Home Jendela Alkitab Harian Renungan Harian, Sabtu: 05 November 2016, Luk. 16:9-15

Renungan Harian, Sabtu: 05 November 2016, Luk. 16:9-15

LUK 16:9 Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”

Luk 16:10 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Luk 16:11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?

Luk 16:12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Luk 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Luk 16:14 Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia.

Luk 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

Renungan

Kesetiaan itu bukanlah perkara kewajiban, melainkan sejumput kemauan dalam totalitas pemberian diri. Dalam perkara kecil dan sederhana sekalipun kesetiaan seseorang dapat teramati.

Bagi sebagian orang, kesetiaan hanya bersingungan dengan persoalan dan tanggung jawab besar yang dapat disaksikan dan diapresiasi banyak orang. Karena itu, hal sederhana dan yang kurang memberi kontribusi besar dapat disepelekan atau dihindari. Namun bukankah justru dalam hal – hal yang sederhana sebuah kesetiaan dapat teruji? Hidup beriman itu menuntut kesetiaan utuh dan mutlak. Maka dalam situasi apa pun dan tantangan bagaimanapun juga, hendaknya iman kita tidak tergoncangkan hanya karena rayuan dan godaan yang menggiurkan dari sisi manusiawi kita. Percaya kepada Allah berarti menyerahkan diri dan hidup hanya kepada-Nya, karena Dialah satu-satunya keselamatan kita.

Dalam hidup harian sering kali kita dihadapkan pada sikap untuk tidak dengan tegas dan tanggung jawab sebagai orang beriman. Muncul sikap gampangan, mudah putus asa dan kekhawatiran berlebihan. Dalam Tuhan hendaknya kita berani mengatakan: ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp.4:13)

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk selalu setia memaknai hidupku dan beriman kepada-Mu. Sang sumber keselamatan dunia. Amin.

=========

Sumber : Ziarah Batin 2016

Kredit FotoWordPress.com