Beranda KOMSOS KWI PEKAN KOMSOS Pastor bukanlah Wartawan, tapi Seorang Pewarta

Pastor bukanlah Wartawan, tapi Seorang Pewarta

DUA term yang digunakan dalam konteks evangelisasi melalui media, yakni term wartawan dan pewarta. Kedua istilah Indonesia ini berdasarkan kata dasar bahasa Indonesia yang sama, warta, yang artinya menyampaikan berita kepada yang lain.

“Seorang pastor yang memberitakan Yesus Kristus kepada segala manusia dan bangsa tidak disebut wartawan melainkan pewarta. Mengapa? Karena sebagai pastor ia tidak sekadar menyampaikan peristiwa Yesus itu dari masa lampau ke masa kini, melainkan ia sendiri terlibat dalam apa yang diberitakan,” ujar Dosen Filsafat pada Fakultas Filsafat Agama, Seminari Tinggi St. Michael, Penfui-Kupang Dr. Norbertus Jegalus pada Pekan Komuniasi Sosial Sedunia ke-48 di Aula Seruni Weetebula, Sumba Barat Daya, Sabtu (31/5/2014).

Pewarta tidak sekadar melakukan penyampaian (transmissio) informasi melainkan terutama melakukan perubahan (transformatio). Sedangkan wartawan bertugas melakukan transmissio informasi. Sementara evangelisasi melalui media mencakupi tugas wartawan (jurnalis) sekaligus pewarta (evangelisator).

Berkaitan dengan refleksi tentang evangelisasi melalui media itu, menurut Norbertus, Konstitusi Dogmatis Dei Verbum Vatikan II mengajarkan bahwa wahyu adalah komunikasi diri Allah sendiri yang mencapai puncaknya dalam diri Yesus.

Vatikan II memberikan penekanan pada penyampaian diri Allah dan bukan pada penyampaian kebenaran-kebenaran tentang Allah yang diterima dengan ketaatan akal budi oleh manusia, sebagaimana diajarkan oleh Konstitusi Dogmatis Dei Filius dari Vatikan I.  Ajaran Vatikan II ini, menurut Norbertus, mempunyai konsekuensi yang sangat penting bagi karya pastoral.

“Kalau iman itu bukan pada tempat pertama suatu sikap akal budi yang menerima dan mengakui ajaran ilahi melainkan suatu sikap hati, maka pembinaan iman umat bukan pada tempat pertama suatu pengajaran kepada otak melainkan kepada interaksi pribadi,” ujar Norbertus.

Dengan demikian, tantangan pewartaan sebenarnya bukan pada tempat pertama umat yang mendengarkan Sabda Allah melainkan agen pastoral yang menjalankan tugas pewartaan Sabda Allah itu.

Baginya, Sabda Allah, itulah hidupnya.

Keterangan foto: Dr. Nobertus Jegalus (Sesawi.Net/Mathias Hariyadi)