Beranda GEREJA KITA FABC 50TH Sejarah Awal Mula FABC

Sejarah Awal Mula FABC

2022, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Berita, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, Katakese, Umat Katolik, Komisi Keluarga, FABC 50TH

MIRIFICA.NET, FABC – Pada tahun 2020, kita memperingati dan merayakan 50 tahun Federasi Konferensi Para Uskup se Asia, FABC. Pada tahun 1970, 180 Uskup Gereja Katolik Roma se Asia berkumpul dalam sebuah pertemuan di Manila selama satu minggu. Bapa Suci Paus Paulus VI juga hadir di bagian akhir pertemuan itu. Dalam pertemuan inilah FABC lahir. Dalam pertemuan ini, 180 uskup menyetujui bahwa perlu ada struktur permanen bagi Konferensi Para Uskup di Asia dan mereka menyetujui keputusan untuk membentuk struktur itu. Sejak awal, mereka yang berbicara tentang asal mula FABC mengatakan bahwa FABC lahir dari pertemuan tahun 1970. Pada saat itulah para Uskup se Asia mulai menyebutnya sebagai FABC.

Kita mengingat kembali, mengenang awal mula berdirinya FABC bukan hanya sebagai peristiwa sejarah masa lalu, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperbaharui FABC seturut dengan semangat para pendirinya. Maksudnya adalah bahwa apa yang mereka kerjakan pada tahun 1970 itu juga kita kerjakan pada tahun Dalam rasa syukur atas masa lalu dan dalam semangat yang sama seperti para pendahulu, kami memulai lagi menata struktur yang sesuai bagi para Uskup di Asia, untuk masa kini dan masa mendatang supaya semakin berkomunikasi secara kolegial, bekerja sama dan berkerjasama sebagai sebuah Gereja di Asia.

Pada tahun 1970, Uskup Agung Oswald Gomis dari Colombo, Sri Lanka, menghadiri pertemuan di Manila. Ia menjadi menjadi peserta pertama yang berbicara. Uskup Agung Gomis adalah Sekretaris Jenderal (Presiden) FABC dari tahun 2000 hingga 2005, dalam berbicara tentang pertemuan tahun 1970, dia mengatakan kepada Sidang Pleno FABC VIII pada tahun 2004:

“Pertemuan ini (tahun 1970) dipusatkan pada kebutuhan membentuk organisasi para uskup se Asia yang akan membantu mereka mengoordinasi karya, terutama dalam karya evangelisasi dan pengembangan sosial. Para uskup mulai merencanakan strategi untuk masa depan. Sebagai langkah pertama menuju ke arah ini, disepakati untuk membentuk FABC. Tetapi para uskup tidak menunggu pembentukan formal organisasi ini untuk memulai karya mereka. Mempertimbangkan urgensi tuntutan tanggung jawab pastoral, mereka membuat prioritas.”

Melalui pesannya dalam Sidang Pleno X FABC tahun 2012, Kardinal Oswald Gracias, Sekretaris Jenderal FABC mengatakan: “Mimpi ini [membentuk Asosiasi para uskup di Asia] menjadi kenyataan ketika para uskup bertemu di Manila dalam rangka kunjungan Paus Paulus VI ke Filipina pada tahun 1970. Mereka tidak hanya mendapat dorongan dari Bapa Suci tetapi juga dukungan aktif dan arahan bagi asosiasi ini.” Hal ini dikatakan untuk menekankan bahwa para pendiri dan para pemimpin FABC berikutnya secara konsisten kembali ke pertemuan tahun 1970 sebagai awal terbentuknya FABC.

Di tahun 2020, kita memperingati dan merayakan awal terbentuknya FABC. Namun yang terpenting adalah bahwa kita juga akan memetakan arah Gereja kita di Asia untuk tahun-tahun mendatang. Seperti mereka, kita perlu mencermati apa yang kita perlu diprioritaskan. Bagaimana Gereja di Asia dapat terus menjadi dan membawa Kabar Baik yang menerangi realitas yang sedang berkembang? Bagaimana Gereja di benua kita dapat berkontribusi bagi Asia yang lebih baik? Bagaimana FABC dapat melayani dan mendukung Gereja-Gereja Asia dengan lebih efektif?

Secara umum diyakini bahwa dasar FABC dapat ditemukan dalam Konsili Vatikan II itu sendiri. Selama sesi Konsili di Roma, banyak uskup Asia bertemu satu sama lain untuk pertama kalinya. Kesempatan tinggal bersama secara panjang dalam Konsili di Roma memungkinkan mereka menjalin persahabatan yang lebih erat satu sama lain. Sebenarnya, kebanyakan dari mereka menyadari bahwa selama ini mereka memiliki hubungan yang lebih baik dengan uskup di Eropa, terutama Roma, daripada dengan sesama uskup di Asia. Kesadaran inilah yang membuat mereka berbicara tentang perlunya sebuah struktur yang memungkinkan mereka untuk dapat lebih berinteraksi dan bekerja sama di antara mereka sendiri di wilayah Asia. Perjalanan dan komunikasi pada tahun-tahun itu tidak seperti yang kita miliki sekarang ini, karena perjalanan udara secara umum baru terjadi pada tahun 1960-an.

Dengan demikian, Federasi Konferensi Para Uskup se- Asia (FABC) adalah wujud impian lama para uskup Asia ini. Konsili Vatikan II dapat disebut sebagai periode persiapan jarak jauh bagi federasi ini. Mereka bertemu bersama secara resmi sebagai kelompok uskup yang sangat besar, 180, pada tahun 1970 di Manila, Filipina, hanya lima tahun setelah Konsili Vatikan II. Pertemuan yang terjadi dalam rangka kunjungan Paus Santo Paus Paulus VI ke Asia ini menjadi kesempatan terdekat bagi para uskup Asia untuk berkumpul, sekali lagi, dan untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi apa yang kemudian dikenal sebagai FABC.

Namun, tahun 1970 bukanlah pertama kalinya para uskup Asia bertemu bersama di luar Konsili Vatikan II. Ada sejumlah pertemuan para uskup yang terjadi untuk mempersiapkan pertemuan dan merencanakan ABM 1970.


Ada pertemuan yang terjadi pada tahun 1958. Pada waktu itu untuk pertama kalinya dalam sejarah lebih dari 100 uskup dari seluruh Asia Tenggara, Asia Timur dan Oceania bertemu dari tanggal 10- 16 Desember 1958 di Seminari Induk, Universitas Santo Tomas di Manila. Pertemuan ini didahului dengan pemberkatan Katedral di Manila pada tanggal 7 Desember 1958. Dalam pertemuan ini hadir 10 Nuncius Apostolik dari Mesir sampai Selandia Baru, 16 Uskup Agung dan 79 uskup dari 17 negara berbeda di kawasan Asia-Pasifik. “Conventus Episcoporum Asiae Austro-orientalis” ini dipimpin oleh Kardinal Gregorio Pietro Agagianian yang merupakan Pro-Prefek Kongregasi Propaganda Fedei. Ia adalah utusan khusus yang ditunjuk menjadi delegasi oleh Paus Yohanes XXIII. Dan Paus Pius XII lah yang mengusulkan gagasan adanya stasiun radio Kontinental Katolik di Asia. Setelah wafatnya, gagasan itu diteruskan oleh Paus Yohanes XXIII. Pada bulan Desember 1958 ini, para uskup yang disebutkan di atas dengan suara bulat memutuskan untuk mendirikan sebuah stasiun radio, untuk melayani negara-negara Asia Tenggara. Stasiun Radio ini kemudian dikenal dengan nama Radio Veritas Asia. Kardinal Rufino Santos dari Manila memainkan peran penting dalam pengembangan Radio Veritas Asia sejak Filipina dipilih sebagai tempat dimana stasiun radio dan menara didirikan.

Mulai tahun 1960, sebuah perusahaan non-saham dan nirlaba diorganisir sebagai pemilik sah stasiun radio di Filipina. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan – Pusat Pendidikan dan Informasi Radio Filipina, Inc. (PREIC) – telah disetujui oleh Komisi Keamanan dan Pertukaran Filipina pada tahun 1961.

Beberapa tahun setelah 1961 dihabiskan untuk mengurus aspek fisik, keuangan, teknis dan hukum untuk stasiun radio.


Pada bulan Januari 1968 mengetahui bahwa stasiun tersebut akan segera mulai mengudara, Kardinal Rufino Santos dari Manila mengundang perwakilan Gereja di Asia melalui Konferensi Para Uskup untuk menghadiri pertemuan untuk membahas bentuk partisipasi konkret kepemilikan dan tanggung jawab bersama atas stasiun radio tersebut. Radio Veritas Asia adalah dari, oleh dan untuk Gereja di Asia. Sebagaimana disyaratkan oleh undang-undang Filipina pada waktu itu, hanya 19% perusahaan asing yang dapat dikelola oleh warga non-Filipina. Pada pertemuan ini konferensi para uskup yang berbeda memilih tiga uskup untuk menjadi anggota dewan PREIC sebagai perwakilan mereka dari berbagai wilayah Asia.

Ketiganya adalah:

  • Kardinal Thomas Cooray, Uskup Agung Kolombo, Ceylon, sebagai wakil untuk
    Burma, Ceylon, India dan Pakistan.
  • Pendeta Alain van Gaver, Uskup Nakhornratchasima, Thailand, sebagai
    perwakilan dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand dan
    Vietnam.
  • Most Rev. Francis Hsu, Uskup Hong Kong sebagai perwakilan untuk Korea,
    Jepang, Taiwan, Hong Kong, Nugini, Australia, Kaledonia Baru, Selandia Baru
    dan Oseania.

Radio Veritas Asia diresmikan pada tanggal 11 April 1969 di kompleks Quezon City. Yang Mulia Kardinal Antonio Samore, Prefek Kongregasi Tata Tertib Sakramen hadir mewakili Bapa Suci. Banyak uskup Asia hadir pada acara penting ini. Sambutan Paus Paulus VI disiarkan melalui Radio Vatikan. Paus menyatakan keyakinannya “bahwa dengan pertolongan Allah, para Uskup Asia Tenggara akan membawa pekerjaan penting ini kepada pencapaiannya yang penuh, dibantu oleh kontribusi tanpa pamrih dari para imam dan umat, yang kami mohon kemurahannya.”


Sebelum th 1970, ada beberapa uskup Asia yang sudah bertemu pada tahun 1969. Tapi pertemuan ini kembali kepada bulan Agustus 1965. Pada saat ini terjadi pertemuan Institut Imam untuk Aksi Sosial (PISA) di Hong Kong. Pertemuan ini diikuti 150 imam dari seluruh Asia, dipilih oleh uskup mereka, untuk mengikuti seminar pelatihan, membahas topik-topik dari Mater et Magistra dan Pacem in Terris dari Paus Yohanes XXIII. Para uskup sendiri akan menghadiri sesi terakhir Konsili Vatikan II segera setelah ini. Topik-topik seperti kemiskinan, kependudukan, kelaparan, penyakit, koperasi, serikat pekerja, dan penelitian pertanian dibahas. Ini membantu membangun jaringan luas Asia untuk aksi sosial. Jejaring ini berkembang dalam pertemuan pada tahun 1969 dari 40 orang, termasuk uskup, imam dan awam dari Asia yang bertemu di Baguio, Filipina dan salah satu hal yang dibahas adalah kantor aksi sosial untuk melayani beberapa negara. Selama pertemuan ini, 9 uskup bertemu dan menyatakan perlunya menjaga jalur komunikasi tetap terbuka di antara mereka sendiri dan di antara komisi-komisi episkopal nasional. Itu akan memiliki sekretaris penuh waktu dan diputuskan untuk memilikinya di Manila dengan Uskup Julio Labayen dari Infanta, Filipina, sebagai Ketua. Kantor ini juga untuk mempromosikan penelitian dan untuk menghubungkan aksi sosial dengan kerasulan Gereja lainnya.

Sekali lagi pada tahun 1969, minat para uskup Asia dalam membangun struktur untuk membina komunikasi dan kerja sama yang lebih besar di antara gereja-gereja lokal di Asia juga mengambil langkah maju. Sebagai salah satu buah dari Konsili Vatikan Kedua, Sidang Umum Luar Biasa Pertama Sinode Para Uskup mengumpulkan sekelompok uskup terpilih di Roma, 11-28 Oktober 1969, untuk membahas “Kerjasama antara Takhta Suci dan Konferensi Para Uskup.” Selama Sinode ini, para presiden dari 13 konferensi para uskup di Asia juga bertemu secara terpisah untuk membahas kerja sama di Asia. Pada tanggal 21 Oktober 1969, di Collegio Filipino, dengan pimpinan dari Kardinal Senior Asia, yaitu Kardinal Valerian Gracias dari Bombay, India, mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan Konferensi semua Uskup Asia di Manila. Pada tahap persiapan berikutnya, sembilan ketua dari masingmasing konferensi para uskup di Asia bertemu di Manila, 2-4 April 1970. Dukungan itu terjadi dalam pertemuan 18 perwakilan dari konferensi para uskup yang berbeda di Asia. Pertemuan-pertemuan sebelumnya ini menjadi persiapan bagi pertemuan para uskup se Asia tahun 1970.

Sumber : www.fabc2020.0rg.
Penerjemah : Morist MSF

DOWNLOAD: Sejarah Awal Mula FABC.pdf ; Fifty Years Asian Pastoral Guidance & Makalah 165 FABC

2022, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Berita, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, Katakese, Umat Katolik, Komisi Keluarga, FABC 50TH