Beranda BERITA Sumpah Pemuda Bagi Orang Muda Katolik

Sumpah Pemuda Bagi Orang Muda Katolik

Bersama kita maju, Komisi Kepemudaan, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Senin 28 Oktober 2019, Sumpah itu Menyatukan, Sumpah Pemuda
Dokpri: RD Antonius Haryanto

MIRIFICA.NET – 28 Oktober 1928, 91 Tahun silam orang-orang muda Nusantara berikrar bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia dan berbahasa satu sebagai Bahasa pemersatu, Bahasa Indonesia. Inilah momentum historis 17 tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.

Merefleksikan peristiwa ini, Romo Antonius Haryanto, Sekretaris Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia mengungkapkan bahwa jauh sebelum Indonesia Merdeka, para pemuda Indonesia sudah memiliki pemikiran maju dan brilian. Mereka menyadari pentingnya meninggalkan pemikiran identitas yang primordial yang cenderung menonjolkan diri dan meremehkan lain. Cita-cita dapat diwujudkan kalau ada kesadaran untuk mewujudkan persatuan. Sumpah pemuda adalah tekad yang membawa bangsa ini maju dan berkembang.

Dokpri: RD Antonius Haryanto, Bersama para OMK

Bila kitab oleh berandai-andai, Apa jadinya Indonesia kalau tidak ada kesepakatan akan Bahasa yang satu? Tiap-tiap orang berbicara dan mempertahankan Bahasa daerah masing-masing. Hitunglah berapa banyak bahasa, dialek, dan gaya bicara di negeri ini. Bahasa Indonesia sungguh mempersatukan. Berterimakasihlah kita pada Sumpah Pemuda, 91 tahun yang silam. Andaikan tiap-tiap daerah menyatakan diri mandiri dan terpisah satu sama lain, akankah kita membanggakan diri dengan ungkapan “kita adalah bangsa yang besar” atau kepada orang asing yang bertanya tentang Indonesia dengan bangga para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Eropah dengan percaya diri  mengatakan “Luasnya Indonesia kira-kira dari spanyol sampai ke Rusia” dan si penanya hanya bias mengatakan “wow”. Andai tidak ada niat, tekad, ikrar, sumpah untuk bertanah air satu. Tanah Indonesia. Pastilah Indonesia dengan ribuan pulau, ribuan budaya, pelbagai agama, aneka perbedaan, sudah terpisah-pisah, hidup sendiri-sendiri dalam “negara-negara kecil yang tidak kuat.

Dokpri: Marius Air, Presidium Hubungan Masyarakat Katolik 

Sumpah ini sudah bermakna besar. Sumpah ini sudah membangun kesadaran dan spirit bersama sebagai “Orang Indonesia”. Dengan spirit ini, Bersama kita hadapi aneka persoalan bangsa. Mewakili orang muda, Marius Air, Presidium Hubungan Masyarakat Katolik, menyatakan, “Saat ini kita tengah menghadapi persoalan yang butuh kerja keras kita diantaranya: masih banyak generasi muda yang terpapar Narkoba, tumbuh kembangnya paham radikalisme di bangsa kita, selain itu juga terjadi  bonus demografi yang membutuhkan banyak lapangan kerja untuk penduduk, sementara masih kurang tersedianya lapangan pekerjaan sehingga menyebabkan pengangguran makin tinggi”.

Ya…Sumpah memang tidak serta-merta melenyapkan masalah dan tantangan. Sumpah mendorong kita untuk menghadapi masalah dengan kekuatan Bersama, persatuan kokoh yang jauh lebih besar dari masalah. Atau seperti ajakan Marius, “Kita perlu bergandengan tangan untuk membangun Indonesia yang lebih maju serta tidak memandang perbedaan dari segi manapun, terutama pemerintah, tentu Bersama seluruh masyarakat harus bekerja cerdas untuk menyediakan lapangan kerja bagi putera- puteri bangsa Indonesia”. Bagi orang Muda asal Papua ini, Peran generasi muda dalam ikut membangun bangsa ini perlu ditingkatkan, tetapi tentu orang muda perlu lebih banyak diberi kesempatan.

Menghidupi Sumpah Pemuda Bagi Orang Muda Katolik

Dokpri: Marcelus Maurits Astari, aktivis pengurus Pemuda Katolik DKI Jakarta

Sumpah Pemuda adalah bagian sejarah Indonesia, terlebih bagi orang muda. Bagaimana dengan OMK-Orang Muda Katolik? Marcelus Maurits Astari, aktivis pengurus Pemuda Katolik DKI Jakarta di Bidang, Kemasyarakatan dan Hubungan Lintas Agama, menyatakan: “Sebagai orang muda katolik saya melihat momentum Hari Sumpah Pemuda ini sebagai pemantik untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bergereja”.  Bagi Marcelus, yang juga Anggota Komunitas Domus Cordis dan Alumni Temu Kebangsaan Orang Muda tahun 2016 ini, Orang Muda Katolik harus mempertahankan bahkan meningkatkan semangat persatuan demi satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dengan  menjunjung nilai-nilai toleransi dalam bingkai kebhinekaan.

Sementara itu Romo Antonius Hariyanto, yang sehari-hari berkarya khusus untuk orang muda, lebih lagi bagi OMK menyatakan dengan jelas: “Orang muda katolik pun ikut ambil bagian dalam melanjutkan dan mengembang teruskan cita-cita Sumpah Pemuda. Patut dikenang dalam sejarah bahwa,  Rapat pertama kali untuk Sumpah Pemuda ini diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) yang berada di sekitar lingkungan Gereja Katedral Jakarta. Ini berarti OMK sudah turut melibatkan diri sejak zaman Sumpah Pemuda, bahkan sebelumnya, karena itu OMK harus terus berjuang, terlibat teristimea dalam mewujudkan Persatuan Bangsa Indonesia.” Bagaimana OMK boleh terlibat, Romo Harry, begitu beliau akrab disapa, menunjukkan contoh-contoh sederhana bagi OMK.

“Banyak hal kita bisa lakukan diantaranya apakah kita sudah menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik untuk komunikasi sehari-hari? Apakah kita sudah menggunakan Bahasa untuk komunikasi yang menyatukan bukan menyebar fitnah dan hoax yang memecah? Apa yang telah kuberikan untuk negara ini? Orang muda ditantang untuk terus berkreasi dan berkarya untuk Indonesia yang lebih maju”.

Salam Sumpah Pemuda: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.

Dokpri: RD Antonius Haryanto, Bersama para OMK

 

Simak juga : Remaja Rasul Rosario Keuskupan Manado