Beranda Jendela Alkitab Harian Renungan Harian: Rabu, 3 Juni 2015

Renungan Harian: Rabu, 3 Juni 2015

Bacaan I: Tob. 3:1-11a.13.16-17, Injil: Mrk. 12:18-27

MRK 12:18 Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:

Mrk 12:19 “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.

Mrk 12:20 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan.

Mrk 12:21 Lalu yang kedua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga dengan yang ketiga.

Mrk 12:22 Dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati.

Mrk 12:23 Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”

Mrk 12:24 Jawab Yesus kepada mereka: “Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.

Mrk 12:25 Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.

Mrk 12:26 Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?

Mrk 12:27 Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!”

 

Renungan

Tobit dalam bacaan pertama hari ini menyampaikan keluh kesah kepada Allah karena matanya buta. Dia mengira bahwa penderitaannya itu disebabkan oleh dosa-dosa pribadi ataupun nenk moyangnya. “janganlah menghukum aku karena segala dosaku atau karena dosa yang dibuat oleh nenek moyangkua” (Tob. 3:3b). Kepercayaan seperti ini bukan tidak lazim pada masyarakat kita. Orang yang mengalami malapetaka atau bencana dipercayai karena dosa yang dibuat pada masa lampau. Tetapi kepercayaan seperti itu tidak bisa diterima begitu saja. Ada penderitaan yang disebabkan oleh dosa yang dibuat oleh manusia. Tetapi, tidak sedikit manusia yang mengalami penderitaan walaupun mungkin tidak melakukan dosa yang setimpal dengan penderitaannya.

Misteri penderitaan telah menjadi teka-teki yang sulit terjawab hingga kedatangan Yesus. Melalu wafat dan kebangkitan, Yesus menunjukkan bahwa penderitaan tidak lagi dilihat sebagai akibat dosa-dosa pribadi melainkan sebagai satu jalan yang harus ditempuh guna mencapai keselamatan. Di dalam Yesus yang bangkit kita percaya bahwa penderitaan dan kematian bukanlah akhir segala-galanya, sebab “Allah kita bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” Mudah-mudahan dengan iman seperti ini kita  bisa menerima penderitaan kita dengan sabar dan menyatukannya dengan penderitaan Yesus dan hanya dengan itu kita beroleh keselamatan.

Tuhan, semoga aku mampu menerima salib-salib hidupku sebagai jalan yang harus kutempuh untuk memperoleh keselamatan. Amin.

Sumber: Ziarah Batin 2015

Credit Photo: sikap orang-orang Saduki,sangsabda.wordpress.com