 imam yang datang dari berbagai keuskupan, bahkan para crossiers, panggilan di antara sesama imam OSC, dari berbagai negara yang merupakan teman-teman Mgr. Anton Subianto OSC. Acara Tahbisan Uskup Bandung ini juga dihadiri oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi yang secara langsung mewakili Bapa Suci Fransiskus, didampingi oleh Sekretaris beliau P. Jose Louis. Di antara sejumlah tamu undangan yang hadir, tampak antara lain: Bapak Julius Kardinal Darmaatmaja SJ, Ketua KWI  Mgr.  Ignatius Suharyo,  pejabat Polda Jawa Barat, serta beberapa tokoh Katolik.

Acara tahbisan uskup baru Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, yang dimulai pada pukul 17.00 WIB tersebut berjalan dengan hikmat. Bertindak sebagai Penahbis Utama adalah Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta yang sekaligus adalah mantan Administrator Apostolik Keuskupan Bandung sebelum terpilihnya Mgr. Anton, demikian panggilan akrabnya, didampingi oleh Mgr. Johannes Pujasumarta, Uskup Keuskupan Agung Semarang sebagai Penahbis Pertama, yang selama dua tahun menjabat sebagai Uskup Bandung, serta Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM, Uskup Keuskupan Bogor sebagai Penahbis Kedua.

Dalam homili pada misa tahbisan ini, Mgr. Pujasumarta mengingat kembali enam tahun lalu ketika beliau ditahbiskan menjadi Uskup Bandung dan melaksanakan tugas untuk menjadikan Gereja di tatar Sunda menjadi hidup, mengakar dan berbuah. Gagasan ini diletakkan dalam rancangan arah dasar, yang pada waktu itu dibuat juga oleh Mgr. Anton Subianto, OSC bersama teman-teman imam lainnya dengan menggali budaya setempat untuk menjadikan Gereja sungguh hidup, Gereja yang sungguh terasa sebagai Gereja persekutuan (communio) sebagaimana dicita-citakan oleh para Uskup pendahulu. Yaitu Gereja dalam kehidupan beriman, kesediaan untuk asih, asah, asuh, untuk membangun Gereja yang hidup. Lebih lanjut Mgr. Puja, panggilan akrab Uskup Keuskupan Agung Semarang ini, menambahkan bahwa beliau mengimpikan sebuah Gereja yang menjadi seperti “pria Samaria yang baik hati” yang berbelarasa terhadap korbannya, kemudian ini dilengkapi oleh “perempuan Samaria yang haus akan air kehidupan dari Yesus”, yang pada akhirnya menjadi compassion to the victim and compassion for Christ.

Keterangan foto: Pentahbisan Uskup Bandung, Senin 25 Agustus 2014
Keterangan foto: Pentahbisan Uskup Bandung, Senin 25 Agustus 2014 (Dok. Dokpen KWI/Indra)

Waktu di Bandung  Mgr. Puja juga pernah bermimpi tentang dialog seorang kyai dengan seorang santri  di sebuah Pondok Pesantren tentang kapan matahari terbit.  Santri tersebut menjawab dengan berbagai macam jawaban “ketika ayam berkokok, ketika mulai muncul warna merah di ufuk timur, ketika terdengar suara azan, dan lain-lain”. Tetapi sang kyai menjawab bahwa itu semua belum terlalu tepat.  Akhirnya, pada akhir dialog pak Kyai menegaskan bahwa matahari terbit kapan saja, ketika hati dipenuhi dengan kasih, karena kasih adalah daya kekuatan yang membuat segalanya jadi berbeda, langit baru dan bumi baru. Mgr. Puja menutup homilinya dengan mengatakan bahwa “dengan kasih itu kita bisa melihat matahari terbit tidak hanya di pagi hari, tetapi saat ini pun Mgr. Anton menjadi matahari bagi kita untuk membangun persaudaraan sejati di Keuskupan Bandung,”  dilanjutkan dengan mendendangkan sebuah lagu You’re my Sunshine khusus untuk Mgr. Anton..

Sementara itu,  Mgr. Glen Lewandowski, Magister General OSC yang datang langsung dari Roma,  menyitir kata-kata Paus Fransiskus berikut ini, “Banyak orang berkata orang muda adalah masa depan Gereja, sebenarnya orang muda adalah juga masa kini Gereja”. Menurutnya  Mgr. Anton termasuk orang muda dan  memiliki semangat muda bagi Gereja muda. Mgr. Anton adalah orang yang pandai memikat hati semua orang, karena mengenal semua kegembiraan dan harapan, sekaligus kegelisahan mereka, demikian tambahnya. Dia juga seorang promotor formasi dan inspirator bagi para crosssier, sekaligus juga narasumber dalam forum-forum internasional. “Sungguh Mgr. Anton adalah insan penuh rahmat dengan keutamaannya, yakni kesanggupannya menjadi saudara,” demikian pujian yang disampaikannya bagi Uskup baru yang sudah lama dikenalnya karena pelayanan  Mgr. Anton di lingkup OSC internasional.Pada akhir sambutannya, Magister Jenderal OSCyang selama 22 tahun berkarya di Papua dan menjadi dosen di fakultas teologi STFT Abepura ini  menyatakan  rasa bangga dan rasa gembira bagi Mgr. Anton yang terpilih sebagai Uskup Bandung, namun sekaligus menjadi kesedihan bagi OSC karena harus merelakannya menjadi seorang uskup.

Sebagai Ketua KWI, Mgr. Ignatius Suharyo menyampaikan proficiat untuk umat Bandung karenatelah mempunyai Uskup baru, serta terima kasih Mgr. Anton sebagai gembala umat di Keuskupan Bandung dan menjadi anggota KWI. Menurutnya, dengan kualitas yang dimiliki Mgr. Anton sebagaimana yang diungkapkan oleh Magister Jenderal OSC di atas, KWI akan melaju dengan pesat. Diharapkan bahwa kehadiran Mgr. Anton akan membuat Keuskupan Bandung dan KWI semakin alkitabiah menjadi dinamis dan missioner dan menuju Tanah Terjanji. Menurut Mgr. Suharyo dinamika missioner ini dapat terus dikembangkan dengan mengikuti nasihat Paus Fransiskus, yakni antara lainsering menjumpai umat, menjaga nyala harapan umat, berjalan di belakang umat dan membuat langkah-langkah baru bagi umat. “Semoga kegembalaan beliau bisa membuat langkah-langkah baru di Keuskupan Bandung menjadi lebih dinamis,” tandasnya di akhir kata sambutan. Sementara itu Duta Besar Vatikan, mengharapkan agar Mgr. Anton bisa menjadi pusat dan promotor kesatuan di antara umat, para imam diosesan dan imam berbagai tarekat, di antara organisasi dan paroki sehingga Keuskuan Bandung bisa berkembang dalam persatuan dengan para Uskup dan Gereja universal.

Sambutan terakhir dari Uskup Tertahbis adalah yang paling ditunggu-tunggu umat. “Nasib menjadi uskup kecil harus menurut kepada yang lebih tua,”demikian ujarnya membuka sambutannya. Pengalamannya bahwa dirinya sering mendapat ‘olok-olok’ sebagai Uskup yang berbadan kecil, dianggap masih muda, dan sebagainya menyadarkannya bahwa martabat uskup bukanlah prestasi manusia,melainkan sungguh anugerah Allah. Lebih lanjut, Mgr. Anton menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah mendukungnya dari awal hingga mencapai tahbisan uskup ini, antara lain kepada para crossier yang hadir dari penjuru dunia, para guru dan  keluarga yang telah menjadi pendidik dan pendamping dirinya elama ini. Terima kasihnya juga disampaikan kepada kepada Mgr. Pujasumarta yang selama 2 tahun telah meletakkan dasar di keuskupan Bandung, serta kepada Mgr. Suharyo yang mendampingi selama 3,5 tahun dantelah mengajarinya menjadi imam yang baik, gembala yang murah hati dan menjadi gembala yang berbau domba seperti ungkapan Paus Fransiskus.

Dengan menyadari kerapuhan dirinya Mgr. Anton mohon doa kepada semua yang hadir agar bisa menjadi gembala yang baik dan melaksanakan motto Ut Diligatis Invicem sehingga Keuskupan Bandung dapat menjadi Greja yang berdoa karena dekat dekat dengan Allah dan Gereja yang bertindak karena kesaksiannya di tengah dunia. Serentak yang hadir bertepuk tangan meriah untuk mengamini ungkapan hatinya ini.

Keterangan foto: Pentahbisan Uskup Bandung, Senin 25 Agustus 2014
Keterangan foto: Pentahbisan Uskup Bandung, Senin 25 Agustus 2014 (Dok. Dokpen KWI/Indra)

Sehari sebelum acara tahbisan, Minggu sore (24/8) diadakan misa Salve Agung. Salve Agung adalah acara pemberkatan atribut yang akan dimiliki oleh uskup baru seperti mitra, tongkat gembala, cincin, dan kalung salib. Semua atribut ini dipakai oleh uskup saat seorang imam diangkat menjadi uskup atau sebagai penerus rasul santo Petrus.

Uskup Anton Subinato secara resmi ditunjuk dan diangkat oleh Bapa Suci Fransiskus pada 3 Juni 2014 jam 12.00 waktu Roma (17.00 WIB). Saat penunjukan itu Pastor Anton masih menjabat menjabat sebagai Provinsial OSC. Beliau diangakat sebagai uskup menggantikan Mgr. Ignatius Suharyo yang mengemban jabatan sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Bandung selama sede vacante sejak pengunduran Mgr. Johanes Pujasumarta pada akhir 2010 karena harus melaksanakan tugas baru sebagai Uskup Keuskupan Agung Semarang.

Mgr.  Anton Subianto, yang baru berusia 46, 5 tahun ini, adalah putra asli tatar Sunda yang dibesarkan di wilayah Paroki St. Odilia, Cicadas, Bandung dilahirkan pada 14 Februari 1968 dan mengucapkan kaul kekal pada 28 Agustus 1994 serta menerima tahbisan imamat di Bandung pada 26 Juni 1996. Sebagian besar waktunya sejak masa kecilnya hingga kini lebih banyak untuk melayani Keuskupan Bandung dan karyanya dilakoninya di berbagai bidang pendidikan dari Yayasan Salib Suci, Universitas Parahyangan, di lingkungan OSC sendiri, hingga menjadi anggota APTIK, selain tugas-tugas internal di lingkup OSC, baik lokal maupun internasional.

Proficiat Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC. Semoga kemudaan, kepandaian dan kasih Monsinyur semakin mampu menggerakkan seluruh umat beriman di Keuskupan Bandung untuk mengembangkan dan memajukan persaudaraan sejati dalam cinta kasih.