Beranda OPINI Seberapa Layak Kita Ini?

Seberapa Layak Kita Ini?

“Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Mat 8, 8)

SEORANG artis suka bikin hal yang kontroversial. Suatu saat sang artis berpakaian cukup glamour dan elegan, duduk di atas sofa dan disembah oleh beberapa orang. Hal tersebut akhirnya menuai kritikan dari banyak orang dalam medsos.

Tidak layak bahwa seorang manusia disembah, seperti halnya seorang ratu atau dewi. Layak dan tidak layak, pantas dan tidak pantas merupakan sebuah penilaian terhadap sesuatu atau seseorang.

Banyak hal sering dianggap tidak layak: rumah yang sudah retak dan mau roboh tidak layak ditempati; sekolah yang sudah bocor atapnya tidak layak dipergunakan; pakaian yang sudah sobek tidak layak dipakai; bapak itu tidak layak jadi prodiakon atau pengurus dewan paroki; ibu itu tidak layak memegang sebuah jabatan penting.

Masih banyak hal yang sering dianggap tidak layak, termasuk penerima BLT dan subsidi BBM yang salah sasaran. Memberikan penilaian ‘tidak layak atau tidak pantas’ bagi sesuatu atau orang lain nampaknya tidak sulit.

Apalagi kalau ukuran penilaian tersebut adalah dirinya sendiri dengan segala interes, kepentingan diri, ambisi, iri dan dengki dan sekian agenda lain yang tersembunyi.

Seorang perwira yang datang kepada Yesus pun merasa bahwa dirinya tidak layak menerima Tuhan dalam rumahnya. Banyak orang pun sering punya pengalaman seperti itu: merasa diri tidak layak atau tidak pantas menerima kehadiran Tuhan.

Apa yang membuat seseorang merasa tidak layak dan tidak pantas menerima kehadiran Tuhan bukanlah bentuk rumahnya atau jabatannya, tetapi karena hidupnya yang masih sarat dengan banyak dosa. Masa Adven merupakan kesempatan untuk melihat diri sendiri: hal-hal apa saja yang membuat diriku tidak layak dan tidak pantas menerima kehadiran Tuhan?

Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Golfwrx)