Bacaan, Bacaan Kitab Suci, bait allah, Firman Tuhan, iman, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Yesus Juruselamat, penyejuk iman, Ziarah Batin 2025, OBOR, Obormedia, Toko Rohani OBOR, Pewarta Iman, Katekese, Katolik, Iman Katolik, Paus Fransiskus, ensiklik Laudato Si, renungan harian, Bacaan, Mazmur Tanggapan, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, pewartaan, Umat Katolik, Hari Minggu Biasa XXVII, Penyejuk Hati, sabda Allah, Oase Katolik, Renungan Pagi, Sabda Tuhan, Mirifica News, Renungan MIrifica, Renungan Komsos KWI, Renungan Mirifica, Bacaan, Mazmur Tanggapan, dan Renungan Harian Katolik Rabu 8 Oktober 2025, Paus Leo IV
Ilustrasi

Hari Rabu, Pekan Biasa XXVII
Simeon
St. Sergius & Bakhus
Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I: Yunus 4:1-11

Engkau sayang akan pohon jarak itu. Mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu?

Bacaan dari Nubuat Yunus:

Yunus sangat kesal hatinya dan marah-marah, karena Tuhan mengasihi kota Niniwe. Maka berdoalah ia kepada Tuhan, “Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan, ketika aku masih di negeriku! Aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya, yang menyesali malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Itulah sebabnya aku melarikan diri ke Tarsis. Maka sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.” Tetapi Tuhan bersabda, “Layakkah engkau marah?”

Yunus telah keluar dari kota Niniwe dan tinggal di sebelah timurnya. Di situ ia mendirikan sebuah pondok dan duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. Lalu atas penentuan Tuhan Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak yang menaungi kepala Yunus, agar ia terhibur dari kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah pula datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.

Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah, bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus; lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, Ia berkata, “Lebih baiklah aku mati daripada hidup.”

Tetapi Tuhan bersabda kepada Yunus, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?”
Jawab Yunus, “Selayaknyalah aku marah sampai mati.” Tuhan lalu bersabda, “Engkau sayang kepada pohon jarak itu. Padahal tidak sedikit pun engkau berjerih payah dan tidak pula engkau menumbuhkannya! Pohon itu tumbuh dalam satu malam dan binasa pula dalam satu malam. Nah, mana mungkin Aku tidak sayang akan kota Niniwe yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, dengan ternaknya yang begitu banyak? Padahal mereka itu tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri!”

Demikianlah Sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan: Mazmur 86:3-4.5-6.9-10; R:15b

Engkaulah Allah, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

  • Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.
  • Ya Tuhan, Engkau sungguh baik dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya Tuhan, dan perhatikanlah suara permohonanku.
  • Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan; mereka akan memuliakan nama-Mu. Tuhan, sungguh besarlah Engkau! Engkau melakukan keajaiban-keajaiban, hanya Engkaulah Allah!

Bait Pengantar Injil: Roma 8:15

Kalian akan menerima Roh Roh pengangkatan menjadikan anak; dalam Roh itu kita berseru, ‘Abba, ya Bapa.’

Bacaan Injil: Lukas 11:1-4

Tuhan, ajarlah kami berdoa.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya.”

Maka Yesus berkata kepada mereka, “Bila kalian berdoa, katakanlah: ‘Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami, sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

Renungan

Melalui doa Bapa Kami yang Yesus ajarkan kepada para murid-Nya, kita mendapat sedikit gambaran tentang Dia dan bagaimana kita membangun relasi dengan-Nya. Yesus menyebut Bapa Kami dalam doa itu, menyatakan Tuhan yang dekat dengan kita manusia, ciptaan-Nya yang istimewa. Dalam keagungan dan kedahsyatan kuasa Nya, Tuhan tetap menyertai dan memerhatikan kita, seperti seorang bapak terhadap anaknya. Dengan demikian, ketika mendaraskan doa Bapa Kami, kita sedang menghadap Tuhan dengan pujian syukur dan permohonan, seperti seorang anak kepada bapaknya.

Melalui doa Bapa Kami, Tuhan juga mau mengajarkan kepada kita tentang arti manusia dan kehidupannya. Dalam doa tersebut, manusia tidak disebut seorang diri sebagai satu individu, tetapi dalam kebersamaan dan kesatuan dengan sesama dan alam ciptaan. Dengan itu, Yesus hendak menyatakan bahwa hidup manusia akan menjadi lebih bermakna ketika ia berada dalam hubungan yang harmonis dengan sesama dan alam lingkungan yang Tuhan ciptakan. Marilah kita selalu mendoakan dengan penuh penghayatan doa yang Tuhan ajarkan ini agar kita sungguh-sungguh mengalami perjumpaan dengan Bapa Yang Penuh Belas Kasih dan menimba berkat-Nya dalam hidup kita sehari-hari.

Bapa Yang Maha Baik, jadikanlah hari-hari kami penuh kedamaian dan sukacita. Semoga kami semakin mengasihi Engkau dan sesama serta mengupayakan keutuhan ciptaan-Mu di dunia ini, amin.

21 Agustus 2025, Bacaan, bacaan kitab suci hari ini, Injil hari ini, katekese, katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, penyejuk iman, refleksi harian, Renungan hari minggu, renungan harian, renungan harian katolik, sabda tuhan, ziarah batin, Renungan Agustus

Sumber: Renungan Ziarah Batin 2025, Penerbit OBOR