Home GEREJA KITA Sejarah Singkat Berdirinya Keuskupan Agats

Sejarah Singkat Berdirinya Keuskupan Agats

Gereja Katedral Keuskupan Agats/Foto: John Laba

TAHUKAH pembaca, kapan keuskupan Agats didirikan? Tentu beberapa dari pembaca yang diyakini sudah mengetahuinya. Tetapi, barangkali banyak juga dari antara pembaca yang belum tahu kapan keuskupan Agats berdiri. Ketika berkunjung ke Agats pada Oktober lalu, saya mendatangi Bapa Uskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM untuk sebuah sesi wawancara. Pada saat itu, di Agats sedang dilakukan persiapan untuk menyambut  Pesta Adat Asmat, sebuah perayaan adat lokal tahunan yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat Asmat.

Setelah sesi wawancara selesai, saya meminta izin pada Mgr. Aloysius untuk melihat-lihat sejenak perpustakaan kecil di ruang kerja, di rumah Keuskupan. Bolak-balik melihat-lihat buku yang ada, mata saya akhirnya  tertuju pada sebuah koran lusuh yang diletakan di atas sebuah meja kecil. Nama koran itu adalah Tifa Irian. Nama ini menarik karena selama sesi wawancara sebelumnya selalu disebutkan Mgr. Aloysius. ‘Tifa’ itu sejenis alat musik khas masyarakat Papua, menyerupai gendang.  Nama yang juga disematkan pada tema pesta adat Asmat ke-33 tahun 2018, “Gemakan Lagu dan Tifa Dalam Melestarikan Pesta Budaya Asmat”.

Dari koran itulah, sejarah singkat berdirinya keuskupan Agats diberitakan. Mengutip kembali suara Radio Merauke Maro, Tifa Irian memberitakan kembali pengumuman dari Bapak Uskup Agung Merauke, Mgr. H. Tillemans, MSC. Pengumuman itu ditujukan kepada segenap warga Katolik di seluruh Irian Barat, khususnya di daerah Asmat. Bahwa dengan Surat Keputusan dari Tahta Suci di Roma, sebuah daerah Gerejani Asmat ditingkatkan menjadi Keuskupan Agats.

“Inilah Radio Merauke Maro dengan pengumuman dari Bapak Uskup Agung Merauke. Berita pengumuman ini ditujukan kepada segenap warga Katolik di seluruh Irian Barat, chususnja di daerah ASMAT. Bersama ini kami umumkan bahwa dengan sebuah surat keputusan dari Tachta Sutji di Roma, daerah Gredjani Asmat ditingkatkan mendjadi KEUSKUPAN AGATS, terhitung mulai tanggal 21 Agustus 1969. Sebagai Uskup Agats jang pertama oleh Santu Bapa di Roma telah diangkat Pater Alphonse SOWADA OSC, terhitung mulai tanggal 22 Agustus 1969. Kepada seluruh warga geredja Katolik dan terutama kepada Mgr. Alphonse Sowada, OSC, kami mengutjapkan SELAMAT BERBAHAGIA atas kepilihannja dan atas pengangkatannja. Semoga Tuhan mentjurahkan Rachmat dan BerkatNya ber-limpah2 keatas Keuskupan Agats dan Uskupnya. Merauke, 22 Agustus. Uskup Agung Merauke (H. Tillemans, MSC)”

Pengumuman tersebut lantas disambut gembira oleh umat Katholik yang pada saat itu telah berjumlah 16.000 orang dari total 30.000 penduduk Asmat. Pada tahun 2018 ini, Keuskupan Agats mencapai usianya yang ke-49 tahun. Sepanjang kurun waktu ini, berbagai perkembangan telah dan sedang mewarnai perjalanan gereja Keuskupan Agats, termasuk perkembangan jumlah umat Katolik.

Mgr. Alphonse Sowada, OSC, Uskup pertama Keuskupan Agats/ Sumber foto: Tifa Irian

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 diketahui bahwa dari 76.577 penduduk kabupaten Asmat, sekitar 42,657 merupakan penganut Katolik. Suatu jumlah besar dan mengensankan, karena disertai sumbangan positif Gereja Katolik bagi masyarakat Asmat. Pesta adat Asmat yang telah memasuki usianya ke-33 pada Oktober lalu,misalnya, pada  awalnya merupakan sebuah event yang diinisiasi oleh Gereja Katolik. Mgr. Aloysius Murwito, OFM, Uskup Agats saat ini menuturkan bahwa selama puluhan tahun, perayaan ini selalu diselenggarakan oleh Gereja Katolik. Namun, kini Gereja Keuskupan Agats telah menyerahkan event ini untuk diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Asmat selaku panitia. “Itulah salah satu sumbangan penting gereja Katolik dalam rangka melestarikan budaya masyarakat Asmat.”