Home OPINI Bahasa Toilet

Bahasa Toilet

“Jawab penjaga-penjaga itu, ‘Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!’” (Yoh 7, 46)

HARI-hari ini banyak berita tentang ‘bahasa toilet’ dalam media komunikasi.

‘Bahasa toilet’ ini muncul sejak terjadinya wawancara antara Gubernur DKI dengan salah satu stasiun televisi nasional. Ahok terpaksa mengeluarkan ‘bahasa toilet’ karena dirinya sudah tidak tahan dan merasa muak terhadap praktik korupsi oknum pejabat yang terjadi selama ini. Mereka hanya memikirkan kepentingan diri mereka sendiri dan mengabaikan kondisi masyarakat yang masih miskin.

Yang terasa memuakkan bagi Ahok adalah kemunafikan dan kepura-puraan yang selama ini mereka lakukan. Praktik korupsi dibungkus dengan kata-kata yang santun, lemah lembut dan agamis.

‘Bahasa toilet’ muncul tiba-tiba dan membuat banyak orang tersinggung. Ada juga yang bertanya-tanya,

“Apa benar seorang gubernur mengeluarkan ‘bahasa toilet’ dalam wawancara sebuah stasiun televisi?

Bagaimana pun juga, bahasa atau kata-kata yang keluar dari mulut seseorang bisa menimbulkan berbagai reaksi dalam diri banyak orang, seperti dialami juga oleh para penjaga. Mereka merasa, heran, kagum, tertarik atau terkesan dengan kata-kata yang diucapkan oleh Yesus.

Berdasarkan kata-kata yang diucapkan-Nya, banyak orang punya pendapat yang berbeda-beda: ada orang yang menyebut-Nya nabi dan ada pula orang yang menyebut-Nya mesias, sehingga di antara mereka terjadi pertentangan. Mereka pun harus mengambil sikap yang jelas, antara menerima dan mengikuti-Nya atau menolak dan ikut membunuh-Nya.

Bahasa dan kata-kata macam apa yang selalu keluar dari mulutku: apakah ‘bahasa toilet’, ‘bahasa binatang’ atau bahasa lain? Sejauh mana bahasa dan kata-kata bisa mempengaruhi diriku dan orang lain dalam mengambil sikap?

Teman-teman selamat siang, selamat berlibur dan berakhir pekan. Berkah Dalem.

Kredit foto: Gubernur DKI Jakarta Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama (Courtesy of Berita Jakarta)