Home OPINI Relasi, Interaksi, dan Komunikasi Zaman Now

Relasi, Interaksi, dan Komunikasi Zaman Now

pksn kwi 2019

Dunia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang teknologi
dan komunikasi. Komunikasi menjadi sangat penting lantaran seluruh aspek kehidupan manusia
mengharuskan kita untuk berkomunikasi. Komunikasi artinya sebuah proses penyampaian
informasi. Proses ini muncul karena adanya interaksi yang terjadi karena relasi antar dua individu
atau lebih. Sebelum lebih jauh, kita tahu bahwa komunikasi muncul karena adanya relasi dan
interaksi. Apa arti relasi ? Relasi adalah Suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan
antarindividu, individu dengan kelompok, atau antarkelompok. Sedangkan interaksi merupakan
hubungan timbal balik dari relasi.

Sesama anggota = satu komunitas

Dalam pesannya pada Hari Komunikasi Sosial tahun 2019, Paus Fransiskus mengutip satu
ayat yang berbunyi: “Kita adalah sesama anggota” (Ef. 4:25). Paus Fransiskus menegaskan bahwa
kita semua, umat manusia merupakan sesama anggota yang ditampung dalam suatu wadah yang
sama, memiliki tujuan, visi dan misi yang sama, yang saling mendukung seluruh aktivitas sebagai
sesama anggota. Hal mendasar yang harus kita lakukan tentunya memiliki relasi yang baik agar
dapat terjalin komunikasi yang baik pula. Perlu kita refleksikan bersama tentang bagaimana relasi
kita sebagai sesama anggota umat Allah. Hidup bersama sebagai komunitas bersaudara haruslah
kita pikirkan di tengah perkembangan teknologi dan komunikasi. Paus Fransiskus mengangkat
media daring sebagai salah satu bahan refleksi bagi kita. Sering kita mendengar istilah, ‘sosial
media mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat’. Istilah tersebut memiliki makna
bahwa kehadiran media daring ini memiliki dampak positif dan juga dampak negatif yang nyata.

Aplikasi seperti Whattsapp, Line, dan Facebook merupakan beberapa aplikasi yang dapat kita
gunakan untuk berkomunikasi kepada sesama. Dengan layanan seperti Video call, kita
dimudahkan untuk bisa berinteraksi langsung dengan sesama sehingga, walaupun jarak antar
pengguna media sosial berjauhan, mereka tidak harus bertemu langsung. Adapula dampak negatif
dengan kehadiran media sosial ini. Kehadiran media sosial menjadikan banyak orang terisolasi,
mengasingkan diri, sibuk bermain gadgetnya sendiri tanpa ingin tahu apa yang sedang terjadi
pada dunia luar. Kita sering melihat banyaknya berita hoax yang muncul, manipulasi data, cybercrime,
cyber-bullying bahkan menjadi sarana untuk melakukan ujaran kebencian. Hal-hal seperti
ini yang merusaka citra media sosial yang dibuat dengan tujuan agar kita sebagai manusia yang
menjalin relasi antarsesama dipermudah komunikasinya, agar orang-orang dari belahan dunia manapun dapat tahu apa yang sedang terjadi diluar sana. Paus Fransiskus mengatakan “jejaring
sosial dapat membantu kita saling terhubung, tetapi dapat pula dimanfaatkan secara keliru”.

Pesan ini ditujukan bagi kita sebagai sesama anggota umat Allah yang seharusnya memanfaatkan
keberadaan media sosial sebagai suatu penghubung yang positif bagi kita, satu dengan yang
lainnya agar terciptalah komunitas hidup bersama yang berlandaskan kasih Allah.
Dalam persekutuan dan kehidupan bersama kita sebagai sesama anggota umat Allah, kita
harus saling mendukung satu sama lain, saling menguatkan sehingga memunculkan jaringan
solidaritas yang akan saling menghargai, mendengarkan satu sama lain, dan saling bertanggung
jawab. Bisa jadi kita membentuk sebuah komunitas solidaritas dengan memanfaatkan media
sosial yang artinya kita akan berinteraksi lewat dunia maya. Namun, kita harus memastikan
bahwa komunitas yang kita bangun, komunitas yang kita ikuti didunia maya merupakan
komunitas yang mendukung satu sama lain.

Dari ‘alat bantu’ menjadi ‘pilihan utama’

Media sosial diciptakan untuk menjadi ‘sejumput’ bumbu dalam perjumpaan kita dengan
sesama. Kita dapat mengekspresikan segala sesuatu tentang isi hati, kerinduan kita. Dalam
konteks ini, internet atau media sosial menjadi sebuah alat bantu bagi kita. Namun, dewasa ini
pengertian internet sebagai ‘alat bantu’ berubah menjadi internet sebagai ‘pilihan utama’.
Mengapa hal ini dapat terjadi ? seperti yang tertulis diatas bahwa salah satu dampak negatif
internet adalah terlalu asyiknya kita dengan dunia kita sendiri. Kita terlalu menutup diri untuk
berelasi dan berkomunikasi dengan dunia luar. Kita sibuk dengan game online, dengan instagram,
dengan karya orang, sehingga melupakan jati diri kita manusia yang diciptakan lewat relasi dan
untuk berelasi. Kita menjadi lupa siapakah aku, siapakah sesamaku, siapakah orang-orang yang
seanggota denganku. Menurut survey, keadaan seperti ini cenderung menimpa orang muda.
Orang muda cenderung berpikir bahwa internet dapat memenuhi seluruh keinginannya sehingga
mereka sering disebut ‘kecanduan’ internet. Disamping itu pula banyak mereka yang mampu
memanfaatkan internet menjadi hal-hal positif, contohnya berkarya lewat blog, menjadi
youtuber, dan sebagainya.

Komunikasi merupakan anugerah Allah

Gereja Katolik memandang media komunikasi sosial sebagai “anugerah Allah yang seturut
rencana kehendakNya menyatukan manusia dalam persaudaraan dan membantu mereka
bekerjasama dengan rencana keselamatan-Nya”. Hal ini terdapat pada Intruksi Pastoral
Communio et Progressio yang diterbitkan oleh Komisi Kepausan untuk Komunikasi Sosial pada
tanggal 23 Mei 1971. Jelas dalam dokumen tersebut menunjukkan bahwa tujuan utama dari komunikasi adalah kesatuan dan persaudaraan. Kesatuan dan persaudaraan kembali dapat kita
wujudkan lewat hidup bersama sebagai sesama anggota umat Allah. Perwujudan hidup bersama
juga harus dilakukan dengan total. Saling memberikan support, saling menghargai, dan
menghormati, dan sebagainya. Hidup bersama sebagai suatu komunitas gerejani diibaratkan
sebagai sebuah jala. Jika kita perhatikan, jala tersusun dari tali-tali yang disimpul sehingga menjadi
kuat dan dapat digunakan untuk menangkap ikan. Begitupula dengan kehidupan kita dengan
sesama. Jika satu simpul terlepas, maka tidak akan bisa digunakan. Perumpamaan tentang jala
atau jejaring ini mengajarkan kita bahwa seluruh elemen yang ada didalamnya haruslah terlibat
langsung, tanpa perwakilan, tanpa ragu, dan harus saling percaya dan bertanggung jawab atas
tugasnya, serta didasari semangat bahwa Allah adalah kasih. Lewat perjumpaan kita dengan
sesama, lewat interaksi kita dengan sesama, baik langsung ataupun melalui media sosial yang
menyadari perannya dalam berkomunikasi, kita dapat merasakan kasih Allah.

Lewat perkembangan pada zaman yang biasa dikenal dengan zaman now ini, kita tidak
dapat dipisahkan dari komunikasi. Sehingga apapun yang kita lakukan, apapun yang kita kerjakan,
dan perjumpaan-perjumpaan kita dengan sesama menuntut kita untuk terus melaksanakan
komunikasi. Hadirnya media sosial menjadikan komunikasi kita dengan sesama semakin intens
dan tidak dibatasi oleh apapun.

Kita Adalah Sesama Anggota

Manusia adalah makhluk sosial yang menuntut keberadaan sesama sebagai sahabat
seperjalanan kita. Perjumpaan dengan sesama menjadikan kita semakin kuat membangun relasi
dan komunikasi. Untuk itulah media sosial hadir, sebagai sebuah sarana yang membantu kita
untuk tetap dapat mengalami perjumpaan dengan sesama yang jaraknya jauh disana. ‘Sesama
anggota’ memiliki makna yang dalam bahwa kita adalah sama, kita memiliki tujuan yang sama,
kita dituntut untuk melakukan hal yang sama, yakni mewartakan Tuhan. Sebagai ‘sesama anggota’
kita merupakan suatu persekutuan. Didalam persekutuan hendaknya kita tidak saling berbohong
ataupun berkata yang tidak benar. Hal ini merupakan sebuah ketidaksetujuan terhadap
persekutuan yang ada. Sebagai ‘sesama anggota’ pastilah kita dihimpun dari berbagai macam ras,
etnis, suku dan budaya sehingga untuk mencapai tujuan bersama perlulah kita menghayati pula
‘Bhineka Tunggal Ika’ yang berarti ‘Berbeda-beda tetapi tetap satu’. Iya, kita satu, satu tubuh
sebagai sesama anggota dan Yesus adalah kepalanya.

Offline menjadi Online

Gereja sangat terbuka dengan kemajuan teknologi sehingga media sosial juga
dimanfaatkan sebagai sarana pewartaan injil Tuhan. Tuhan berkomunikasi langsung kepada umat-
Nya lewat sabda dan renungan yang dimuat di media sosial. Maka dari itu, kita sebagai umat
kristiani marilah kita melakukan hal yang sama. Mari kita wartakan Allah lewat media sosial yang
kita gunakan. Mari kita merubah diri kita dari offline menjadi online. Ajak teman-teman kita yang
mengalami ‘kecanduan’ internet untuk bergabung bersama dalam kehidupan menggereja,
menjadi OMK, menjadi pembina REKAT, rajin mengikuti ibadat lingkungan, atau menjadi petugas
liturgi gereja atau kita ajak teman kita untuk memanfaatkan internet menjadi hal yang positif
lewat karya pewartaan dan lain sebagainya. Mari kita nikmati perjumpaan dengan sesama lewat
media sosial, kita hadirkan dan nikmati kasih Allah dalam diri sesama, kita komunikasikan Allah
kepada segala bangsa. Mari kita wartakan Allah dan nikmati kebebasan berekspresi secara positif
lewat media sosial, agar semakin dimuliakanlah nama Allah Tuhan kita Yesus Kristus sebab
“Omnes sumus membra”, Kita adalah sesama anggota (Ef.4:25).

DAFTAR PUSTAKA

Pesan Paus Fransiskus pada Pekan Komunikasi Sosial ke-53 tahun 2019
Inter Mirifica (Konsili Vatikan II). 1963
Intruksi Pastoral Communio et Progressio. 23 Mei 1971
Pesan Santo Paus Yohanes Paulus II pada Pekan Komunikasi Sosial ke-36 tahun 2002
Ensiklik Redemptoris Missio. 1990

Ilustrasi: Nicholas Pudjanegara

Penulis: Gabrielle Ernesto

Ditulis dalam rangka Lomba Esai PKSN KWI 2019