Beranda OPINI Pekan Doa Sedunia 2007 (bag. I)

Pekan Doa Sedunia 2007 (bag. I)

Pekan Doa Sedunia 2007

“IA MENJADIKAN YANG TULI MENDENGAR, YANG BISU BERKATA-KATA”

Naskah Asli:
PONTIFICAL COUNCIL FOR PROMOTING CHRISTIAN UNITY

Resources for THE WEEK OF PRAYER FOR CHRISTIAN UNITY and throughout the year 2007

He even makes the deaf to hear and the mute to speak (Mk 7:37)
Komisi Liturgi KWI
Jl. Cut Meutia 10
Tromolpos 3044
Jakarta 10340
Telp. 021-315 4714; Fax: 021-3190 7301
Email: komlikwi@indo.net.id; komlit-kwi@kawali.org
DEWAN KEPAUSAN UNTUK PROMOSI PERSATUAN UMAT KRISTEN
Bahan-Bahan untuk
PEKAN DOA BAGI PERSATUAN UMAT KRISTEN
selama tahun 2007

“Ia menjadikan yang tuli mendengar, yang bisu berkata-kata.”
(Markus 7: 37)
Dipersiapkan dan diterbitkan bersama oleh Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat KristenKomisi Faith and Order dari Dewan Gereja Sedunia

Untuk Mereka yang mengorganisir Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen

Upaya Mencari Persatuan: Sepanjang Tahun

Biasanya di belahan bumi bagian utara Pekan Doa bagi persatuan umat Kristen dilaksanakan tanggal 18-25 Januari. Tanggal-tanggal tersebut diusulkan pertama kali tahun 1908 oleh Paul Wattson untuk mengisi hari-hari antara pesta Santo Petrus dan Paulus, dan karena itu mempunyai makna sim-bolis. Di belahan bumi selatan, bulan Januari adalah waktu liburan. Maka gereja-gereja di sana sering mencari waktu lain untuk merayakan pekan doa, misalnya seputar Pentakosta (sebagaimana diusulkan oleh Gerakan Faith and Order pada tahun 1926), yang juga merupakan suatu tanggal simbolis untuk persatuan gereja-gereja.

Usaha persatuan umat Kristiani tidak hanya terbatas pada satu pekan. Kita semua didorong untuk menggunakan bahan-bahan yang disiapkan ini pada kesempatan yang cocok se-panjang tahun guna mengungkapkan rasa kesatuan dari gereja-gereja, dan berdoa bersama bagi persatuan yang penuh sebagaimana dikehendaki oleh Kristus sendiri.

Penyesuaian Teks

Bahan ini ditawarkan untuk dipakai selama pekan doa, tetapi rumusan tetap terbuka untuk kemungkinan penye-suaian dengan kebutuhan setempat. Untuk melakukan hal ini, perlu memperhatikan liturgi setempat dan praktek devo-sional, dan seluruh konteks sosial dan budaya. Penyesuaian macam apapun mesti dilakukan secara ekumenis khususnya di beberapa tempat yang struktur ekumenisnya telah diper-siapkan untuk penyesuaian bahan. Di tempat lain, kita ber-harap kebutuhan untuk penyesuaian boleh menjadi rang-sangan untuk membentuk struktur ekumenis tersebut.

Penggunaan Bahan Pekan Doa

· Untuk gereja-gereja dan komunitas-komunitas Kris-tiani yang menjalankan pekan doa bersama dalam suatu ibadat umum bersama, telah tersedia aturan untuk ibadah ekumenis.
· Gereja-gereja dan komunitas-komunitas Kristiani boleh juga menggabungkan bahan dari pekan doa ke dalam ibadat mereka sendiri. Doa-doa perayaan ibadah ekumenis, “delapan hari” dan doa-doa tambahan pilihan dapat dipakai sesuai dengan situasi setempat.
· Komunitas-komunitas yang memakai pekan doa dalam ibadah mereka setiap hari selama sepekan boleh mengambil materi untuk ibadah ini dari salah satu hari dari “ke-delapan hari” yang tersedia.
· Mereka yang hendak membuat studi Kitab Suci pada pekan doa, dapat memakai tema dari teks kitab suci dan permenungan-permenungan yang telah tersedia dalam renungan selama “delapan hari.” Setiap hari, diskusi-diskusi dapat diakhiri dengan doa-doa permohonan.
· Bagi mereka yang ingin berdoa secara pribadi mungkin materi-materi ini bisa membantu untuk merumuskan ujud-ujud daoa mereka. Mereka dapat diingatkan agar berdoa untuk kesatuan dengan orang lain di seluruh dunia demi membangun persatuan gereja Kristus itu sendiri.
Teks Kitab Suci

Markus 7 : 31 – 37
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan de-ngan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seo-rang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, su-paya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil me-nengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepa-danya: “Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritera-kannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”

Pengantar kepada Tema

“Ia menjadikan yang tuli mendengar dan yang bisu berkata-kata” (Markus 7: 37)
Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristiani tahun ini memiliki dua tema, dua ajakan untuk gereja-gereja Kristen: berdoa dan berjuang bersama demi persatuan umat Kristiani, dan bersatu menghadapi penderitaan umat manusia. Dua tanggungjawab ini sangat erat berkaitan satu sama lain. Keduanya berhubungan dengan penyembuhan Tubuh Kris-tus, karena itu pada dasarnya teks yang dipilih untuk pekan doa tahun ini adalah suatu cerita penyembuhan.
Markus 7: 31-37 mengisahkan bagaimana Yesus menyem-buhkan seorang buta dan tidak bisa bicara dengan baik. Yesus memisahkan orang tersebut jauh dari orang banyak supaya orang buta tadi bisa bertemu dengan-Nya secara pribadi. Dia menaruh jari-jarinya ke telinga orang tersebut, meludahi dan menyentuh lidah orang tersebut dan berkata kepadanya “Efata” yang berarti “terbukalah” – sebuah kata yang sering dipakai dalam pembaptisan orang Kristiani. Kabar gembira yang diwartakan di sini mempunyai banyak dimensi. Seperti dalam cerita Injil, dalam kisah penyembuhan ini kita mendengar belaskasih Tuhan terhadap penderitaan dan kekurangan. Ini adalah bukti yang nyata Kasih Allah. Dalam penyembuhan telinga orang tersebut dan membuatnya ber-bicara, Yesus menyatakan Kuasa Allah dan kerinduan untuk membawa kepada pemenuhan nubuat Nabi Yesaya: “ Mata orang buta akan melihat, telinga orang tuli tidak akan berhenti mendengar; dan orang lumpuh akan berlari seperti rusa, dan lidah orang akan bernyanyi gembira” (Yes. 35: 5-6). Penyembuhan telinga orang buta membuat dia mendengar kabar gembira yang diwartakan oleh Yesus. Karena mampu berbicara, dia dapat mewartakan apa yang dilihat dan didengarnya kepada orang lain. Semua dimensi ini diungkapkan dalam tanggapan mereka yang menyaksikan penyembuhan dan menjadi ”sangat heran dan tak mengerti.” Ia menjadikan yang tuli mendengar dan yang bisu berkata-kata.”
Seperti orang yang disembuhkan Yesus, semua yang telah dibaptis dalam Kristus telah memiliki telinga yang terbuka terhadap Injil. Dalam surat pertamanya, Santo Yohanes ber-bicara tentang persaudaraan semua orang yang telah menerima kabar gembira dari Yesus bahwa “apa yang telah kami dengar, apa yang telah kami lihat dengan mata kami, apa yang telah kami lihat, dan raba dengan tangan kami, adalah sabda yang hidup (Yoh 1:1). Adalah kehendak Allah (Yohanes 17) bahwa semua orang yang telah menjadi murid-murid-Nya, dan yang telah menerima pesan, diharapkan dan diajak untuk membina persatuan, mau dan rela untuk dipersatukan satu sama lain dalam suatu persekutuan yang didasarkan dalam kesatuan dengan Bapa dan Roh Kudus. Sebagai Tubuh Kristus, Gereja dipanggil untuk menjadi satu, suatu komunitas yang telah mendengar dan melihat karya agung yang dilakukan Allah, dan yang telah diutus untuk mewartakannya sampai ke ujung dunia. Sebagai Tubuh Kristus, kita dipanggil menjadi satu dalam membawa misi-Nya. Salah satu bagian dari misi itu untuk memperhatikan mereka yang menderita dan yang berkekurangan. Seba-gaimana Allah mendengar tangisan dan mengetahui pende-ritaan umat-Nya di Mesir (Keluaran 3: 7-9), begitu juga Yesus menjawab dengan memberi belaskasih kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Maka Gereja juga mendapat tugas un-tuk mendengar suara semua orang yang menderita, dan me-nanggapi dengan belaskasih, serta membuat orang yang tidak bisa bersuara menjadi mampu untuk bersuara.
Dengan menyatukan kedua tugas dari Gereja dan karya misi ini, tema Minggu doa untuk persatuan Gereja tahun ini bermaksud menekankan hubungan mendasar antara usaha untuk berdoa demi persatuan di antara umat Kristen dan berinisiatip untuk menjawabi kekurangan dan penderitaan umat manusia. Roh yang sama menjadikan kita saudara dan saudari dalam Kristus dan menguatkan kita untuk me-nyentuh kebutuhan semua manusia yang berkekurangan. Roh yang sama, yang sedang berkarya untuk merealisasikan usaha persatuan umat Kristen juga memberikan kekuatan kepada setiap gerakan yang mengarah pada pembaruan muka bumi. Setiap upaya mengurangi penderitaan akan menam-pakkan persatuan di antara kita, dan setiap langkah kepada persatuan membuat seluruh Tubuh Kristus semakin kuat.
Asal-usul Minggu Doa sedunia untuk Tahun ini.

Materi: Umlazi

Tema untuk Pekan doa sedunia untuk Umat Kristen tahun ini berasal dari pengalaman Komunitas Kristiani di Afrika Selatan dari daerah Umlazi, dekat Durban. Setiap tahun, draft pertama dari materi untuk Pekan Doa disiapkan oleh kelom-pok yang berasal dari tempat tertentu, kemudian draft tadi diolah untuk disesuaikan agar bisa digunakan secara inter-nasional sebelum dibagikan ke seluruh dunia untuk kemu-dian disesuaikan lagi agar bisa dipakai menurut kebutuhan setempat. Bahan-bahan tahun ini memusatkan perhatian pa-da pengalaman orang yang menghadapi penderitaan yang berat.
Umlazi dibangun dan dihuni oleh orang-orang dari berbagai warna kulit. Kota Umlazi sendiri adalah kota kecil dengan mayoritas penduduknya orang hitam. Pebedaan ras, peng-angguran, dan kemiskinan terus bertumbuh menjadi tan-tangan bagi masyarakat, karena tidak cukup gedung sekolah, puskemas, ataupun rumah yang layak. Dengan adanya kemiskinan dan pengangguran ini maka bertambah tingkat kejahatan dan persoalan kekerasan dalam keluarga dan ma-syarakat. Tetapi tantangan yang paling besar yang dihadapi masyarakat yang berdiam dalam rumah-rumah seder-hana dan kota kecil ialah HIV dan AIDS. Diperkirakan sekitar 50% dari penduduk Umlazi terjangkit virus ini.
Pemimpin dari berbagai komunitas Kristiani di Umlazi ber-kumpul baru-baru ini untuk bertanya apa yang bisa dila-kukan bersama untuk mengatasi tantangan yang berat bagi masyarakatnya. Mereka menyadari bahwa satu faktor yang mengganggu mereka saat ini adalah cap negatif bagi sese-orang kalau membiarkan orang yang menderita sengsara karena kekerasan, korban pemerkosaan, atau terjangkit HIV/AIDS ini berbicara secara terbuka mengenai persoalan mereka. Ada semacam norma budaya bahwa hal-hal ber-kait-an dengan seks tidak boleh dibicarakan. Di Zulu, berbicara tentang seks disebut ubunqunu, artinya “ketelan-jangan”. Ungkapan itu menunjuk bahwa seks adalah / menunjukkan tabu. Akibatnya banyak orang segan untuk mencari perto-longan yang disediakan – yang secara ekumenis dibiayai lewat gereja setempat- dalam hal konseling, pelayanan pastoral, pelayanan di rumah, dukungan komu-nitas dan pusat pela-yanan kesehatan.
Dalam situasi kaum muda yang mengalami kesulitan un-tuk mengungkapkan dan menceriterakan persoalan-persolan mereka, pemimpin gereja setempat di Umlazi telah menyusun suatu pelayanan ekumenis dengan tema sentral “membuka kebisuan”. Perayaan Ibadat mengajak orang muda Umlazi un-tuk menemukan keberanian berbicara tentang hal-hal yang sulit diungkapkan dan mencari bantuan. Mereka diingatkan agar berani berbicara, sebab kalau tetap diam maka situasi ini akan membuat mereka mengalami kematian.
Ajakan untuk memecah kebisuan ini juga menyebar di luar Afrika Selatan dan daerah yang terjangkiti HIV/AIDS. Dalam sejarah dunia tak ada ajakan perang yang lebih gegap gempita dari pada perang melawan AIDS. Sementara ini banyak organisasi, daerah dan gereja telah mencari jalan keluar untuk menanggulangi bahaya yang mewabah di daerah yang dilanda penyakit HIV/AIDS.
Di tahun 1993, ketika Uskup Desmond Tutu mengingatkan bahaya HIV/AIDS pada Pertemuan Dunia tentang Iman dan Agama yang kelima dalam masa apartheid, pemimpin gereja telah memahami bahwa “apartheid itu terlalu sulit diatasi oleh gereja apalagi kalau gereja itu terpecah-pecah. Kini ber-hadapan dengan penyakit HIV/AIDS dan kekerasan terhadap kemanusiaan, diakui bahwa penyakit ini juga terlalu sulit untuk diatasi oleh suatu gereja yang terpecah-pecah. Di Um-lazi, cuma ada satu gedung pengadilan, satu rumah sakit, satu kantor pos, satu klinik, dan satu set gudang – dan satu pekuburan yang tentunya itu semua mencerminkan satu tan-tangan yang amat besar yang dihadapi masyarakat. Di kota tadi semua penduduknya adalah Kristen, yang tentunya dise-mangati oleh sabda Tuhan yang mengatakan hanya ada satu tubuh, satu Roh, satu harapan, satu Tuhan, satu iman, satu pembabtisan, satu Allah, dan Bapa untuk semua (Bdk. Efesus 4: 4-6). Tetapi ada banyak gereja yang tidak dipersatukan utuh satu dengan yang lain, sehingga tetap menjadi tanda perpecahan umat Kristiani. Di Umlazi, ada rasa frustrasi yang mendalam dengan adanya warisan perpecahan dari masa berabad-abad yang lalu walau ini berasal dari tempat yang lain. (Lihat juga gambaran situasi Afrika Selatan yang disiapkan oleh Tim setempat).
Ketika seorang anggota Tim di Umlazi bertemu dengan kelompok internasional di dalam mempersiapkan bahan-ba-han pekan doa, mereka merenungkan tentang persatuan di antara gereja-gereja Kristen dalam terang pengalaman orang Umlazi dan ajakan bagi mereka untuk membuka kebisuan yang menekan dan telah mengisolasikan mereka dalam pen-deritaan mereka. Untuk itu mereka memilih Markus 7:31-37 sebagai naskah biblis untuk pekan doa, dan menentukan suatu bingkai kitab suci dan teologi, yang berpusat sekitar mendengar, berbicara, dengan dua hal pokok yakni pencarian persatuan dan pencarian fokus pada penyembuhan. Dan da-lam permenungan setiap topik selama delapan hari, mereka akan memusatkan perhatian pada realitas penderitaan ma-nusia dan upaya persatuan semua orang Kristen.

Kedelapan Hari Doa

Dalam Kitab Kejadian dapat dibaca sabda Tuhan tentang penciptaan oleh Bapa di surga. Penciptaan itu bisa digam-barkan sbb: Dari kekosongan, memecahkan kesunyian, Sabda Allah bersemi penuh. Sabda Allah ini adalah sabda yang aktif dinamis, yang membawa kepada apa yang berbicara. Dan apa yang disabdakan Allah adalah kehidupan. Allah bersabda dan ciptaan terjadilah. Allah bersabda dan manusia dibentuk dalam gambaran dan rupa Allah. Allah berbicara dalam seja-rah, dan manusia diundang ke dalam suatu perjanjian dengan Allah. Injil Yohanes juga mulai dengan sabda Allah yang disabdakan dalam waktu, dan memproklamirkan inti dari iman perjanjian Baru dalam pemberitaan bahwa, “Sabda telah menjadi daging dan tinggal di antara kita” (Yohanes 1: 14). Yesus Kristus, Sabda yang menjelma, mewahyukan Diri Allah sendiri. Melalui pelayanan-Nya, Yesus berbicara dengan banyak cara, juga pada saat (sebelum Ponsius Pilatus) diam. Sabda yang diwartakan Yesus adalah sabda belaskasih, se-buah kata yang menggugah pendengar-Nya hingga mema-hami arti hidup yang lebih dalam, yakni hidup dalam persatuan dengan Allah dan dengan sesama manusia yang lain. Kabar gembira ini, pada gilirannya diwartakan dalam kata dan tindakan oleh semua orang yang dipermandikan dalam nama Allah Tritunggal. Hanya dengan daya Roh Kudus, semua orang Kristen dapat mendengarkan dan menjawab panggilan Allah.
Hari pertama sampai ketiga menyiapkan bingkai trinitaris. Hari pertama mengajak kita untuk merefleksikan sabda pencipta yang diucapkan Allah pada awal penciptaan, dan proses penciptaan berikutnya yang dilanjutkan oleh Allah sendiri. Sabda untuk semua orang yang diciptakan menurut gambaran Allah ini diharapkan dapat menggemakan dan mengumandangkan kata yang aktip dan penuh daya cipta dalam situasi kacau balau di jaman ini. Meditasi hari kedua, mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita sebagai pengikut Yesus Kristus, Sabda yang menjelma, membuat orang yang tuli mendengar dan orang yang bisu berbicara. Hari ketiga merenungkan karya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristiani. Perenungan ini diharapkan dapat memberi kekuatan mewartakan kabar gembira, dan menjadi sarana Kristus untuk penyembuhan. Juga dengan perme-nungan ini kita diharapkan untuk dapat mendengarkan, memberikan suara kepada mereka yang terdiam atau yang tidak bisa menghubungkannya dengan pengalaman mereka.
Hubungan yang dalam antara pengembangan persatuan dan tanggapan terhadap penderitaan umat manusia tampak secara jelas dalam refleksi Santu Paulus mengenai gereja sebagai Tubuh Kristus. Dengan satu Roh, kita semua dibaptis dalam satu tubuh” (1 Kor. 12: 13). Kristus telah menjadikan kita satu. Perpecahan di antara kita mengganggu dan me-redupkan keutuhan ini, tapi tidak menghancurkan per-satuan itu. Karena kita semua milik Kristus, setiap anggota tubuh-Nya membutuhkan dan mesti memperhatikan satu sama lain. “Jika salah satu anggota menderita, seluruh ang-gota tubuh yang lain akan ikut menderita (ayat 26). Hari keempat mengajak kita bertanya apa artinya menjadi satu komunitas dalam Kristus, suatu komunitas yang penuh solidaritas dengan anggota yang menderita.
Hari kelima dan keenam mengembangkan lebih jelas tema yang disiapkan oleh gereja-gereja di Umlazi, yang membuka kebisuan dan sikap terdiam yang tertekan. Mereka yang menderita sering tetap tinggal untuk menderita dalam diam, harapan mereka untuk cintakasih dan keadilan tidak tercapai. Ada saat-saat ketika orang Kristiani dan gereja-gereja Kristen pernah tinggal diam ketika mereka seha-rusnya bersuara. Juga ada saat-saat ketika gereja tidak memberi kekuatan kepada yang tidak bersuara agar bisa berseru. Ada banyak saat ketika perpecahan gereja-gereja menjauhkan kita untuk mendengar penderitaan orang lain, atau telah menyebabkan sikap acuh tak acuh terhadap sesama dan kita lebih terjerembab dalam kebingungan, pertikaian, sikap yang tidak efektip untuk membangun, dan hidup tanpa arah dan tidak teratur. (Hari kelima). Ini adalah suatu dosa, sebab gereja telah diberikan kekuatan untuk bersuara tetapi tidak mau bersuara, diberikan suatu pesan untuk diwartakan tetapi tidak mau mewartakan, diberi suatu misi untuk dibawa tetapi tidak mau pergi untuk tugas misi; padahal jelas-jelas itu semua bukan pesan yangmemecah belah, bukan juga suatu misi yang bertikai untuk mencerai-beraikan. Dengan kekuatan Roh Kudus, kita harus menjadi satu. Kabar gembira yang diberikan kepada kita oleh dan di dalam komunitas, harus “dibuka” kepada yang tuli dan bisu. Kemungkinan untuk tetap setia membina persatuan di antara kita me-rangsang dan mengajak semua orang Kristiani untuk ber-juang dan berdoa agar persatuan yang diharapkan Kristus dalam doa bisa tercapai. Meskipun kita dilanda perpecahan, kita belajar untuk berbicara dengan satu suara, agar ter-wujudlah satu tubuh dengan kasih dengan memberikan da-ging kepada kabar gembira dengan memaklumkannya (Hari keenam).
Hari Ketujuh: Kematian dan penderitaan Kristus yang me-nyelamatkan merupakan inti dari sabda Allah yang di-wartakan kepada manusia. Pada hari ketujuh ini direnung-kan salib Kristus berpijak pada pengalaman penderitaan dan kematian di Umlazi dan banyak daerah lain. Hidup dalam lembah kematian, apalagi ditambah dengan seluruh hidupnya yang dihimpit penderitaan, membuat orang Umlazi tahu dan mengerti kesulitan dari salib Kristus. Di tengah situasi yang demikian ini, yang terjadi pada saat penguburan adalah orang mati sering dikuburkan di atas yang lain. Kalau dilihat dalam terang iman, mereka juga tahu bahwa Kristus tidak membuat jarak antara penderitaan-Nya dan penderitaan manusia, sebab semakin dekat kita kepada salib-Nya, semakin dekat kita pada yang lain. Adalah hal yang sangat menyentuh warta kebangkitan yang digemakan kembali dari pekuburan-pekuburan, pada awal hari Paskah, yakni ketika orang Kristen berkumpul di tengah kubur-kubur para kekasih mereka dan menyalakan lilin untuk mewartakan Kristus telah bangkit dari kematian, dan dalam Dia, kematian tidak ber-daya (Hari Kedelapan). Di tengah penderitaan dan kematian, di tengah perpecahan dan perbedaan, misteri paskah menuai benih-benih harapan bahwa mereka yang tertekan dalam kebisuan akan menemukan jalan, dan sekali kelak setiap lidah akan dipersatukan dalam pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan untuk kemuliaan Allah Bapa. (Flp 2: 11)

Kesimpulan

Teks sentral Kitab Suci kita untuk Pekan Doa sedunia bagi persatuan umat Kristiani, Markus 7: 31-37, mencatat bahwa Yesus menatap ke langit dan menarik napas sebelum Dia menyembuhkan orang. Dalam surat Santo Paulus kepada umat di Roma, dia menulis bahwa Roh Kudus membantu kita dalam doa, “ dengan desah yang tak terucapkan.” Ungkapan Paulus ini menyatakan kepada kita bahwa Roh Kudus menyuburkan dalam hati dan budi kita, suatu kerinduan untuk bersatu penuh bagi seluruh umat Kristiani, gereja-gereja, suatu kerinduan bagi berakhirnya penderitaan umat manusia.
Dalam ibadat selama delapan hari, kita telah membuat suatu pola dasar untuk menggabungkan secara jelas sumber-sumber demi kebutuhan untuk berdoa dan bekerja bagi persatuan seluruh umat Kristiani dan supaya suara ratapan orang-orang Umlazi serta daerah lain dapat terngiang sampai ke surga. Kita berharap pekan doa bagi persatuan umat Kristiani tahun ini membantu kita untuk membuka tabir kebisuan yang membelenggu, dan membawa perhatian kita kepada hubungan yang dalam antara doa dan pencarian bagi persatuan umat Kristiani dan panggilan bagi umat Kristiani dan gereja-gereja untuk bekerja sama sebagai sarana kasih dan keadilan Allah di tengah dunia.
Persiapan Materi untuk Pekan Doa sedunia bagi persatuan Umat Kristen 2007

Materi ini memperoleh bentuknya yang sekarang pada pertemuan antara Kelompok Persiapan Internasional yang ditunjukkan oleh Komisi Iman dan Agama dari Persatuan Gereja-gereja sedunia dan Komisi Kepausan bagi Persatuan Umat Kristiani. Kelompok ini bertemu di Kota Faverges, Haute-Savoi, Perancis. Kami menyampaikan terimakasih ke-pada seluruh staf untuk semangat, keahlian dan keramah-tamahan yang mendukung karya kita.
Draft pertama dari materi ini dipersiapkan oleh suatu kelompok ekumenis dari kaum awam, pastor dan imam-imam di Umlazi-Bhekithemba, Afrika Selatan. Ini didasarkan pada suatu ibadah ekumenis yang dipimpin oleh Sekolah Me-nengah Teknik Umum (COMTEC) di Umlazi. Dalam ibadah (yang diorganisir oleh sekolah itu), kaum klerus dan awam dari berbagai tradisi bersama-sama menciptakan persatuan dalam Kristus yang kelihatan, dan menyampaikan kesaksian tentang tantangan yang dihadapi sekolah dan masyarakat Afrika Selatan secara menyeluruh. Kelompok setempat juga menyiapkan skema dari teks kitab suci yang akan dipakai selama sepekan.
Kelompok persiapan internasional menyampaikan terima-kasihnya kepada kelompok lokal di Afrika Selatan, termasuk,

Canon L. L. Ngewu.
Rev. S. Mosia.
Rev. Fr. Thamisanqua Shange OGS
Mr. W. L. Luthuli
Rev. Bruce Buthelezi
Mr. R. Mauze
B. Buthelezi Zamimpilo HIV/AIDS (perawat prefesional) proyek Santo Filipus, Enwabi.
Rev. Fr. Anton Mbili
Mrs. G. Phungula

Panitia International juga berterima kasih kepada Pater Thami Shange OGS yang bergabung dengan Panitia persiapan internasional. Ucapan terima kasih ini juga diberikan kepada beliau karena berpartisipasi dalam memperkenalkan draf materinya dan dalam menjalankan proses persiapan dan membawakan materi, serta menggambarkan situasi lokal di Afrika Selatan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Uskup David Beetge dari Dioses Higveld, Brakpan, dan Canon Livingstone Ngewu, Sekolah Tinggi Transfigurasi, Gra-hamtown, Afrika Selatan yang memungkinkan kontak dengan grup bisa berjalan lancar dan sekarang bertindak sebagai orang yang bisa dihubungi kalau ditanya soal materi-materi yang disediakan.
Perayaan Ibadat
Pengantar kepada Perayaan Ibadah

Persiapan ibadat adalah sebuah penyesuaian dari ibadat yang disiapkan oleh gereja lokal di Umlazi, dan dimaksudkan untuk dipakai di dalam ibadat orang muda. Ini dimulai dengan sebuah ajakan untuk hening tetapi bukan diam ka-rena tekanan, tapi diam yang membuat kita tenang, untuk mendengarkan suara Allah dan mendengar kepedihan dunia dan manusianya. Liturgi sabda bermaksud untuk mem-bangkitkan tema-tema yang dikembangkan dalam pengantar Tema, yang berkisar seputar meditasi Santo Paulus mengenai tubuh Kristus dalam 1 Kor 12 dan kisah penyembuhan dalam Markus 7: 31-37. Dengan merenungkan suatu gaya ibadat dari Afrika Selatan, di sana ada benang merah yang bisa ditarik yakni adanya kemungkinan untuk kegiatan simbolis, kesaksian-kesaksian dan doa-doa bagi penyembuhan yang dibawa selama perayaan. Kemungkinan yang ditawarkan ini adalah cara-cara lain untuk bisa dipakai dalam doa-doa umat yang terdiri dari orang-orang dalam komunitas lokal yang suara-suara mereka tidak pernah didengarkan atau mereka yang sedang menderita. Doa-doa permohonan mengalir dari bingkai Trinitaris, yakni dengan menyatukan doa-doa bagi persatuan umat Kristiani, untuk persatuan setempat dan untuk persatuan seluruh dunia yang berada dalam kesulitan.
Untuk bacaan Kitab Suci, hendaknya dipakai Kitab Suci yang telah direvisi.
Tata Cara Ibadah

Ia menjadikan yang tuli mendengar dan yang bisu berbicara.

P = Pemimpin
K = Komentator
U = Umat

Ucapan Selamat Datang dan Presentasi dari Perayaan Ibadat.
P Sahabat-sahabat terkasih dalam Kristus, kita berkumpul bersama di sini, sebagai anggota dari satu tubuh, untuk mendengarkan apa yang Allah hendak katakan kepada kita bukan hanya lewat sabda-Nya melainkan juga lewat saudara dan saudari kita, yang tak mampu berbicara dalam penderitaan mereka.
Pada tahun ini, umat Kristiani di Afrika Selatan, hidup dalam suatu situasi yang sulit. Mereka yang merasakan kebutuhan kehidupan sehari-hari memanggil kita semua dalam nama Kristus untuk membuka kebisuan mereka – semua bentuk kebisuan yang menyatu dalam pende-ritaan umat manusia.
Akankah pesan ini tidak menjadi lebih kuat dan profetis jika itu berasal dari umat Kristiani dari bermacam-ma-cam gereja yang bersuara dan bertindak bersama?
Umat Kristiani dari berbagai gereja yang telah datang bersama untuk ibadah ini, marilah mendengarkan pang-gilan Tuhan:
Menyadari kesalahan karena acuh tak acuh ketika berhadapan dengan penderitaan yang luar biasa, untuk itu marilah kita bersama-sama menyesal; berdoa me-mohon berkat Allah bagi semuanya khususnya bagi mereka yang tengah menderita dan menolak Kristus;
Marilah kita mengangkat suara kita bersama, bagi dan bersama mereka yang tidak mampu bersuara, semoga mereka menjadi saksi bersama bagi Kristus, yang men-jadikan orang tuli mendengar dan orang bisu berbicara.

Lagu /Himne

Di awal lagu bisa dinyanyikan dengan gaya Taize atau Iona. Ini dianjurkan agar supaya menciptakan situasi yang cocok untuk saat-saat hening berikutnya. Sebuah salib besar dibawa oleh empat orang muda dan ditempatkan di lantai. Di tempat ini mereka semua berdiri mengeliling salib itu, berdoa dalam hati. Nyanyian akan membantu dalam mengantar ke suasana hening. Jika memungkinkan umat dibimbing kepada saat-saat hening dengan berberapa lagu-lagu yang tenang.

Pengantar Untuk Saat-saat Hening

P Marilah kita berdiam diri di hadapan Allah… hening dalam diri kita sendiri…membuka hati kita bagi kebisuan tak berdaya dari saudara dan saudari kita yang hidup dalam penderitaan: “jika satu anggota menderita, semua anggota menderita bersama” (1 Kor 12: 26).
Semoga telinga kita terbuka oleh kebisuan yang terjadi di komunitas ini karena suara mereka yang tidak pernah kita dengar, baik karena mereka tidak mau mengatakan atau mereka yang dipaksakan untuk diam. Marilah kita mendengar sapaan Kristus daripada tinggal tetap tuli. Ia mengajarkan bahwa kita mesti membiarkan diri menjadi seperti Dia, untuk merasakan penderitaan orang lain, menempatkan diri kita seutuhnya sebagai orang-orang Kristen yang bertanggung jawab atas semua yang kita hadapi.
Hening sekitar 3 menit

Lagu atau Himne

Lagu pengantar kepada suasana hening tadi dinyanyikan lagi oleh seorang solis, lalu dinyanyikan lambat laun semakin kuat. Kemudian semua peserta menyanyi bersama.

Doa:
P Ya Allah yang bertahkta di atas keagungan surgawi, Engkau telah memecahkan kebisuan dunia dengan Sabda-Mu, Yesus Kristus, yang datang dari kedalaman hati-Mu yang sunyi dan tersembunyi dari Penguasa dunia ini.
Bukalah mata kami supaya kami dapat melihat Yesus, bintang yang menerangi bayangan kami.
Bukalah telinga kami sehingga kami dapat mendengar su-ara-suara yang mengeluh di tengah kesunyian dari berjuta-juta orang yakni, mereka yang menjadi bisu karena pende-ritaan dari dunia yang sementara ini.
Bukalah hati kami sehingga kami dapat mengetahui bagaimana mengatasi penderitaan dari mereka yang hidup di tengah kami, seperti wanita dari Betania yang menuangkan minyak wangi ke atas kepala Yesus, dan seperti Simon dari Sirene yang tidak mengeluh memikul salib Putra-Mu. Mereka semua mengurangi beban kebisuan yang disebabkan oleh mereka yang menyerang Dia.
Saudara-saudari yang berkumpul di sini, marilah kita menghalau kebisuan dengan doa yang diajarkan oleh Yesus kepada kita.
U Bapa Kami (dalam bahasa masing-masing)

Mendengarkan Sabda Allah

1 Samuel 1:1 – 18. Hannah, seorang yang bertahan dalam penderitaan
(Dibacakan oleh empat orang; yang satu membacakan cerita, yang lain membacakan kata-kata dari Elkanah, yang ketiga membaca kata-kata Hannah, dan keempat membaca kata-kata Eli.)
Mazmur 28:1-2 ; 6-9. Tuhan…gunung batuku, janganlah munutup telinga kepadaku (dibacakan oleh seorang anak remaja)
1 Korintus 12: 12-29. Jika satu anggota menderita, semua anggota ikut menderita.
(Alleluia : dinyanyikan)
Markus 7: 31-37. Kristus menjadikan yang tuli mendengar dan yang bisu berbicara.
(Anak-anak dan orang muda yang hadir bisa memperagakan perikop dari Markus 7:31-37. Kisah penyembuhan ini dapat juga diinterpretasikan dengan tarian.)

Kotbah/Renungan

Pernyataan Iman (Aku Percaya) : Aku percaya dari Nisea atau dari Para Rasul.

Pengakuan Dosa – Pengampunan – Salam Damai

P Allah lebih siap untuk mengampuni dosa kita dari pada kita mengakui dosa-dosa kita.
Marilah datang di hadapan Allah yang mengetahui be-ratnya dosa-dosa kita. Bukankah Yesus telah berjanji untuk memberikan rasa lega kepada mereka yang berbeban berat? Semoga kita juga menyatakan kepada-Nya penderitaan kita ketika melihat dosa-dosa gereja-gereja. Kita masih terpecah untuk datang membantu yang lemah, yang kecil dan mereka yang tidak mampu bersuara dan yang sangat dekat di hati Yesus, Putra Allah.
“Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak menjenguk Aku.” (Mat 25:42-43)
Satu sesudah yang lain, kelompok dapat membawa barang-barang, gambar-gambar, foto-foto, atau lukisan-lukisan yang dapat membawa kita ke suasana hening yang bisa dirasakan oleh gereja-gereja setempat.
· Acuh tak acuh atau tidak dapat berseru dengan satu suara dan tidak mau bertindak bersama – misalnya dalam kasus penganiayaan wanita-wanita, kekerasan terhadap anak-anak, pertolongan terhadap anak yatim, dsb (seperti group ekumenis dari Afrika Selatan yang memproses tema untuk tahun ini yang menekankan dalam konteks mereka).
· Setiap kelompok maju ke depan dalam diam dan menem-patkan di hadapan umat dan di kaki salib semua simbol dan tanda yang dibawa tadi, gambar atau foto.
· Seorang memberi kesaksian akibat dari terlalu mendiam-kan situasi penderitaan atau mensharingkan tanggungja-wab dalam situasi penderitaan karena dosa.
Kemudian group yang lain berdoa dengan suara nyaring:
“Tuhan, kami tidak melihat Engkau dalam penderitaan sau-dara-saudari kami.” (Semua anggota kelompok kemudian hening.)
P Allah yang mahakasih, dalam Putra-Mu, Engkau mena-warkan kepada kami pengampunan yang tak terbatas untuk semua dosa yang kami akui. Berilah kami pengampunan-Mu untuk dosa-dosa yang kami akui dan dosa-dosa yang tidak mampu kami lawan:
Pada waktu kami melawan kehendak-Mu dengan perbu-atan-perbuatan kami.
Pada saat-saat kami tidak menghiraukan orang lain dan kami tidak memberikan harapan kepada mereka.
Ketika kami tidak menghiraukan dan mentaati hukum-hukum-Mu. Dan karena kelemahan kami, kami tidak menjawabi dengan perilaku yang sesuai dengan kehen-dak-Mu, baik secara pribadi maupun sebagai suatu komunitas. Da-tanglah kepada kami dengan kasih-Mu, sembuhkanlah hidup kami yang penuh dengan per-soalan dan bergegaslah menciptakan persatuan di an-tara kami, dalam kasih Yesus Kristus. Amin.
P “Dialah pendamaian untuk segala dosa kita dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.“ (1Yoh. 2:2) dan “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya“ (1Yoh. 2:12)
P Kita telah membuka hati kita kepada pengampunan untuk dosa-dosa kita yang memberikan kita damai, maka marilah kita sekarang memberikan salam damai Kristus kepada satu sama lain.
P Damai Kristus besertamu.
U Dan sertamu juga.
Musik boleh dimainkan atau bisa dinyanyikan suatu lagu oleh kor sementara semua anggota saling memberikan salam damai.

Doa Permohonan

P Allah sumber segala rahmat, pencipta kami, Allah sumber kerahiman, Penyelamat kami, Allah yang mahakasih, penolong kami, yang telah lebih dahulu mengetahui apa yang kami butuhkan sebelum kami meminta, kami memuji Engkau karena penciptaan, karena penyelamatan dan belaskasih-Mu yang tak pernah berakhir bagi kami.
Sembuhkanlah kami, sembuhkanlah gereja-gereja kami dari ketulian mereka, sehingga bersama kami boleh mendengar lebih jelas suara-Mu dalam kebisuan mereka yang miskin dan menderita.
Kami berdoa bagi gereja-Mu yang masih terbagi-bagi yang tersebar di seluruh dunia dan diberi tugas untuk mewartakan Kristus, Terang bangsa-bangsa.
Hembuskanlah kepada kami kerinduan untuk bekerja tanpa henti guna menciptakan persatuan umat Kristiani yang merupakan kerindua-Mu sendiri dan semoga tidak ada halangan untuk mengembangkan usaha kami dalam menciptakan persatuan, karena Yesus sendiri berdoa dan menghendaki agar kami semua bersatu.
Dalam cara yang sama, Dia tidak melihat diri-Nya setara dengan Allah Bapa, melainkan menyangkal diri-Nya, marilah kita belajar dari pada-Nya, agar kita tidak dikuasai segala sesuatu yang bisa menghalangi peziarahan kita pada persatuan yang penuh.
K1 Allah Pencipta, dalam cinta-Mu, aku Engkau cipta untuk diri-Mu, dan hati kami tidak akan tenang sampai hati kami beristirahat dalam Dikau.
U Berilah kami jaminan-Mu agar tidak ada yang memisahkan kami dari cinta-Mu.
P1 Allah gembala kami, Engkau memanggil kami dari bayangan gelap ke dalam cahaya-Mu yang gemerlap. Jadikanlah kami bersinar sebagai anak-anak terang.
U Sinarilah, Tuhan, sinarilah, Sinarilah hidup kami.
P3 Allah Bapa kami, yang melindungi kami semua, buatlah kami peka terhadap kebutuhan sesama.
U Dalam kebaikan cinta-Mu ajarlah kami melindungi orang lain, seperti Engkau sendiri telah melindungi kami dalam Yesus Kristus, dan kuatkanlah kesaksian kami sebagai orang Kristen dalam mendukung keadilan, cintakasih dan pengampunan.
P4 Yesus, Sabda Bapa, Engkau telah berjuang untuk menghancurkan segala bentuk kesalahan dari sikap ketidak acuhan kami.
U Berilah kami keberanian untuk bersatu dengan semua orang dalam komunitas yang hadir di sini. Semoga dalam nama-Mu Engkau membuat kami mampu men-dengar suara-suara dari mereka yang tidak mampu bersuara; semoga persatuan ekumenis ini bisa menyiap-kan bantuan bagi mereka yang menderita dan meneguh-kan mereka yang berduka karena kematian dini dari orang yang dikasihi.
P5 Yesus, sahabat orang miskin dan orang asing, Engkau telah membukakan tangan-Mu dan membimbing semua orang yang jauh dari-Mu untuk kembali kepada rahmat dan keselamatan-Mu.
U Semoga mereka yang merasa sebagai orang asing men-dapat peneguhan dan tanda kehadiran-Mu di dalam ko-munitas beriman.
P6 Yesus, utusan Bapa, Engkau telah memanggil murid-murid-Mu untuk mewartakan Injil dan menjadi sarana ampuh untuk mengubah dunia ini agar semakin baik untuk kehidupan bersama.
U Tolonglah kami, agar pandangan terhadap dunia yang mampu memperbaiki kehidupan membakar semangat semua orang yang percaya.
P7 Roh Kudus, pemberi hidup, semoga kami selalu dihidup-kan oleh daya pemberi hidup.
U Dengan kehadiran-Mu di antara kami, berilah kekuatan kepada mereka yang lemah, dan bantulah kami untuk memberi suara kepada mereka yang tidak mampu ber-suara.
P8 Roh Kudus, yang membimbing kepada persatuan, berilah kepada pemimpin-pemimpin komunitas beriman kami meterai yang tak tergoyahkan dalam upaya mereka kepada persatuan.
U Dengarlah doa-doa kami, bukalah jalan-jalan baru bagi gereja-gereja-Mu untuk bersatu.
P9 Roh Kudus, yang membimbing kepada seluruh kebenar-an, dan membuat lurus apa yang bengkok, berilah inspi-rasi kepada semua pemimpin pemerintahan.
U Berilah mereka kerinduan untuk memberi kepastian bahwa kebutuhan orang miskin, yang rendah hati, dan yang lemah dan tak bersuara menjadi prioritas; dan jagalah mereka dari segala godaan sehingga kedewasaan pribadi mereka bisa mengalahkan keinginan untuk ko-rupsi.
P10 Ya Allah, Bapa, Putera, dan Roh Kudus, satu dalam tiga pribadi.
U Sertailah kami dan runtuhkanlah tembok-tembok yang memisahkan kami. Bawalah kami bersama dalam Kris-tus melalui Roh Mu.
P Allah yang Maha Kasih, yang melihat segala sesuatu, yang kebaikan-Mu tak terukur; yang memecahkan kebi-suan dan mendekati kami sebelum kami datang pada-Mu, Engkau telah membuktikan Cinta-Mu bagi kami da-lam Yesus Kristus, Putra-Mu yang tunggal, yang lahir dari Perawan Maria; kami memanjatkan doa-doa kami pada-Mu: Sertailah umat manusia. Pandanglah dengan penuh kasih pada gereja-gereja kami yang Engkau panggil untuk bergabung bersama dalam renungan ka-mi sehari-hari tentang belaskasih dan kebaikan dari Putra-Mu Yesus Kristus, Allah yang berserta kita se-karang dan selama-lamanya. Amin.

Lagu/Nyanyian

Pilihlah lagu Kidung Maria atau Sabda Bahagia yang cocok untuk tema. Allah meninggikan dan memberkati mereka yang rendah hati.
Kesaksian, Berkat dan Kata-Kata Penghiburan

Hingga pada bagian ini, orang-orang atau kelompok-kelompok – khususnya kelompok-kelompok ekumenis – bersatu melawan penyakit AIDS, atau kekerasan terhadap wanita-wanita dan anak-anak, kekurangan gizi, dan lain-lain, dapat memberikan kesaksian akan sikap kesetiakawanan mereka.
P “Seperti yang kamu lakukan pada salah satu dari anggota keluarga kita, maka kamu lakukan pada Aku.” Mt 25:40
“Datanglah pada-Ku, kamu semua yang letih lesu dan yang berbeban berat, dan Aku akan menentramkan kamu.” Mt 11:28
Teman-teman sekalian, kata-kata Kristus ini berlaku untuk siapapun dari kita. Kristus bersama kita, dalam setiap tindakan kita, termasuk kegiatan ekumenis, juga bersama dengan si penderita sakit, orang yang kesepian dan banyak dari kita yang sedang resah. Kristus mendukung kita dalam kelemahan kita. Dia adalah penghibur dan pembawa berkat bagi kita.
Para Pastor dan Wakil-wakil dari Gereja-gereja yang hadir maju ke depan di hadapan hadirin untuk berdoa dan memberi berkat.
P Terpujilah Tuhan Allah kami atas cinta yang telah Engkau tunjukkan kepada kami, melalui Yesus Kristus, Tuhankami.
Dalam Dia yang telah mencintai kami, kami adalah pe-menang yang mengatasi seluruh penderitaan, kesu-sahaan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, baha-ya dan peperangan.
Di dalam kebisuan keterlantaran dan kesendirian dari sakit dan kematian, curahkanlah berkat-Mu, sehingga kami boleh lebih setia lagi untuk melayani-Mu dalam diri saudara-saudari kami, sehingga kegembiraan kami di dalam melaksanakan kehendak-Mu dapat menjadi lebih besar.
Kami memuji Dikau dan memuliakan Dikau, sebab Engkau mendengar kebisuan hati kami.
Engkau bertindak dalam diri kami dengan kekuatan, menyembuhkan kami dan membimbing kami untuk berbicara dalam nama Yesus, Putra-Mu.
Utuslah kami ke dunia untuk mengamalkan kehendak-Mu, dan meruntuhkan tembok-tembok kebisuan yang memisahkan kami.
Semoga kami bersaksi bagi-Mu, Juru Selamat kami satu-satunya, sehingga kami menjadi lebih bersatu dalam “iman dan pembabtisan yang sama dan satu.”
Semoga kami bertumbuh di dalam rahmat dan dalam damai Tuhan yang melampaui segala pengertian, semoga nama-Mu dimuliakan.
Amin.

Berkat Penutup:

P Semoga rahmat Tuhan Kita Yesus Kristus, Cinta Kasih Allah Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus se-nantiasa bersamamu.
U Dan bersama rohmu.

Pengumuman dan Pembubaran Umat

Sebagai suatu tanda berkat Allah, yakni penghiburan karena sabda-Nya dan kehadiran-Nya, sementara umat bubar, setiap orang boleh mendapat setetes minyak pada tangannya untuk dapat dibagikan kepada yang lainnya – sebuah tradisi dari Gereja-gereja Ortodoks.
(Persembahan bisa diambil pada saat umat meninggalkan tempat ibadat. Ini dapat digunakan untuk membantu mereka yang kesulitan khususnya bagi mereka yang ditekan untuk selalu diam).

Alternatip Lain

Selain dimungkinkan untuk memberi kesaksian, berkat dan peneguhan bersama, umat dapat memilih maju ke depan altar untuk didoakan secara pribadi.
Pemimpin Ibadah mengundang wakil-wakil Gereja yang hadir untuk datang kepadanya guna berdoa bagi siapa saja yang mau didoakan dalam iman. (wakil-wakil ini dipilih sebelum ibadat dimulai dan mereka semua dipilih berdasarkan usulan-usulan yang telah ditetapkan).

Bacaan: Rm 8:31-39 “Bila Allah beserta kita…”

P Saudari-saudara yang terkasih, sungguh “tidak ada yang dapat memisahkan kita dari cinta Tuhan yang nyata di dalam Yesus Kristus”. Hingga sekarang masih ada di antara kita yang menderita terutama sekali karena beban penyakit, rasa diterlantarkan, atau kurang dimengerti dalam penderitaan atau kesepian hingga sampai pada perasaan tidak mampu pemperoleh kedamaian. Maka marilah semua saja tidak usah ragu-ragu untuk maju ke depan, untuk menceritakan rahasia penderitaannya sehingga kita dapat langsung berdoa bersama untuknya, jika mereka menginginkannya.
Kita juga dapat berdoa untuk teman-teman dan orang-orang yang kita kenal, orang-orang yg menderita karena sakit atau yang putus asa.
Selama waktu ini, marilah kita berdoa bersama agar penghiburan Kristus diketahui oleh saudari dan saudara ini.
Orang-orang boleh tampil ke depan – musik bisa diputar pada saat ini.
Mereka yang telah ditunjuk, dipersilahkan maju ke depan. Dengarkan mereka dan berdoa bersama dan berdoa untuk mereka, misalnya– dengan cara meletakkan tangan pada bahu mereka.