Beranda KWI KOMSOS KWI Menyebar Hoaks Itu Dosa, Bagaimana Pertobatannya?

Menyebar Hoaks Itu Dosa, Bagaimana Pertobatannya?

RD Kamilus Pantus (berdiri) / Foto : Dok. Komsos KWI

OKTOBER 2016, meluas berita bohong (hoaks) dan palsu nyaris di seluruh Benua Eropa. Rupanya situasi ini lama-kelamaan menjadi ancaman global. Sekelompok orang berupaya menciptakan kebenaran palsu. Serangannya terutama orang-orang muda.

“Karena itu Paus menyampaikan pesannya pada Hari Komunikasi sedunia ke-51 berjudul ‘Jangan takut, Aku besertamu, komunikasikan harapan dan iman’.”ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Kamilus Pantus, di Pusat Bina Iman, Mela, Sibolga, Jumat (11/8/2017).

Di hadapan 26 peserta pelatihan menulis produktif yang terdiri dari orang muda katolik, suster, frater dan romo, serta karyawan komsos dan utusan paroki Kamilus menegaskan tindakan menyebar hoaks itu sebagai perbuatan dosa, melanggar perintah Allah ke-8. Karena itu, mencari tahu sumber aslinya, tidak menyebarluaskan berita itu kembali, dan mengaku dosa bisa jadi solusi. “Bentuk pertobatannya adalah dengan memosting hal-hal baik sesering mungkin di Facebook,”ujar Kamilus.

Dengan demikian akun yang tadinya berisi hal-hal negatif yang tidak akan hilang bisa tergeser oleh hal-hal yang baik, katanya. Kamilus juga menegaskan perlunya sensor internal dari dalam diri kita. “Saring dahulu sebelum sharing (red:berita-berita),”ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Kamilus juga menayangkan film pendek garapan Tim Studio Audio Visual (SAV) Puskat Yogyakarta bertitel “Asa Itu Ada.” film berdurasi 27 menit itu hendak menggambarkan betapa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatnya dalam situasi yang tidak menggembirakan saat ini. Demikian refleksi Mgr. Hilarion Datus Lega yang juga ditayangkan usai film berkahir.

“Nyatalah pesan Paus ini dalam kehidupan setiap hari. Tidak perlu takut, karena Dia tetap menyertai orang yang percaya dan berharap padaNya,”ujar Ketua Komisi Komsos KWI ini.

Penulis : Sr. Dominika Nababan OSF