Beranda BERITA Terinspirasi Pesan Paus, Lahirlah Film “Sahabat Sejati”

Terinspirasi Pesan Paus, Lahirlah Film “Sahabat Sejati”

PKSN KWI 2019

PADA pembukaan Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Keuskupan Agung Makassar (KAMS), Minggu, 26/5, para utusan Komsos dari 23 keuskupan di Indonesia dan umat Paroki Katedral Makassar diajak untuk menikmati menonton film “Sahabat Sejati”.

Film ini diproduksi oleh SAV Puskat Yogyakarta bekerja sama dengan Komisi Komsos KWI. Film berdurasi 40 menit tersebut merupakan hasil besutan sutradara lulusan Prancis, Romo F.X. Murti Hadi Wijayanto, SJ.

Ketika diminta komentar terhadap film tersebut, Romo Murti yang juga produser film “Soegija” mengatakan, film itu terinsipirasi oleh Pesan Bapa Suci Fransiskus pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-53. “Inspirasi utama film ini adalah pesan Bapa Paus, yaitu Kita Adalah Sesama Anggota,” ungkapnya saat ditemui di Gereja Katedral Makassar, 26/5.

PKSN KWI 2019
RP F.X. Murti Hadi Wijayanto, SJ pada PKSN KWI 2019

Jesuit yang sering memproduksi acara Mimbar Agama Katolik untuk tayang di Indosiar ini menambahkan bahwa semestinya pribadi-pribadi insani tidak terjebak dalam kesibukan bermedos ria hanya karena mencari hiburan di saat kesepian. Dia berharap agar pribadi-pribadi Kristiani ini beranjak untuk berkomunikasi secara manusiawi.

“Siapapun harus membangun relasi yang insani, seperti membuat karya produktif dalam hal sosial, religius, dan kemasyarakatan,” imbuh Romo berambut panjang ini.

Ternyata dalam membuat film “Sahabat Sejati”, Romo Murti juga terinspirasi secara khusus pada diksi “pertapa sosial”, yang diungkapkan Paus Fransiskus dalam pesannya. Diksi “pertapa sosial” ini, menurut Romo Murti, sungguh kontekstual untuk zaman ini.

“Sebab saat ini, siapa pun punya teman di dunia maya, tetapi dalam dunia nyata, ia begitu mengalami kesepian,” ujarnya.

Eleonara, salah satu utusan Komsos Keuskupan Palangkaraya, mempunyai kesan tersendiri atas film tersebut. Menurut Elen, kita harus melihat dua sisi dalam relasi sosial kita. “Kita harus berpersepsi dari dua sisi. Kita mestinya bisa melihat tidak hanya hal buruk, tetapi juga melihat hal positif dalam diri orang lain,” pungkas Eleonora. (Stefan-Pangkalpinang/RBE)