Beranda OPINI Plong, Enak Benar Rasanya

Plong, Enak Benar Rasanya

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11, 28)

AKAR  kata kelegaan adalah lega. Orang lain mengatakan ‘plong’ rasane.

Dalam hal kelegaan atau rasa ‘plong’, Didi Kempot pernah menuliskan lirik berikut:

“Plong rasane njero dadaku; Rasane mak plong lego atiku..; Wis ora nyut-nyut sirahku; Saiki aku wis ora ngelu…..Plong rasane njero dadaku; Rasane mak plong lego atiku..; Wis ora dag-dig-dug jantungku; Saiki aku uwis ketemu..; Rasane he he he, yo mak plong; Rasane kepiye, plong plong plong..”

Seseorang mengalami rasa lega atau plong dalam hatinya dan bisa bernafas panjang, ketika seseorang sudah terbebas dari hal-hal yang membuat dirinya pusing, deg degan, letih, lesu, lelah dan berbeban berat.

Banyak orang sering mengalami kelesuan, keloyoan, tidak ada semangat dan gairah, tidak ada greget untuk melakukan berbagai kegiatan. Banyak pula yang mengalami keletihan dan kelelahan karena tuntutan pekerjaan yang tidak kunjung selesai, tugas yang menumpuk, konflik dan pertentangan yang berkepanjangan, situasi yang tidak jelas dan tidak pasti.

Banyak orang mengalami rasa pusing, mumet, judeg berhadapan dengan banyak masalah dan kesulitan yang tidak ada jalan keluarnya. Banyak orang mengalami bahwa beban hidupnya semakin berat, ketika harus memenuhi kebutuhan keluarga, kesehatan, pendidikan anak dan berbagai tuntutan lain. (Baca juga:  Hidupku di atas Bukit, Kadang Terjun ke Lembah)

Paus Fransiskus menyebutkan bahwa bahaya besar pada jaman ini adalah semakin banyak orang yang kehilangan rasa suka cita. Termasuk dalam hal ini kehilangan rasa suka cita Injili dan suka cita sebagai murid Kristus.

Bagaimana caranya agar seseorang bisa mengalami kelegaan dan menemukan kembali suka cita hidupnya? Yang diperlukan adalah kesediaan untuk membuka hati, mendengarkan undangan Yesus dan datang kepada-Nya.

Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)