Home KOMISI-KOMISI HUBUNGAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN Din Syamsudin Ajak Gereja Katolik Indonesia Tingkatkan Dialog Lintas Agama

Din Syamsudin Ajak Gereja Katolik Indonesia Tingkatkan Dialog Lintas Agama

UTUSAN Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsudin, menemui Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Ignatius Suharyo. Didampingi sejumlah staf pribadinya, Din dan Uskup Suharyo berbagi pandangan dan pengalaman dalam suasana dialogis di Kantor KWI, Menteng, Selasa 31 Oktober 2017.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir satu jam itu kedua tokoh agama fokus berdialog pada upaya membangun dialog dan kerja sama lintas agama di Indonesia. Dengan berpijak pada pengalaman menghadiri sejumlah forum dialog lintas agama baik di tingkat nasional maupun internasional, Din Syamsudin mendapat kesan dan pesan kuat dari sejumlah tokoh agama soal model hubungan antar-agama pada masa mendatang.

Menurut Din, para tokoh agama di dunia berpandangan bahwa Indonesia bisa menjadi role model bagi pembangunan hubungan antar-agama di dunia pada masa depan. “Selain faktor agama, ada juga faktor-faktor lain seperti sosial,ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi hubungan antar-agama di Indonesia”, ujarnya.

Din yang diberi tugas khusus untuk mengembangkan dialog dan kerja sama antaragama baik dalam negeri dan luar negeri oleh Presiden Jokowi pada Senin (23/10) lalu itu, mengharapkan hubungan antar majelis agama di Indonesia lebih intensif lagi di masa mendatang.

“Hal itu bukan hanya bersifat ajakan semata, tapi mengingat begitu luar biasa kondisi keterbelahan dukungan dalam pesta demokrasi baik di antara partai-partai politik tapi juga di kalangan penganut agama.

Juga soal Pancasila dan kesiapan  menyambut tahun politik 2018 nanti. ia berharap para tokoh lintas agama dapat duduk bersama dan merancang kegiatan dialogis terutama tentang pandangan dan sikap umat beragama terhadap Pancasila dan upaya mencegah konflik politik di tahun 2018.

“Kalau di NU dan Muhamadyiah itu kan sudah final, tapi bagaimana dengan kelompok agama lainnya”, ujarnya seraya berharap pertemuan awal 2018 nanti dapat menghasilkan sebuah komitmen baru bagi pembangunan bangsa dan negara.

Mantan Ketua Umum Muhamadyah itu pun  berpandangan bahwa tindakan pencegahan konflik bernuansa Suku, Agama, dan Ras (SARA) hanya bisa dilakukan dengan membangun dialog seputar isu kemanusiaan langsung di lokasi.

“Jadi kita tidak omong-omong apalagi ribut-ribut soal agama”.

Penyerahan plakat sebagai tanda kenang-kenangan dari Mgr. Suharyo kepada Bapak Din Syamsudin/Komsos KWI

Menanggapi ajakan dan harapan Din, Ketua KWI, Mgr. Suharyo memberi apresiasi atas kehadiran dan sepak terjang  Din Syamsudin dalam urusan dialog kegamaan di Indonesia dan di dunia. “Terkait urusan dialog keagamaan dan semacamnya seperti itu, termasuk juga dialog dengan  Vatikan, pak Din tentu lebih berpengalaman”, ujar Uskup Keuskupan Agung Jakarta.

Mgr. Suharyo pun mengatakan bahwa KWI sesungguhnya sudah punya perangkat yang  fokus bekerja membangun dialog antar agama. Nama perangkat itu, kalau kami di KWI sini sebut dengan Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK).

Sementara soal Pancasila, Mgr. Suharyo mengatakan sekali waktu ia pernah menjadi delegasi untuk sebuah pertemuan para tokoh agama di Roma.  Saat itu, ia diberi kesempatan untuk berbicara selama 3 menit tentang Pancasila. Ternyata dari pengamatan Mgr. Suharyo,  Pancasila itu sungguh dikagumi oleh orang-orang di luar negeri. Kekaguman yang sama juga disebutnya menyangkut relasi antara Islam dan Katolik di Indonesia.

Tak lupa Uskup Suharyo mencontohkan pelayanannya di Keuskupan Agung Jakarta dengan selalu mengajak umat katolik KAJ untuk menghidupkan semboyan “Amalkan Pancasila”, selain mengajak umat memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

“Seperti yang pak Din sebut tadi, kita di Indonesia ini punya budaya besar untuk membangun dialog bersama. Meskipun hari-hari ini ada hal-hal yang kita rasa membuat semua orang harus berpikir keras soal masa depan bangsa.

“Tapi, saya yakin kalau  Nadhatul Ulama (NU) dan Muhamadyah  seperti sekarang ini,  semua masalah bangsa  bisa di atasi, sekalipun masalah yang dihadapi begitu besar”, ujar Mgr. Suharyo.