Beranda GEREJA KITA SEPUTAR VATIKAN Paus Fransiskus Puji Para Uskup Buenos Aires Perihal Interpretasi “Amoris Laetitia”

Paus Fransiskus Puji Para Uskup Buenos Aires Perihal Interpretasi “Amoris Laetitia”

PAUS Fransiskus telah menulis sepucuk surat yang isinya memuji para uskup Buenos Aires untuk pekerjaan mereka dengan menyebut dokumen tersebut  “sangat baik ” dan “sepenuhnya menangkap makna yang terdapat dalam Bab VIII “dari Amoris Laetitia.” Pujian Fransiskus dikeluarkan menyusul sebuah dokumen yang ditulis para Uskup Buenos Aires tentang bagaimana mempersatukan kembali pasangan yang telah bercerai dan hendak menikah lagi.

“Teks itu sangat baik dan menangkap penuh makna isi Bab VIII dari ‘Amoris Laetitia. ‘  Tidak ada interpretasi lain. ”  Untuk pertama kalinya , Paus Fransiskus menempatkan pendapatnya tentang interpretasi yang benar dari nasihat pasca-sinode keluarga secara tertulis  dalam sebuah surat yang dikirim kepada para uskup dari Argentina. Seperti diketahui, dokumen dalam bab kedelapan adalah tentang penyatuan kembali “yang terluka” dari pasangan yang bercerai dan penegasan kembali sebuah panggilan kepada pasangan yang bercerai untuk diterima kembali ke dalam  sakramen pernikahan,tergantung pada setiap kasus individu, tanpa harus mendalami wilayah kasuistis. Dokumen kepausan telah mengalami berberapa kali interpretasi. Beberapa komentator dengan cepat  mengklaim bahwa peraturan sebelumnya pada dasarnya tetap tidak berubah.

Dokumen  para uskup Buenos Aires dikirim untuk para imam pada awal September, itu merupakan sebuah surat yang isinya menguraikan serangkaian kriteria berdasarkan Bab VIII dari “Amoris Laetitia” khususnya pada kemungkinan pasangan yang bercerai dan hendak menikah lagi  dapat menerima kembali sakramen pernikahan. Pertama-tama, ia (surat para uskup) menyatakan bahwa tidak tepat untuk berbicara tentang ‘izin’ untuk mendapatkan sakramen melainkan tentang proses penegasan di bawah bimbingan seorang imam. Sepanjang  proses ini, “imama harus menonjolkan pemahaman fundamental, kerygma, yang dapat merangsang atau menghidupkan kembali perjumpaan setiap pribadi dengan Kristus”. Ini “teman pastoral (Pastoral accopaniment) dimana seseorang “membutuhkan imam untuk menunjukkan “wajah ibu dari Gereja”, menerima niat jujur dan tulus  dari pertobatan untuk menjalani hidup sesuai dengan Injil dan karya amal.”  Jalan ini  “tidak selalu mengarah pada sakramen tetapi dapat menyebabkan bentuk lain dari penyatuan kembali yang lebih besar ke dalam kehidupan Gereja: kehadiran nyata umat, partisipasi dalam doa, refleksi bersama, komitmen untuk wilayah pelayanan perutusan yang berbeda di dalam Gereja.”

Dalam point kelima dokumen mereka, para uskup Buenos Aires menjelaskan: “Komitmen untuk kontinensia dapat dianggap sebagai pilihan ketika keadaan konkret pasangan dimungkinkan, terutama ketika dua orang Kristen meninggalkan iman mereka, ada  kemungkinan bagi mereka untuk menerima kembali sakramen rekonsiliasi dalam kasus tersebut”. Kemungkinan ini sudah ada dalam ajaran Yohanes Paulus II. Dalam paragraf berikut mereka menjelaskan bahwa dalam kasus “keadaan yang lebih kompleks lainnya dan ketika itu tidak mungkin untuk mendapatkan pembatalan pengumuman, opsi tersebut di atas (penahanan, ed.) mungkin tidak layak. Meskipun demikian, jalur dari penegasan ini masih dimungkinkan. Ketika ada pengakuan, dalam kasus konkret, keadaan keterbatasan yang mengurangi tingkat tanggung jawab dan kesalahan – terutama ketika seseorang diyakini oleh yang lain  akan melakukan kesalahan yang bisa membahayakan setiap anak yang lahir  dalam pernikahan baru – memperkenalkan ‘Amoris Laetitia’ kemungkinan menerima  sakramen rekonsiliasi dan Ekaristi.”

“Pada gilirannya memungkinkan orang untuk terus matang dan tumbuh dalam kekuatan kasih karunia, ” sebagaimana selanjutnya dikemukakan dalam dokumen. Hal ini penting, namun untuk memastikan bahwa celah ini tidak dilihat sebagai memberikan akses tak terbatas pada penerimaan sakramen-sakramen atau dalam situasi apapun bisa membenarkanhal tersebut . Apa yang disarankan adalah penegasan yang cukup untuk dapat membedakan kasus per kasus. Beberapa kasus memerlukan perhatian khusus, misalnya, situasi di mana pasangan baru berada dalam waktu yang lama setelah perceraian atau di mana salah satu pasangan berulang kali mengingkari perjanjian mereka untuk hidup berkeluarga. Atau dalam kasus di mana seseorang membela dirnya seakan-akan hal  itu merupakan bagian dari cita-cita Kristen. “Orang-orang harus dibimbing dengan menempatkan diri mereka sendiri dan “hati nurani mereka di hadapan Allah terutama  ketika muncul perlakuan mereka terhadap mereka anak-anak atau pun pasangan ditinggalkan. Bila ada ketidakadilan yang belum terselesaikan, akses ke sakramen tentu sangat sulit.”

Akhirnya, para uskup mengamati bahwa “penerimaan kembali sakramen wajib diberikan dalam beberapa kasus, terutama berkenaan dengan konflik yang akan dialami.”  Pada saat yang sama, bagaimanapun , “umat perlu diberikan bimbingan sehingga dapat tumbuh dalam semangat pemahaman yang sama dan dalam keterbukaan.”

Tanggapan Paus Fransiskus pada tanggal 5 September lalu,  itu memuji para Uskup atas karya mereka dengan menyebutnya sebagai ” contoh yang benar bagi para imam.”  Kata kunci dari suratnya diikuti: dokumen yang dikeluarkan oleh uskup dari Buenos Aires sangat baik dan penuh  makna dari Bab VIII dokumen ‘ Amoris Laetitia’. Tidak ada interpretasi lain . Saya yakin itu akan mendatangkan buah yang baik “. Mengenai “jalan penyatuan, kebersamaan, penegasan dan integrasi”, katanya : “Kami tahu itu melelahkan, ini adalah pelayanan pastoral dari  ‘tangan-ke – tangan’, di mana program , organisasi dan mediasi hukum tidak cukup, meskipun itu diperlukan.”

=======

Diterjemahkan dari Vatican Insider lastampa.it